Mohon tunggu...
Yulia Ayul
Yulia Ayul Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Ayah Kapan Pulang"

29 Juni 2018   19:17 Diperbarui: 29 Juni 2018   20:34 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku pun merespon pesan dari ibuku ...............

                

AKU: ku hanya menganggukan kepala dengan tetesan ari mata yang tak henti.ku tak bias berkata-kata.

Ibu pun telah berangkat, hanya ada aku dan nenekku karena beberapa anak dari nenekku  sudah menikah dan sudah memiliki rumah masing-masing.

Hari demi hari ku jalani hidup bersama nenekku yang super tegas, nenek mendidikku dengan didikan yang sangat dasyat,masa kecil ku tak seindah teman-teman ku, mungkin hanya aku yang jarang sekali maen diantra teman-tema,karena setiap azan magrib berkumandang  nenek selalu mengajakku  untuk shalat dan mengaji di masjid dengan umur yang masih kecil bagi ku perilaku nenek terhadapku  ketika mengajarkanku mengaji seperti terhadap orang dewasa, karna tangan kiri nenek ku selalu memegang tiga buah sapu lidi, itu yang membuat ku takut salah karna setiap bacanku  salah lidi itu akan terbang menuju telapak tangan atau kaki aku.

Tapi walau pun perilaku nenek yang seprti itu aku tidak pernah menangis, aku selalu tunduk kepadanya dan menghormatinya, karna aku ingin ibsa mengaji dan tak ingin mengecewakan ibuku  yang sedang berjuang mencari nafkah untukku. Pesan ibu pun selalu terbayang-bayang dalam ingatanku, kadang aku berfikir sedang apa ibu disana, sudah makan atau belumya, sehat atau tidak ibuku,itu yang selalu ku pikirkan

Ingin rasanya bercakap-cakap dengan ibu tapi jarak yang begitu jauh, karna ketika waktu itu  telpon jarang sekali  yang memiliki telpon genggam hanya orang --orang yang tertentu  yang memiliki telpon, hanya orang --orang yang kaya saja yang memiliki telpon, karna dari kelurgaku  tak mampuh membeli telpon ,jangan kan untuk membeli tlpon untuk makan saja agak susah.

kehawatiranku pun terhadap ibu makin menjadi-jadi, tapi aku selalu yakin ada allah yang selalu menjaga ibuku. Karena allah maha baik, dan maha dari segala maha.

Dan  selalu aku ingat kata --kata yang selalu nenek ucapkan

" LATAHOP WALA TAHZAN INAALLAHHA MANA." Yang artinya jangan takut dan jangan bersedih sesungguhnya allah bersama kita.

Dengan kata-kata itu aku tersenyum kembali ,dan rasa kekhwatiran pun hilang begitu saja, setelah nenek mengucapkan kalimat tersebu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun