Mohon tunggu...
Yudi Irawan
Yudi Irawan Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan Seorang Penulis

Seseorang yang baru saja belajar menulis di usia senja :-)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ranu Kumbolo, Sebuah Perjalanan Penuh Kenangan

21 November 2017   11:36 Diperbarui: 21 November 2017   11:45 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendaki melintas bukit

Berjalan letih menahan berat beban

Bertahan didalam dingin Berselimut kabut `Ranu Kumbolo`

Menatap jalan setapak 

Bertanya-tanya sampai kapankah berakhir 

Mereguk nikmat coklat susu 

Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda

Bersama sahabat mencari damai 

Mengasah pribadi mengukir cinta

........

Bait awal lagu Mahameru dari Dewa19 yang mereka perkenalkan tahun 1994 di album Format Masa Depan rasanya tepat menjadi lagu kenangan kami saat itu. Bagaimana tidak? Lagu yang sempat memberikan kenangan saat pertama kali ke Semeru sekitar tahun 95/96-an kini terdengar lagi di Ranu Kumbolo tahun 2017. Serasa masih muda seperti dulu lagi, hehehe... Tapi saya sudahi dulu deh bicara tentang kenangan. Saya mau fokus mencatat perjalanan "sejarah" saya ke Ranu Kumbolo lagi.

Saya mengamati media booking kereta onlinesekitar satu bulan sebelum keberangkatan. Tadinya rencana ke Ranu Kumbolo akan saya jalani sekitar akhir April 2017 bertepatan dengan adanya long weekend. Tapi ternyata tiket kereta api fullsemua. Di tambah lagi beberapa rekan (aslinya sih bapak-bapak) di komplek rumah ada yang gak bisa. 

Jadilah diputuskan untuk ke Ranu Kumbol tanggal 11-13 Mei 2017. Alhamdulillah masih ada tiket berangkat yang tersedia. Tapi sulit mencari tiket pulangnya. Telepon sana-sini, akhirnya bisa juga kami dapatkan tiket itu. Dan pada akhirnyapun yang berangkat hanya 3 orang. Saya sebut saja namanya disini ya: Yudi Irawan(saya sendiri), Dedy Nazaruddin, Kunto Putro. Koordinasipun kami lakukan via offlinemaupun online. Pokoknya dimatangkanlah semua persiapan. Saya sendiri kebagian untuk membantu pembelian tiket dan pendaftaran / perizinan onlinependakian ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Done! Semua selesai dan komplit. Tinggal menunggu hari pemberangkatan saja. 

Rabu & Kamis, 10 & 11 Mei 2017 

Saya dan Kunto (kami di komplek biasa memanggil satu sama lain dengan sebutan Om) berangkat menuju Stasiun Senen secara bersamaan. Kebetulan Om Dedy saat ini sedang tidak tinggal di komplek yang sama dengan kami. Jadi kami janjian ketemu di stasiun Senen. Tapi di jalan baru saya ingat ada beberapa yang lupa saya bawa. Haduhh.... Sarden dan kornet! Salah satu makanan wajib para pendaki selain mie instant. Singkat saja, akhirnya kereta Jayabaya perlahan merangkak diatas rel tepat jam 13:00 dimana kami menempati kursi 19A, 19B dan 19C.  

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Di dalam kereta ternyata banyak sekali pendaki yang sepertinya mempunyai tujuan yang sama dengan kami. Terlihat dari peralatan yang mereka bawa dan pakaian yang mereka kenakan. Tas ransel besar memenuhi hampir semua tempat tas / barang yang ada di atas tempat duduk. Hampir tidak ada celah bagi barang lain untuk ikut berdempetan. Termasuk di sekitar tempat kami duduk. Ternyata ada rombongan lain yang punya destinasi serupa. Rombongan inilah yang pada akhirnya menjadi teman akrab kami di Semeru. Tapi ceritanya nanti ya, sambil jalan. Yang kami ingat, mereka terdiri dari 9 orang dengan dua wanita di dalamnya. 

Saya hanya ingat beberapa saja dari mereka, yaitu: Ady, Dimas, Sidik, Zul, Isa. Sidik merupakan ketua rombongan. Ady dan Dimas sepertinya guide dan ranger. Sedangkan Zul, Isa dan yang lainnya sepertinya peserta. Saya gak bertanya lebih jauh mengenai hal itu. Namun yang penting mereka adalah anak-anak muda dan teman menyenangkan selama perjalanan kami ke Semeru. Hampir sepanjang malam kami ngobrol dan becanda. Bertukar cerita dan pengalaman. Sampai pada akhirnya rasa kantuk hilang sama sekali. Begadang-lah kami malam itu. Sampai kereta tiba di Malang pukul 02:43 pagi. Tadinya perjalan 13 jam itu saya fikir akan membosankan. Ternyata salah. Terima kasih teman-teman :-)

Kebaikan teman-teman muda kami ini ternyata terus berlanjut. Mereka mengizinkan kami ikut menumpang kendaraan yang sudah mereka sewa. Mulai dari stasiun Malang menggunakan angkutan kota atau angkot, sampai ke tempat peristirahatan sejenak kami sebelum berganti dengan mobil jeep. Walaupun kendaraan jenis angkot itu menjadi sempit dengan adanya kami bertiga (plus ransel tentunya), tapi tidak ada sedikitpun raut kekesalan di wajah mereka. Bahkan mereka setuju untuk berhenti sejenak untuk mencari perlengkapan yang kurang.

Jam 3 pagi angkot berhenti di Pasar Kebalendi sekitaran jalan Gatot Subroto, Malang. Disinilah kami melengkapi persediaan makanan. Sarden dan kornet akhirnya sukses kami beli. Tidak berapa lama, kami kembali melanjutkan perjalanan pagi nan dingin itu. Perjalanan dini hari sekitar satu jam itupun akhirnya selesai. Kami tiba di sebuah rumah kecil dengan penghuninya yang baik. 

Rumah itu berada tepat di depan Mesjid Baiturrakhiim. Di masjid inilah kami melakukan sholat Subuh terlebih dahulu. Sekitar jam 6 pagi kami melanjutkan perjalanan dengan jeep menuju Ranu Pani. Sebetulnya perjalanan ini cukup asyik lho. Jalan kecil berkelok dengan suguhan pemandangan alam indah tiada tara. 

Namun itu tidak berlaku bagi saya. Saya masuk angin dan mual, hahahaha... Umur gak bisa di tipu ya, hadduhhh... Tapi untungnya semua aman terkendali sampai Ranu Pani. Lagi, kebaikan Sidik dan teamnya membantu kami. Saat proses konfirmasi pendaftaran ulang, mereka memasukkan kami bertiga sebagai anggota rombongannya. Jadi kami tidak perlu melakukan konfirmasi ulang sendiri. Dan ini kami manfaatkan untuk istirahat dan sarapan.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Jam 9 pagi para relawan Gunung Semerumeminta kami untuk dibriefing terlebih dahulu. Karena banyaknya pendaki saat itu, briefingdilakukan beberapa sesi. Tapi sepertinya sesi kami yang paling lama. Hampir satu jam hanya untuk briefingsaja. Tapi ya kami nikmati saja. Toh hitung-hitung ini sebagai pengingat kami akan pentingnya keselamatan selama perjalanan. Walaupun kami tidak sampai puncak Mahameru alias hanya sampai Ranu Kumbolo saja. Di waktu briefinginipula kami mendapat informasi ada pendaki berusia 27 tahun yang jatuh sebelum puncak dan mengalami patah di tangan dan rusuk. Saat ini sedang dalam evakuasi team penyelamat.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Jam 10 pagi rombongan kami berpisan dengan Sidik dan teamnya. Mereka berangkat lebih dahulu. Tidak lupa kamipun menitip tempat atau lokasi tenda jika mereka sampai duluan di Ranu Kumbolo. Hanya sekitar 15 menit kemudian, kami bergerak meninggalkan Ranu Pani. Bagi saya, perjalanan awal ini sangat berat. Mata yang belum terpejam. Badan yang masih menyisakan angin di dalamnya, ransel yang berat, jalanan menanjak, membuat tubuh saya menyerah. 

Hampir saja mengikuti saran Om Dedy untuk kembali ke Ranu Pani dan istirahat disana. Tapi saya menolak. Dengan sisa tenaga yang ada, saya teruskan perjalanan ini. Targetnya sampai Pos 1 dulu. Nah sampai di Pos 1, saya putuskan untuk tidur. Cukup lama juga tidur saya. 1,5 jam. Tapi ini betul-betul efektif untuk mengembalikan stamina saya. Ditambah lagi dengan menelan pil multivitamin penambah tenaga, saya merasa semakin sehat untuk meneruskan perjalanan. Disini saya sadar, betapa pentingnya istirahat yang cukup untuk mendaki. Saran ya, lebih baik istirahat deh di kereta. Paksa saja mata terpejam demi kelancaran pendakian nanti.  

Jam 12.30 perjalanan dilanjutkan kembali. Melewati Pos 2 kami istirahat lagi. Tidak lama memang. Tapi cukup efektif membantu stamina kami. Lha iya, waktu istirahat itu kami melahap beberapa buah dan gorengan juga koq, hahaha... Lanjut lagi. Setapak demi setapak kami susuri lintasan kecil itu. Jika jalanan menanjak cukup tinggi dan jauh, kami beristirahat juga. Tidak kami paksa. Lelah sudah pasti. 

Om Dedypun sempat beberapa kali mengalami keram kaki dan betis. Juga pendaki lain. Kali saling bantu. Memberikan apa yang kami bisa dan punya agar para pendaki bisa terus melanjutkan perjalanan. Diantara Pos 2 dan Pos 3, akhirnya kami menjumpai korban patah tangan dan rusuk sedang di tandu team evakuasi. Hanya bermodalkan dua batang pohon sebagai tandu, terlihat kelelahan mereka membawa korban sampai ke Ranu Pani nanti. Mulia sekali mereka.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Pos 3. Disinilah kami bertiga istirahat cukup lama (tanpa tidur lho ya) karena energi yang memang sudah terkuras habis. Sambil kembali menikmati gorengan, buah dan minuman, mata kami sempat putus asa melihat jalan kecil menanjak curam yang terjal sebagai langkah awal meninggalkan Pos 3 ke Pos 4 nanti. Masya Allah... tinggi dan curam sekali. Bisa gak ya kami naik? Waduhh.... 

Selepas puas mengganjal perut dan tenggorokan, menghimpun kembali tenaga yang ada, kami susuri jalan terjal itu perlahan demi perlahan. Walau dengan nafas yang tersengal-sengal, walaupun memakan waktu yang cukup lama, akhirnya kami bisa melewati jalan itu. Alhamdulillah. Istirahat lagi, lalu kami lanjutkan menuju Pos 4. Lumayan, jalan yang kami lalui banyak bonusnya alias landainya. 

Dan yang membuat kami bahagia, sebelum sampai Pos 4 sudah terlihat keindahan Ranu Kumbolo dari atas. Tenda warna-warni yang tampak kecilpun pun sudah terlihat di kejauhan. Bahkan kami memutuskan istirahat saja sebelum Pos 4. Potret sana potret sini. Termasuk sebuah potret dimana saya menuliskan ucapan selamat ulang tahun kepada Istri tercinta yang entah kapan bisa disampaikan. Gak ada sinyal soalnya, hiks :-(  . Semua rasa lelah itu seperti hilang. Betul saja. Seperti dapat energi baru yang entah dari mana, Pos 4 kami lalui begitu saja tanpa istirahat dan langsung menuju Ranu Kumbolo. Alasan lainnya, saat itu sudah jam 5 sore. Dingin dan kabut juga sudah turun. Khawatir akan terlalu malam kalau kami istirahat lagi.  

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Ranu Kumbolo!!

Ternyata memang banyak sekali tenda didirikan disana. Berbagai bentuk, rupa dan warna. Hari mulai gelap. Kamipun berjalan perlahan dan hati-hati agar jangan sampai tersandung tali tenda pendaki lain. Syukur alhamdulillah. Ternyata kami bertemu lagi dengan Sidik, Dimas dan Adi. Tenda mereka sudah berdiri. Tapi entah di sengaja atau tidak, lokasi di sebelahnya kosong. Di tempat inilah kami mendirikan tenda. Bertetanggaan dengan anak-anak muda baik hati itu. Dingin yang saya perkirakan mencapai 4 derajat celcius menghambat kami dalam mendirikan tenda. Kami tidak kuat menyimpul tali. 

Dinginnya menggigit. Saya coba pakai sarung tangan, tapi yang ada malah lebih tidak bisa mengikat tali. Mau tidak mau saya lepas kembali dan berusaha keras menahan dingin agar tenda lebih cepat terpasang. Jam 18.30 akhirnya tenda sukses berdiri. Tanpa membuang waktu kami masuk kedalam sambil mempersiapkan pakaian penahan dingin serta peralatan masak. Tujuannya satu: menikmati minuman panas. Juga makan malam tentunya. Sambil melanjutkan obrolan dengan Ady dan Dimas, kami menikmati makan malam sederhanan kami. Namun saya tidak bisa berlama-lama di luar. Saya dan juga Om Kunto memutuskan untuk tidur cepat malam itu. Sementara Om Dedy melanjutkan "sesi" obrolan malam entah sampai jam berapa. 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Jumat, 12 Mei 2017 

Om Kunto membangunkan kami sekitar jam 5. Pria yang punya hobby sepak bola dan lari marathon ini terlihat sudah segar di luar tenda. Saya sendiri langsung beranjak keluar. Sementara Om Dedy masih diselimuti sleeping bag. Wah ternyata kabut cukup pekat pagi itu. Saya dan Om Kunto hampir tidak bisa melihat sekeliling kami akibat tebalnya kabut itu. 

Jarak pandang saya perkirakan maksimal 10 meter. Suhu saat itu saya perkirakan sekitar 6 atau 7 derajat celcius. Kami pesimis akan melihat sunrise dari balik dua bukit kembar Ranu Kumbolo. Dan memang benar, walaupun kabut perlahan menghilang, sunrise yang kami impikan tetap tidak bisa kami nikmati. Akhirnya saya dan Om Kunto hanya menyiapkan sarapan pagi dan minuman panas pagi itu. 

Teman-teman muda di tenda tetanggapun tidak lama ikut bangun. Sama seperti kami, Sidik, Dimas dan Ady segera menyiapkan sarapan untuk rombongannya. Ketika saya saya tanya kapan mereka naik ke Kalimati, mereka menjawab sekitar jam 8 atau 9 pagi. Okelah, kami pun berencana untuk ke Oro Oro Ombobareng dengan mereka. Ada pemandangan menarik pagi itu yang sayang kalau saya lewatkan. Sekelompok pendaki berusia diatas paruh baya ditantang untuk berfoto tanpa menggunakan baju. Luar biasa. Mereka masih sanggup menahan dingin untuk beberapa menit. Sementara saya sudah 3 lapis pakaian yang dikenakan.  

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Saya lupa jam berapa kami bertiga berangkat ke Oro Oro Ombo. Kami meninggalkan "tetangga" kami karena ternyata mereka masih melakukan persiapan. Udara sangat segar pagi itu. Dan saat itu pula kami baru tersadar bahwa banyak sekali tenda yang dibangun di area seluas lebih dari 15 hektar. Pemandangan cukup menarik. Tenda warna-warni menyilapkan mata. Enak di pandang. Sebagian sudah merobohkan tendanya untuk persiapan menginap di Kalimati sebelum merangkak ke puncak Mahameru. 

Kami bertiga berjalan santai tanpa beban di pundak. Sempat tercetus dari Om Dedy untuk melewati area Aek-aek. Tapi pada akhirnya tetap melalui jalur konvesional yang ternama: Tanjakan Cinta. Tanjakan yang memiliki kemiringan sekitar 30 derajat itu mudah saja kami lalui. Sempat berhenti di atas, kami melihat kembali warna-warni tenda yang tersebar cukup banyak di depan Ranu Kumbolo. 

Sementara kabut kembali turun menyelimuti danau. Kecantikan danau itu semakin menjadi saja. Subhanallah... Saya selalu bersyukur karena Allah memberikan kesempatan waktu dan tenaga untuk melihat keindahan ciptaanNya ini. Saya selalu bilang, kalau mau melihat bentuk surga yang ada di Indonesia, datang dan lihatlah Ranu Kumbolo. Percaya deh sama saya :-)   

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Puas melihat keindahan Ranu Kumbolo pagi itu dari ujung Tanjakan Cinta, kami langsung berpaling ke arah Oro Oro Ombo. Belum juga turun, mata kami di suguhi pemandangan indah lainnya. Hamparan bunga Verbenaberwarna ungu terlihat bak hamparan permardani. Tentu saja kami tidak melewatkannya dengan terus mengabadikannya lewat kemera ponsel kami. Sambil bergerak turun, tidak henti-hentinya kami memotret diri kami di sepanjang jalan Oro Oro Ombo tersebut. Kadang foto sendiri. Kadang foto bertiga. Pokoknya kami puas-puasin deh. :-)

Sesekali kami bertemu dengan pendaki lainnya yang juga sedang berfoto ria. Terus melangkah sampai akhirnya kami tiba di Cemoro Kandang. Shelteryang berada di ketinggian 2500 mdplitu merupakan tempat peristirahatan berikutnya bagi para pendaki. Banyaknya pohon pinus yang tumbuh disana membuat suasana cukup teduh. Belum lagi adanya penjual buah, minuman dan gorengan. Semakin menyeret langkah setiap pendaki untuk berhenti. Demikian juga dengan kami. 

Sebelum kembali ke tenda, kami sempatkan istirahat sambil menikmati gorengan dan buah. Dari kejauhan tampak banyaknya rombongan yang hendak turun dari Tanjakan Cinta menuju Oro Oro Ombo. Sebagian lagi tampak seperti semut berjalan beriringan diantara padang Verbena yang luas. Pemandangannya betul-betul indah. Tidak lebih dari 30 menit kami putuskan untuk kembali ke Ranu Kumbolo. Tapi tidak seperti jalur awal. 

Kami memilih melewati sisi bukit agar tidak menghalangi jalan para pendaki lain yang melewati jalur setapak Oro Oro Ombo. Dari atas bukit ini juga pemandangan indah hampir sama disuguhkan. Lautan luas padang Verbena dan iringan sekelompok pendaki yang berjalan kaki menjadi penghias suasana pagi menjelang siang. Saat tiba kembali di ujung Tanjakan Cinta, akhirnya kami kembali bertemu rombongan "tetangga" yang sedang berisitirahat. Itulah pertemuan kami terakhir dengan mereka di Gunung Semeru. Kami salami mereka satu persatu sambil menyemangati serta memberikan doa semoga mereka semua selamat tidak kurang satu apapun.  

Di tenda, tidak ada yang kami lakukan kecuali ngemil, minum kopi atau susu dan tidur. Cukup nikmat tidur di alam terbuka yang dingin itu. Di atas, langit terlihat bersih. Sesekali kabut juga turun melintas. Masya Allah, sungguh nikmat yang sangat besar yang bisa kami nikmati di saat itu. Sementara tenda-tenda lain sudah cukup banyak berkurang karena mereka beranjak ke Kalimati.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Menjelang malam, entah kenapa, kami semua memutuskan untuk tidak makan malam. Selepas Isya, kami bertiga memutuskan untuk tidur. Sleeping bag, jaket, sarung tangan, kaos kaki tebal, jadi teman kami malam itu. Dan betul saja, kamipun langsung tertidur malam itu. Tapi jam 00:30 waktu di jam tangan saya, saya terbangun karena lapar. Saya nikmati dua helai roti plus susu kental manis sambil menikmati udara dingin malam itu. Langit cerah. Bulan yang sudah tidak bulat sempurna lagi ikut menerangi malam itu. Sementara bintang-bintang yang tidak begitu banyak juga ikut muncul di langit. Saya berharap ini sebagai pertanda cerahnya pagi sehingga sunrisebisa kami nikmati. 

Sabtu, 13 Mei 2017 

Jam 05.00 pagi. Lagi-lagi Om Kunto membangunkan kami dan mengatakan langit cerah. Sekelebat saya dan Om Dedy ikut terbangun. Perlahan lembayung oranye muncul di awan. Seperti dikomandai, para pendaki yang masih berada di Ranu segera muncul. Segala ponsel dan kamera professional dipersiapkan. Matahari akhirnya muncul. Walau tidak sempurna, 

Matahari ternyata membawa warna-warna indah bersamanya. Warna langit berubah-ubah. Kadang biru, kadang oranye, kadang merah muda. Semua tidak luput kami abadikan. Sinar diatara dua bukit kembar, pantulan diatas air yang tenang dan jernih membuat kami tidak beranjak untuk terus memotret. Bahkan kopipun kami bawa ke dekat danau untuk kami nikmati di tepinya.Beragam posep kami lakukan. Semua demi kenangan bersama sunrise Ranu Kumbolo.    

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Jam 7 pagi kami tuntaskan acara potret memotret. Kami siapkan sarapan pagi dan langsung membenahi ransel dan tenda. Kami bersiap turun dan kembali pagi itu. Singkatnya, jam 08.30 kami mulai berdoa dan bersyukur kepada Allah atas karuniaNya, lalu melangkah pulang. Melewati jalur yang sama saat kami berangkat, perjalanan kami ternyata jauh lebih cepat. Pos 4 dan Pos 3 kami lewati tanpa berhenti. Pos 2 berhenti sejenak. 

Demikian juga di Pos 1. Yang sedikit menghalangi kami turun adalah masih banyaknya pendaki yang naik. Kami memilih untuk selalu mengalah demi memberikan jalan kepada para pendaki tersebut. Syukur Alhamdulillah, sekitar jam 12.30 kami tiba kembali di Ranu Pani. Kami putuskan untuk istirahat, makan siang dan mandi segera berganti pakaian. 

Setelah semuanya selesai, kami ke Pos Ranu Pani untuk menyetorkan semua sampah yang kami hasilkan selama di Ranu Kumbolo. Ini wajib dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab setiap pendaki agar tetap menjaga kebersihan, keindahan dan kelestarian alam di Gunung Semeru.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Bergegas kami menghampiri lokasi mobil jeep yang siap mengantar ke bawah. Jujur saja kami belum punya kendaraan yang disewa. Modal kami hanya berharap menumpang dengan rombongan lain. Betul saja, ada rombongan berjumlah 9 orang yang sudah menyewa dua jeep. Kamipun diperbolehkan menumpang dengan tetap membayar Rp. 50.000,- per orang langsung ke supir. Perjalanan lancar. Di suatu titik, kami berhenti untuk (sekali lagi) mengambil gambar dan pemandangan indah. Di kejauhan, puncak Mahameru sedikit muncul. Seolah hendak menyapa kami dengan mengucapkan selamat tinggal, dan menunggu kedatangan kami kembali.

Perjalanan pulang sampai rumah kembali dengan selamat tidak akan saya ceritakan disini karena memang sudah tidak ada lagi yang perlu ditulis. Kelelahan membawa kami untuk beristirahat. Om Kunto berpisah di Malang karena harus ke Jogja untuk suatu urusan. Sementara saya dan Om Dedy melanjutkan perjalanan pulang sampai ke Jakarta dan bertemu keluarga masing-masing.

Betapa pengalaman indah dan menakjubkan. Tidak henti-hentinya rasa syukur terucap dari bibirku. Terima kasih ya Allah atas segala kesempatan dan kemudahan ini. Terima kasih ya Allah untuk menciptakan alam yang indah ini. Terima kasih ya Allah untuk kesempatan tinggal di negeri tercinta Indonesia yang penuh keindahan. Semoga Engkau memberikan lagi kami kesempatan untuk melihat indahnya Indonesia.Terima kasih juga Om Dedy, Om Kunto, Sidik, Dimas, Ady, Zul, Isya dan yang lainnya.

tulisan ini juga dapat dilihat di blog pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun