Santi menatap kalender dengan resah. Â Lebaran kurang dua hari lagi. Â Di satu sisi dia senang karena ibadah Ramadhan bisa dituntaskan. Â Di sisi lain resah, lebaran berarti silaturahmi dengan keluarga besar di rumah Pakde. Â Ya, Â karena kakek dan nenek sudah meninggal acara silaturahmi pindah ke rumah pakde sebagai saudara ayah yang tertua. Rumah pakde lumayan besar, Â cukup untuk menampung seluruh keluarga bahkan meski datang membawa semua anak dan cucu mereka.
Silaturahmi di pakde berarti siap mendengarkan cerita yang panjang , bukan dari pakde saja,  tapi juga dari paman-paman yang lain. Pakde dan paman-paman yang lain terbilang sukses.  Di antara keluarga besar  keluarga Santi yang paling sederhana.  Mereka hidup pas-pasan.  Di kampung lagi.  Apalagi sejak bapak tiada,  jarang-jarang ada keluarga yang mau berkunjung ke rumah.
Cerita yang muncul dalam ajang silaturami keluarga besar selalu dibumbui dengan kesuksesan putra-putri  masing-masing.Â
"Dino masih semester 8, belum lulus, Â tapi sudah ada perusahaan yang akan merekrutnya," kata paman Hadi ayah Dino.
"Wow, Â hebat sekali, " timpal yang lain
"Dani masih bekerja di Jepang?" tanya pakde ingin tahu.
"Iya kontraknya belum habis.., " Dani adalah kakak Dino.
"Fahmi sekarang bekerja di perusahaan asing yang gajinya sekian kali lipat PNS.. ," yang ini dari paman Bayu. Dilanjutkan dengan cerita-cerita lain yang penuh 'taburan bintang'.
 Itu percakapan tahun kemarin. Tahun ini pasti lebih dahsyat lagi.
Diam-diam Santi berkaca pada dirinya. Apa yang bisa dibanggakan pada dirinya? Â Ia lulusan S1 juga. Â Tapi lamaran yang dimasukkan selalu ditolak. Entah kenapa. Meski ibuk selalu menghiburnya, tapi tak urung hatinya selalu merasa resah.
"Sabar, Â belum rezeki," hibur ibuk.