Jiwa-jiwa putus asa yang mengikatkan leher eterik mereka pada dahanmu untuk terus bisa meratapi getirnya nasib sampai ke ujung masa.
Jerit keletihan ruh-ruh tersesat yang berusaha mencari jalan keluar tanpa hasil dari lingkaran sesal tak berujung.
Â
Kau tak tahu kepada siapa harus mengadu.
Tak ada teman untuk berbagi.
Tiada jurang dalam nan curam untuk melontarkan kembali segala limpahan emosi yang merasuki tiap inci lembar sukmamu tanpa bisa kau tolak.
Tak kuasa menjerit demi sekedar mengurangi beban pahit yang dialirkan seenaknya dalam urat-urat pembuluh jantungmu.
Â
Padahal ...
Kaulah yang sebenarnya menderita.
Kaulah korbannya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!