"Itu kenapa warnanya pink?" Gertak Jihan kepada Fiki menatap parsel yang berisi pernik-pernik rahasia wanita.Â
Fiki menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lidahnya mendadak kelu dan kaku.Â
"Kukira kamu suka warna itu." Fiki meringis. Ia salah tingkah. Entah kenapa ketika Jihan marah malah terlihat lebih cantik di matanya.Â
"Ja-jadi kamu masih mengingat kejadian itu?" kedua mata Jihan melebar.Â
"Ya ... Gimana ya?" lagi, Fiki menggaruk kepalanya.Â
"Hiiih, sebel."Â
"Heee, maaf ya?"Â
Jihan tiba-tiba menarik dasi yang melingkar di leher Fiki.Â
"Cekek nih!"Â
"Auw, jangan, Jihan"Â
"Cekek aja lah."Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!