“Jaga mulutmu Adelia.” Aku kini mulai berontak.
“Tak semua orang yang berjilbab besar adalah teroris, dan aku bukanlah teroris seperti yang kau kira dan satu hal jangan usik kehidupan pribadiku, kau tak mengerti seluruh kehidupanku.” aku kembali melanjutkan bicaraku, nadaku semakin tinggi.
“Kau sudah buka mulut rupanya?” Maria menyindirku.
“Apa yang akan kau jelaskan pada kami? kau telah mengambil teman kami, Citra,” Zeta mulai bersuara.
“Aku akan jelaskan.” aku mengangkat wajahku dan memberanikan untuk memandang mereka bertiga.
“Aku tau kalian berempat sudah bersahabat lama, walaupun kalian beragama non muslim tapi aku yakin keyakinan tak akan membuat kalian jauh. Waktu itu hari senin, seperti biasa, ketika tak ada dosen aku biasa membaca Al-quran di masjid, ketika aku sedang membaca Al-quran, Citra menghampiriku, ia menangis, matanya merah dan sendu menandakan ia telah menangis dalam waktu yang cukup lama. Ia bercerita bahwa ia bermimpi mengenakan jilbab sepertiku, wajahnya bersinar di mimpi itu, tiba-tiba ia merasa terangkat ke langit, ia melihat sebuah taman yang begitu indah dimana mengalir sungai-sungai di bawahnya, ia bercerita bahwa ia tak pernah melihat taman seindah itu di dunia, keindahan taman-taman itu sungguh takkan tergambarkan oleh kata-kata, banyak orang muda sedang bercengkrama di taman itu, tak satupun ia melihat wajah orang yang sudah tua renta, semuanya sama, cantik dan tampan, kemudian ia berkeliling lagi, ia melihat sebuah tempat, panas sekali, penuh dengan api yang bergejolak, banyak sekali orang-orang didalamnya dan sebagian besar adalah perempuan, api itu sungguh menyala-nyala membinasakan apa saja yang bermain dengannya, dan yang membuatnya takut adalah ia menyaksikan bahwa bahan bakar dari tempat yang mengerikan itu adalah manusia. Ia becerita lagi , bahwa ia mendengar sebuah suara halus yang memerintahkan ia berjilbab dan memeluk agama islam, jika ia telah melakukan semua itu dan menjadi pribadi yang bertakwa maka ia akan mendapatkan sebuah taman yang indah itu.”
Semua hening . .
“dan ku jelaskan bahwa mimpi yang ia alami itu adalah pesan dari Allah agar ia memeluk agama islam, dan ku jelaskan apa yang ku tahu mengenai mimpinya itu, tentang taman yang indah itu, itulah surga, tentang tempat yang mengerikan itu, ya itulah neraka, dan ku jelaskan pengalamanku memeluk agama islam dan hidup di bawah keislaman, itu sangat indah.” tanpa kusadari aku tersenyum lepas, aku menerawang langit-langit gudang, entah apa yang aku pikirkan tapi aku begitu bahagia.
Dan kujelaskan tentang indahnya hidup dibawah naungan iman dan islam pada mereka bertiga.
“Islam itu indah.” aku berusaha meyakinkan mereka.
Tiba-tiba Adelia menangis, kulihat itu dari matanya, Zeta dan Maria pun tertunduk lesu.