Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Berbagai Kenangan tentang "Ngeteh" Bersama

24 Desember 2024   08:48 Diperbarui: 24 Desember 2024   15:04 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menuangkan teh ke dalam cangkir teh (Sumber gambar: Kemenparekraf)

"Di sini saja, Pak," kata saya pada sopir. 

Saya segera turun dan anak saya langsung berlari menyambut kedatangan saya dan adiknya.

"Ayo makan dulu Le, adikmu lapar," kata saya begitu tas saya dibawa anak saya.

"Ke Rumah Makan Sederhana yuk..," ajak saya.

Anak saya tersenyum. 

"Mahal sepertinya Buk.. itu rumah makannya," kata anak saya sambil menunjuk sebuah rumah makan besar dan tampak mewah. Tulisannya besar-besar dan bagus, "Restoran Sederhana"

Waduh..bayangan saya Rumah Makan Sederhana itu seperti di daerah saya. Rumah makan kecil dengan bangunannya yang sederhana, masakannya yang enak, dan harganya terjangkau.

Tapi yang ini..., melihat bangunnya saja tiba- tiba saya khawatir kalau uang saya tidak cukup. Apalagi namanya bukan rumah makan tapi restoran. He..he...

Tidak sederhana ini.., pikir saya.

Niat makan di Rumah Makan Sederhana langsung batal. 

"Makan di mana ini enaknya, Le? " tanya saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun