"Aku pernah baca di buku kuno koleksi nenekku," jelas Ratih.
"Lalu.... apakah..... apa lubang ini... akan mengakibatkan suatu hal yang berbahaya bagi kita ? Atau mereka?" tanyaku.
"Kurasa tidak..... kalau iya pasti sekarang kita sudah mengetahuinya...," Ratih menggeleng pelan sambil mengamati keributan yang masih berlangsung diluar sana.
“Lebih baik sekarang kita segera pulang. Mudah-mudahan tidak ada yang melihat sewaktu aku tadi mengikuti kamu kesini diam-diam. Karena posisimu sebagai anak Kepala Desa sekaligus calon Kepala Desa bisa tercemar…”
Aku terdiam sejenak.
“Mm... Ratih….. terimakasih ya...," ujarku penuh penyesalan," Aku minta maaf...”
Ratih hanya mengangguk dan tersenyum.
“Tapi….. Nanda…. apa yang terjadi dengannya ?”
Ratih mengangkat bahu.
“Yah…. bagi manusia, sengatan listrik sebesar ratusan ribu volt seperti tadi itu biasanya mematikan. Tidak seperti kita minema, yang jika tersambar petir saja hanya akan merasa sakit sedikit…..”