"Aku semalam hanya sempat melanjutkan sedikit sih, maklum banyak tugas," Mita mulai bercerita, "Ody yang pemikirannya sangat ilmiah, setiap saat terus saja mengukur jarak pandang mereka terhadap ujung pelangi yang setelah beberapa hari berlalu tetap tak ada perubahan. Mereka tak juga mendekat ke ujungnya. Menurutnya, hal itu membuktikan bahwa pelangi yang mereka telusuri itu hanyalah sebuah ilusi optik yang tak bisa disentuh. Bukan benda padat seperti jembatan atau jalan untuk ditapaki. Maka tidak mungkin ada sebuah negeri apapun di ujungnya. Ody juga mengatakan bahwa Negeri Di Ujung Pelangi itu pastilah hanya khayalan orang-orang yang memiliki banyak masalah dan tak sanggup menyelesaikannya sehingga mencari pelarian. Sementara Ara melawan teori Ody dengan menguatkan kenyataan bahwa justru karena pelangi tersebut tidak hilang juga meskipun mereka sudah berjalan beberapa hari, berarti memang pelangi itu adalah pelangi istimewa yang ia cari. Satu-satunya alasan mengapa mereka tak kunjung sampai di ujungnya adalah karena mereka terus-terusan merasa ragu. Terutama Ody yang memang sejak awal menolak untuk percaya. Menurut Ara, mereka berdua harus sama-sama yakin agar dapat menemukannya."
"Tapi Mit," potong Hardy, "Kalau memang negeri itu tidak ada, ya pasti tidak akan diketemukan sampai kapanpun juga kan, meskipun mereka berharap sekuat tenaga ? Â Memangnya harapan bisa menyulap sesuatu yang tidak ada menjadi ada ?"
"Menurutku bisa," jawab Mita percaya diri, "Aku setuju dengan Ara. Dengan harapan yang kuat, tidak ada yang tidak mungkin."
"Jadi, kamu percaya ada sebuah negeri seperti itu ? Tempat dimana tidak ada kesusahan, kesedihan dan penyesalan ?"
"Percaya."
"Tempat dimana semua orang berbahagia ?"
"Iya. Aku yakin tempat itu ada."
"Hmm ..." Hardi mengerutkan keningnya.
"Nah, berhubung hari  ini nggak ada tugas dari dosen, mungkin nanti malam bisa aku selesaikan membacanya. Besok aku ceritakan ke kamu ya, bagaimana endingnya. Sekarang aku turun dulu ya Har," pamit Mita.
"Oke Mit, hati-hati ya ! Â Lihat kiri kanan dulu ! Â Sampai ketemu !"
Mita mengangguk dan melambai.