Pintu yang tak pernah dibuka selama duapuluh tahun.
"Tantee ...." Rara berbisik lirih.
"Ra ..." Telunjukku mengacung gemetar. "Suaranya ... dari dalam sini kan?"Â
"Iyyaaa ... tapii ... ada siapaa di situuu ....?" bisik Rara semakin ketakutan.
"Tante juga nggak tahu Ra ...," aku bergeser mendekat.
"Tante ... iih ... Tante mau buka pintunya? Jangan Tanteee!"
"Yah trus ... kita harus gimana ..."
"Aku takuttt ..." desis Rara.
"Samaa .... Tante jugaa. Tapi kan ... kita harus tahu ada siapa di dalam situ. Duh ... gimana nih ... ah udah, pokoknya kita harus buka pintu ini."
Aku berdiri tegang menatap potongan-potongan lakban coklat yang saling bertumpuk, menutupi lubang tempat dimana seharusnya pegangan pintu berada. Jeritan itu masih terdengar dari dalam.Â
Perlahan namun pasti, lengan kananku mulai terangkat dan melepasi satu persatu lapisan-lapisan lakban yang menyatu erat dengan kulit kayu tipis yang telah lapuk itu. Â