Mohon tunggu...
Yul Rachmawati
Yul Rachmawati Mohon Tunggu... -

loves writing. reading. drawing\r\neasy to motivate someone and vice versa\r\nmotto: laa hawla wa laa quwatta illa billah\r\n@yulrachmawati, yulrachmawati.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Absurd :)

28 Mei 2011   14:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:06 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rambutnya yang pirang mengenai wajahku, aku merasa geli.

Aku terus membisu.

Plak.

Ia kembali menamparku , lagi dan lagi.

Aku sudah tidak tahan, aku angkat bicara.

Apa maumu Adelia?” ku tahan suaraku, suaraku berat, berusaha menyembunyikan ketakutan dan kegetiranku. Aku mencoba bertahan.

Apa mauku? Apa mauku teman-teman.” Ia berbicara sinis penuh dendam seraya melihat kedua temannya di belakang.

Kamu mau tahu apa yang ku mau , haaahh.” ia kembali berteriak, bertolak pinggang dan mengitari kursiku yang rapuh. Ya , aku terikat di sebuah kursi rapuh, tangan dan kakiku terikat, talinya begitu kuat, kencang dan tak memungkinkan munculnya satu gerakan apapun, kini aku hanya bisa pasrah atas keadaanku.

Mengapa kau ambil teman kami, Citra, apa yang kau mau? Kami tak pernah mengusikmu sama sekali, membiarkanmu hidup tenang dengan orang-orang muslim teroris itu, kau adalah seorang pembunuh, ketika kau lahir kau membunuh ibumu, sekarang bersama komunitasmu kau membunuh orang-orang tak bersalah dengan bom, kau membuat mereka semua hilang dari dunia ini, kau bahkan di lahirkan tanpa ayah, kau tidak tahu ayahmu siapa, kau anak haram, pura-pura suci dengan pakaian mu yang besar seperti itu, cuh.”Adelia berbicara tanpa jeda, kemudian ia meludahi wajahku.

Aku tak suka ia berbicara seperti itu, aku sungguh kesal dan sangat geram. Ia pun tega meludahi wajahku. Aku tak mengerti mengapa ia begitu benci terhadapku.

Tanpa kusadari , aku mulai menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun