Mohon tunggu...
Yudi Irawan
Yudi Irawan Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan Seorang Penulis

Seseorang yang baru saja belajar menulis di usia senja :-)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ranu Kumbolo, Sebuah Perjalanan Penuh Kenangan

21 November 2017   11:36 Diperbarui: 21 November 2017   11:45 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bait awal lagu Mahameru dari Dewa19 yang mereka perkenalkan tahun 1994 di album Format Masa Depan rasanya tepat menjadi lagu kenangan kami saat itu. Bagaimana tidak? Lagu yang sempat memberikan kenangan saat pertama kali ke Semeru sekitar tahun 95/96-an kini terdengar lagi di Ranu Kumbolo tahun 2017. Serasa masih muda seperti dulu lagi, hehehe... Tapi saya sudahi dulu deh bicara tentang kenangan. Saya mau fokus mencatat perjalanan "sejarah" saya ke Ranu Kumbolo lagi.

Saya mengamati media booking kereta onlinesekitar satu bulan sebelum keberangkatan. Tadinya rencana ke Ranu Kumbolo akan saya jalani sekitar akhir April 2017 bertepatan dengan adanya long weekend. Tapi ternyata tiket kereta api fullsemua. Di tambah lagi beberapa rekan (aslinya sih bapak-bapak) di komplek rumah ada yang gak bisa. 

Jadilah diputuskan untuk ke Ranu Kumbol tanggal 11-13 Mei 2017. Alhamdulillah masih ada tiket berangkat yang tersedia. Tapi sulit mencari tiket pulangnya. Telepon sana-sini, akhirnya bisa juga kami dapatkan tiket itu. Dan pada akhirnyapun yang berangkat hanya 3 orang. Saya sebut saja namanya disini ya: Yudi Irawan(saya sendiri), Dedy Nazaruddin, Kunto Putro. Koordinasipun kami lakukan via offlinemaupun online. Pokoknya dimatangkanlah semua persiapan. Saya sendiri kebagian untuk membantu pembelian tiket dan pendaftaran / perizinan onlinependakian ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Done! Semua selesai dan komplit. Tinggal menunggu hari pemberangkatan saja. 

Rabu & Kamis, 10 & 11 Mei 2017 

Saya dan Kunto (kami di komplek biasa memanggil satu sama lain dengan sebutan Om) berangkat menuju Stasiun Senen secara bersamaan. Kebetulan Om Dedy saat ini sedang tidak tinggal di komplek yang sama dengan kami. Jadi kami janjian ketemu di stasiun Senen. Tapi di jalan baru saya ingat ada beberapa yang lupa saya bawa. Haduhh.... Sarden dan kornet! Salah satu makanan wajib para pendaki selain mie instant. Singkat saja, akhirnya kereta Jayabaya perlahan merangkak diatas rel tepat jam 13:00 dimana kami menempati kursi 19A, 19B dan 19C.  

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Di dalam kereta ternyata banyak sekali pendaki yang sepertinya mempunyai tujuan yang sama dengan kami. Terlihat dari peralatan yang mereka bawa dan pakaian yang mereka kenakan. Tas ransel besar memenuhi hampir semua tempat tas / barang yang ada di atas tempat duduk. Hampir tidak ada celah bagi barang lain untuk ikut berdempetan. Termasuk di sekitar tempat kami duduk. Ternyata ada rombongan lain yang punya destinasi serupa. Rombongan inilah yang pada akhirnya menjadi teman akrab kami di Semeru. Tapi ceritanya nanti ya, sambil jalan. Yang kami ingat, mereka terdiri dari 9 orang dengan dua wanita di dalamnya. 


Saya hanya ingat beberapa saja dari mereka, yaitu: Ady, Dimas, Sidik, Zul, Isa. Sidik merupakan ketua rombongan. Ady dan Dimas sepertinya guide dan ranger. Sedangkan Zul, Isa dan yang lainnya sepertinya peserta. Saya gak bertanya lebih jauh mengenai hal itu. Namun yang penting mereka adalah anak-anak muda dan teman menyenangkan selama perjalanan kami ke Semeru. Hampir sepanjang malam kami ngobrol dan becanda. Bertukar cerita dan pengalaman. Sampai pada akhirnya rasa kantuk hilang sama sekali. Begadang-lah kami malam itu. Sampai kereta tiba di Malang pukul 02:43 pagi. Tadinya perjalan 13 jam itu saya fikir akan membosankan. Ternyata salah. Terima kasih teman-teman :-)

Kebaikan teman-teman muda kami ini ternyata terus berlanjut. Mereka mengizinkan kami ikut menumpang kendaraan yang sudah mereka sewa. Mulai dari stasiun Malang menggunakan angkutan kota atau angkot, sampai ke tempat peristirahatan sejenak kami sebelum berganti dengan mobil jeep. Walaupun kendaraan jenis angkot itu menjadi sempit dengan adanya kami bertiga (plus ransel tentunya), tapi tidak ada sedikitpun raut kekesalan di wajah mereka. Bahkan mereka setuju untuk berhenti sejenak untuk mencari perlengkapan yang kurang.

Jam 3 pagi angkot berhenti di Pasar Kebalendi sekitaran jalan Gatot Subroto, Malang. Disinilah kami melengkapi persediaan makanan. Sarden dan kornet akhirnya sukses kami beli. Tidak berapa lama, kami kembali melanjutkan perjalanan pagi nan dingin itu. Perjalanan dini hari sekitar satu jam itupun akhirnya selesai. Kami tiba di sebuah rumah kecil dengan penghuninya yang baik. 

Rumah itu berada tepat di depan Mesjid Baiturrakhiim. Di masjid inilah kami melakukan sholat Subuh terlebih dahulu. Sekitar jam 6 pagi kami melanjutkan perjalanan dengan jeep menuju Ranu Pani. Sebetulnya perjalanan ini cukup asyik lho. Jalan kecil berkelok dengan suguhan pemandangan alam indah tiada tara. 

Namun itu tidak berlaku bagi saya. Saya masuk angin dan mual, hahahaha... Umur gak bisa di tipu ya, hadduhhh... Tapi untungnya semua aman terkendali sampai Ranu Pani. Lagi, kebaikan Sidik dan teamnya membantu kami. Saat proses konfirmasi pendaftaran ulang, mereka memasukkan kami bertiga sebagai anggota rombongannya. Jadi kami tidak perlu melakukan konfirmasi ulang sendiri. Dan ini kami manfaatkan untuk istirahat dan sarapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun