"Iya. Aku  bisa mendengarnya dengan jelas sekali. Suaramu sangat indah, Druida," puji Ann tulus.
"Ah ... terimakasih banyak atas pujianmu," Druida tampak senang sekali.
Mimi mendekati Druida, "Nah, karena itu, Druida, kurasa kau bisa menolong Ann. Sepertinya suaramu bisa menjadi jalan pulang untuknya. Bukankah begitu ?"
"Oooh ..." Druida meliuk-liukkkan tubuhnya dengan gerakan bersemangat, "Itu benar. Benar sekali. Aku bisa melakukannya. Hmm .... Hmmm ... Berarti ada pintu ke Bumi di sekitar sini. Hmmn ... Hmm ... Nada mana yang harus kugunakan ya ? Baik. Baik. Tunggulah. Aku akan mencarikannya untukmu supaya kau bisa kembali, Ann."
Dan Druida mulai bernyanyi lagi. Mencoba beberapa nada dan lagu. Kemudian mengganti lagi dengan lainnya.Â
Mimi mengajak Ann duduk di rerumputan tak jauh dari tempat Druida.
"Druida sangat suka bernyanyi," jelas Mimi, "Caranya bernyanyi memang seperti itu. Senandung tanpa kata, dengan susunan nada-nada yang luar biasa indah. Ia punya koleksi ratusan lagu ciptaannya sendiri. Salah satu lagu yang dinyanyikannya pasti bergetar tepat dengan frekuensi Bumi dan terhubung langsung dengan kamar kostmu Ann."
"Wow ... dia hebat sekali," Ann terkagum-kagum, "Sudah kuduga, makhluk yang bisa memproduksi suara sebening dan seindah itu pastilah makhluk yang cantik dan menyenangkan. Bukan hantu seram seperti yang dikatakan teman-teman kuliah aku, Kak."
"Hahaha ! Iya ya. Kalau orang lain yang mendengarnya pasti sudah ketakutan dan pindah kost ya Ann ?"
Ann tertawa dan mengangguk, "Benar Kak. Teman-temanku aja sampai heran kok aku betah banget kost di tempat berhantu. Padahal sering dengar suara senandung, sering tercium wangi-wangian yang nggak jelas asalnya, tengkuk pegal, dan lain-lain."
"Padahal ternyata pelakunya Xia dan Druida ya," Mimi terkikik geli.Â