“Clara, maafkan aku yang telah menyebutmu teroris, pembunuh atau anak haram, maafkan aku, padahal aku sama sekali tak mengerti akan keadaanmu, maafkan aku.” Adelia terisak
“Aku kini baru mengerti tentang agamamu, bahkan aku tak mengerti tentang agamaku sendiri. Aku mengerti mengapa wajah orang muslim begitu teduh, di beberapa waktu ia begitu lembut, aku sejujurnya sangat mengagumi orang muslim, namun keangkuhanku membuatku malu untuk mengakuinya, aku tersentuh oleh akhlakmu yang baik, engkau sungguh sabar dan tegar, walau seberapa besar ku menyiksa mu, kau tetap saja tersenyum, maafkan aku Clara, maafkan aku.” ia menangis , ia hanya bisa tertunduk malu.
“Clara, mengenai ayahmu maafkan kami, kami tahu, kau bukan anak haram, ayahmu telah berpulang mendahului ibumu, Ayahmu Jonson Clark seorang pria berkebangsaan Jerman, ku ketahui akhir-akhir ini ia beragama muslim, dan ia adalah seorang muslim yang tangguh. Ia selalu memperjuangkan hak-hak seorang muslim di negara Jerman, aku sungguh terkesan, keluargamu sungguh mulia, dan akupun menyukaimu Clara, walaupun kami berbeda keyakinan denganmu namun kau tetap menghargai kami sebagai teman, kau selalu berlaku baik pada kami walau kami tahu kami memperlakukanmu dengan buruk. Maafkan kami Clara.” Zeta pun menangis dan memelukku , ia melepaskan tali yang mengikatku. Aku pun kini bebas.
“Clara….” Kini maria berbicara.
“ak, ak, aku . . Ingin menjadi muslim sepertimu.”
Aku terdiam sesaat, aku tak percaya bahwa hidayah Allah turun begitu cepat kepada mereka. Allah sungguh sayang terhadap mereka. Begitu cepat Allah membulak balikan hati manusia, walau hati itu sekeras batu sekalipun.
Zeta dan Adelia menatap Maria lekat-lekat, mereka berpikir sejenak dan menundukkan kepala mereka.
“Aku juga ingin menjadi sepertimu Clara, menjadi seorang muslim.” Zeta menyusul Maria, dan kulantukan hamdalah seketika itu. Dan pandanganku kini tertuju pada Adelia , apakah ia akan mengikuti kedua temannya atau tidak.
“Aku tidak tahu mengapa aku berkata seperti ini , tapi aku yakin islam adalah agama terbaik. Clara, tuntunlah kami menjadi seorang muslim sepertimu.” Adelia menutup pembicaraan itu. Dan itu mennjadi kata-kata terindah yang pernah ku dengar. Aku kembali menangis, aku melakukan sujud syukur seketika itu. Tidak hanya Citra yang berhasil menemukan jalan hidupnya, namun ketiga temannya yaitu Zeta, Adelia dan Maria akan memeluk jalan yang sama, akhirnya kini mereka menemukan jalan mereka.
***
Kini, tak hanya ku sendiri yang memakai jilbab, namun teman-teman baruku, Zeta, Maria, Adelia dan Citra telah memakai jilbab, walau tak selebar jilbabku tapi aku sungguh bersyukur, Allah telah membukakan jalan untuk mereka.