"Bu, Â Kulo pamit rumiyin, " kata Pak RT kemudian. Â Santi cepat-cepat keluar sambil menggendong Bobby.Â
"Pak Seto saya 'pinjam' dulu ya.., " gurau Pak RT.
"Monggo, Â Pak, " jawab Santi sambil tertawa, demikian juga suaminya. Â Keduanya segera meninggalkan rumah.
 Ketika Santi menutup pintu tiba-tiba matanya tertumbuk pada tulisan kaligrafi bapak yang ditempel di sudut ruangan.  Ya, bapak dulu adalah pelukis kaligrafi.  Tulisannya begitu halus dan indah.  Khoirunnas anfa 'ahum linnas. Sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberi manfaat bagi manusia lain.
Deg.., kenapa selama ini Santi tak pernah memperhatikan tulisan itu? Sama persis dengan apa yang dikatakan Seto. Â Ingatan Santi langsung terlempar ke masa lalu. Â Bapak bukan orang kaya, apalagi orang penting. Â Tapi sangat diandalkan di kampung. Â Jika ada orang meninggal atau ada acara orang-orang banyak minta bantuan pada bapak. Â Di akhir hayatnya yang merasa kehilangan banyak sekali. Â Bahkan sampai bapak lurah dan jajarannya datang ke rumah. Â Rupanya bapak sering juga memberikan bantuan tenaga ke kampung yang lain. Â Pantas temannya banyak.Â
Ada bisikan halus dalam hati Santi. Ia memang bukan manusia sukses, Â tapi setidaknya ia akan berusaha menjadi manusia yang bisa memberikan manfaat bagi yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H