Tigapuluh menit sudah berlalu dan semua orang masih panik Karena tidak ada tim medis yang datang. Hanya beberapa polisi yang sibuk saling berkoordinasi dengan para saksi mata dan korban yang lain.
Polisipun tidak bisa mengambil keputusan karena beberapa kali teman saya tidak mau di bopong ke pinggir jalan karena memang sakitnya luar biasa. Hingga akhirnya ada salah satu petani yang berinisiatif membuatkan penahan kaki dari pelepah pohon pisang yang diikat seadanya agar kaki tetap lurus.
Lalu dengan dibantu banyak orang untuk mengangkat dari dasar sawah ke atas jalan yang ketinggiannya 1,5 meter hingga dimasukkan ke mobil polisi bak terbuka, bukan ambulance lho ya, maklum posisi memang jauh dari peradaban.
Singkat cerita begitulah tragedi libur lebaran yang saya alami beberapa tahun silam, yang mana trauma itu masih ada hingga sekarang terutama saat berkendara dekat dengan kendaraan besar seperti bus atau truk.
Pelajaran apa yang dapat di ambil dari kejadian tersebut ?
Dari tahun ke tahun sebenarnya dapat kita amati polanya bahwa yang namanya musim libur lebaran maka kemacetan, kecelakaan, dan tingkat kunjungan objek wisata pasti naik. Belum lagi kejadian lain seperti wisatawan terseret ombak, wisatawan terjaruh dari jembatan, wahana ambruk karena overload dsb.Â
Artinya situasi ini menunjukkan bahwa kondisi di luar rumah sedang tidak baik-baik saja atau tidak aman walaupun tidak untuk menggeneralisir semua tempat.
Maka manfaatkan momen berkumpul bersama sanak saudara anda dengan bijak. Momen yang diharapkan berakhir dengan penuh kesan dan bahagia.
Ingat!! Hati-hati saja tidak cukup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H