"Dan bagaimana jika para manusia yang katamu pintar itu, berkonspirasi atau mengikat diri pada perjanjian tertentu untuk kepentingan pribadi atau kelompok ?"
"Itu kan massal sekali ? Â Apa bisa dilakukan ?"
"Bisa. Karena mereka pintar. Kau sendiri yang mengatakannya."
"Dan untuk apa mereka melakukan itu ?"
"Untuk kepentingan pibadi atau kelompok tentunya. Maka dari itu Ann, aku ingin kau bisa bersikap lebih bijaksana dalam mencari jawaban untuk semua hal atau kejadian di sekitarmu, tanpa harus selalu mengandalkan pemikiran dari kepala manusia lain.  Kalau sekiranya otakmu  tak mampu untuk memikirkan sesuatu yang sangat spesifik yang bukan keahlianmu, usahakanlah berpikir secara logis. Jangan menjadi percaya atau mengikuti saja perkataan, teori atau instruksi dari manusia lain hanya karena banyak yang mendukungnya. Jumlah yang banyak tidak menjamin mereka adalah yang paling benar. Pernahkah kau berpikir, siapa tahu mereka yang berjumlah banyak itu adalah manusia-manusia yang sebenarnya tidak terlalu mengerti ? Hanya karena mereka tidak sanggup memikirkannya sendiri atau merasa takut jika mendebat dan mengeluarkan pendapat sendiri, maka mereka mengiyakan saja apa yang dikatakan oleh manusia lain, dan kemudian hal itu diteladani oleh manusia-manusia lain di sekelilingnya, lalu meluas lagi, dan lagi, dan berlanjut terus sehingga teori tersebut mau tak mau menjadi pedoman tak terbantahkan untuk kehidupan manusia selamanya ?"
"Mmh ..."
"Aku sangat mengerti bahwa mematahkan keyakinan yang telah mendarah daging selama bertahun-tahun memang sesuatu yang amat sulit untuk dilakukan. Tetapi tetap saja harus ada yang berusaha mempelopori dan berani melakukannya. Jangan biarkan hidupmu diatur oleh manusia lain yang belum tentu benar atau baik tujuannya."
"Ya tapi kan sulit sekali mempunyai pendapat yang berbeda seorang diri. Mungkin rasanya seperti berusaha melawan ombak di tengah badai yang terus-terusan menyeret kita kembali ke tengah laut sementara kita sekuat tenaga berjuang untuk berenang ke tepian."
"Nah. Bisakah kau lakukan itu ?"
"Aku nggak bisa berenang."
Armenia tertawa. Lebih keras dari biasanya.