Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Penunggu Pohon Rambutan

21 Januari 2021   12:45 Diperbarui: 21 Januari 2021   12:47 2575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bukan aku Wan,  tapi kata temannya kakakku, "jawab Doni yakin.

"Yah...  Nanti teman kakakmu dari temannya lagi, " kataku disambut dengan tawa kami yang berderai, kecuali Doni tentu saja. 

"Sst,  jangan ngomong begitu.., " katanya cemas.

"Nanti kalau penunggunya benar-benar marah bagaimana? " tambahnya.

Aku benar -benar geli melihat wajah Doni yang ketakutan.  Kukeraskan tawaku.

"Wan.. Jaga mulutmu! " kata Doni tak senang.

"Kenapa?  Takut?  Aku akan tunjukkan bahwa penunggu pohon rambutan itu tidak ada... Sekali lagi tidak ada..!! " desisku.

Kedua temanku menatapku tak percaya. Jujur, di antara kami bertiga akulah yang paling pemberani.

Pernah kami bertiga bertaruh siapa yang paling berani menyambit mangga pak Hasan,  Doni dan Dito tak berani.  Mereka hanya menonton dari kejauhan ketika aku menyambit buah mangga yang ranum itu.  Tapi begitu mendapat beberapa buah,  mereka ikut berebut makan mangga-mangga itu.

"Aku akan naik pohon itu sore ini...,  dan aku akan bawakan beberapa rambutan untuk kalian.., " bisikku yakin.  Doni dan Dito terperangah.

"Jangan Wan,  sudahlah..  Kita akhiri cerita kita tentang pohon itu, " cegah Doni

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun