"Ya biarlah... Â Jalan orang kan berbeda-beda.. Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain.. Â Capek, "
"Mas tidak tahu sih..., Â "
Ya, Â Seto mana tahu bahwa Dino, Â Dani dan Fahmi sepantaran Santi. Â Mereka begitu akrab. Â Kenapa ketiganya sukses sementara dirinya begitu terpuruk?
"Assalamu'alaikum! "
Percakapan mereka terhenti ketika tiba-tiba seseorang berdiri di depan rumah. Santi langsung membuka pintu pagar. Â Ternyata Pak RT.
"Monggo Pak. Ada perlu sama Mas Seto? "
"Benar Bu, Â waduh untung Pak Seto ada ini.., " kata Pak RT senang.
" Untung lho Bu ada Pak Seto.. Â Ada yang mengarahkan anak-anak langgar untuk mengurus zakat. Â Pak Seto ringan tangan. Â Ngurusi apa-apa cepat beres, " Â puji Pak RT. Yang dipuji cuma senyum-senyum.
Sejak dirumahkan Seto semakin aktif mengikuti kegiatan kampung. Â Bersih-bersih, Â penyemprotan atau dalam kegiatan yang lain. Bawaannya yang ramah dan supel membuat banyak orang senang dan cepat akrab. Â Kadang Santi heran. Â Untuk apa terlalu intens terlibat dalam kegiatan kampung? Yang lain masih banyak. Â Tidak ada uangnya pula. Lebih baik cari kerjaan lain yang bisa menghasilkan uang.
"Kita memang tak punya apa-apa, Â tapi setidaknya kita bisa memberikan manfaat untuk orang lain" kata Seto saat itu.Â
Seto mempersilakan Pak RT duduk, dan merekapun  terlibat dalam percakapan. Santi  segera masuk demi mendengar tangisan Bobby.