Ah, Â tiba-tiba saja ada rasa takut yang merambat dalam hati wanita itu. Â Akankah ia akan menjalani hari tuanya sendiri tanpa anak anak yang menemani? Duh!
Berhari-hari ucapan Sinta benar-benar membebani pikirannya. Â Tiba-tiba wanita itu bertanya-tanya. Â Benarkah apa yang dilakukannya selama ini? Â Hanya fokus pada anak-anak dan menghindar dari beberapa lelaki yang mencoba mendekatinya? Ah, Â betapa sulitnya membuka hati.Â
Terlalu larut memikirkan hal tersebut akhirnya membuat penyakit vertigonya kambuh. Â Dokter yang sudah lama tidak dikunjungi kini didatangi lagi.Â
"Ibu jangan banyak pikiran, " kata dokter saat itu. Â Wanita itu hanya mengangguk. Â Tubuhnya serasa limbung , keseimbangannya benar-benar kacau.
"Ibuk mikir apa? Â "tanya anak-anak khawatir ketika mereka menemani ibunya yang sedang tidur di kamar.Â
Wanita itu masih memejamkan matanya. Â "Mungkin kecapekan, " jawabnya singkat.Â
Tentu saja ia berbohong. Â Bagaimana mungkin ia menceritakan semua itu pada anak-anaknya?
Tiga hari berlalu. Â Bergantian anak-anak menunggu dan melayani ibunya hingga ibunya kembali sehat dan bisa bekerja kembali.Â
"Ibuk sudah kuat? " tanya si sulung ketika ia akan berangkat ke kantor.
"Sudah tidak apa-apa, " kata wanita itu menenangkan.
"Kalau ibuk masih tidak enak nanti telpon saja. Â Kujemput, " kata si nomer dua.Â