Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Berbagai Kenangan tentang "Ngeteh" Bersama

24 Desember 2024   08:48 Diperbarui: 24 Desember 2024   15:04 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menuangkan teh ke dalam cangkir teh (Sumber gambar: Kemenparekraf)

"Ayo cari magelangan saja," katanya sambil menuju sebuah gerobak tak jauh dari restoran. Di situ disediakan beberapa kursi plastik untuk yang pesan makanan.

"Magelangan tigo, Pak..," kata anak saya.

Magelangan adalah nasi goreng dengan tambahan mie dan disajikan dengan krupuk kecil-kecil.

"Teh e rumiyin nggih," kata saya. Perjalanan yang lama membuat saya capek dan benar benar butuh 'ngeteh'.

"Nggih, Bu," jawab penjualnya sigap.

Tak berapa lama tiga gelas teh dihidangkan. Hangat agak panas dengan aromanya yang harum. Sangat cocok dinikmati di malam hari yang mulai terasa dingin

Begitu saya minum, ah.., sedap sekali. 

"Alhamdulillah.. uenak Le," kata saya lega. Anak- anak saya juga mulai menyeruput teh mereka.

Kami mulai berbincang. Hidangan yang datang membuat perbincangan kami semakin hangat. Lalu-lalang orang sama sekali tidak mengganggu keasyikan kami.

Sungguh, rasa haus, lelah dan lapar membuat teh dan magelangan terasa begitu istimewa, seistimewa pertemuan kami malam itu.

Arti istilah: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun