Teman-temannya yang lama tidak bertemu mengatakan banyak yang berubah pada dirinya. Â Ya, Â ia seperti bermetamorfosa. Â Tapi kalau dihayati bukankah semua dalam hidup ini akan selalu berubah? Â Semua akan selalu berubah kecuali perubahan itu sendiri.
Setelah sekian tahun  berlalu satu demi satu anaknya sudah mulai bisa berdiri sendiri.  Tinggal yang paling kecil saja.  Selama bertahun-tahun pertanyaan besar yang selalu mengganjal dalam hatinya, tentang kepergian suaminya yang begitu tiba-tiba, mulai terkikis oleh sang waktu.  Hatinya sudah mulai bisa menerima bahwasanya pasti Tuhan mempunyai rencana yang baik di balik semua peristiwa itu.
Namun ketenangannya tiba-tiba diusik oleh telpon salah seorang familinya. Sinta namanya. Famili yang agak jauh, dan agak lama mereka tidak saling menyapa. Â Sinta yang berusia sebaya dengannya sekarang dalam posisi sama. Â Sudah ditinggalkan pasangannya.
"Kamu tidak ada rencana menikah lagi? " tanya Sinta.
Wanita ini tertawa. Â Ya, Â mereka dulu begitu akrab. Bicara masalah pribadi adalah sesuatu yang biasa.
"Ah, Â aku masih merasa nyaman dengan posisiku saat ini, " jawabnya diplomatis .
Sinta ikut tergelak. "Eh , tapi kamu harus mulai berpikir cari pasangan lagi lho..., Â hampir kepala lima, Â anak-anak akan sibuk dengan dunia atau keluarganya sendiri. Lha kamu nanti sama siapa? "
"Kamu sendiri bagaimana? "tanya wanita ini mengelak. Â Sedikit banyak perkataan Sinta mulai merasuki hatinya.Â
"Oh, Â aku dua bulan lagi akan menikah dengan mantan teman SMP. Â Kami akan segera pindah ke luar pulau. Â Anakku 'kan sudah mentas semua.., " jawabnya ringan.
"Ooh.., "
"Ayo, mulai berpikir cari pasangan.., Â jangan keasyikan sendiri. Â Iya kalau kita sehat terus, Â kalau ada sakitnya bagaimana? Atau perlu kucarikan kenalan?" tambah Sinta lagi. Seperti biasa dengan nada yang ringan dan ceria.