Om Kunto membangunkan kami sekitar jam 5. Pria yang punya hobby sepak bola dan lari marathon ini terlihat sudah segar di luar tenda. Saya sendiri langsung beranjak keluar. Sementara Om Dedy masih diselimuti sleeping bag. Wah ternyata kabut cukup pekat pagi itu. Saya dan Om Kunto hampir tidak bisa melihat sekeliling kami akibat tebalnya kabut itu.Â
Jarak pandang saya perkirakan maksimal 10 meter. Suhu saat itu saya perkirakan sekitar 6 atau 7 derajat celcius. Kami pesimis akan melihat sunrise dari balik dua bukit kembar Ranu Kumbolo. Dan memang benar, walaupun kabut perlahan menghilang, sunrise yang kami impikan tetap tidak bisa kami nikmati. Akhirnya saya dan Om Kunto hanya menyiapkan sarapan pagi dan minuman panas pagi itu.Â
Teman-teman muda di tenda tetanggapun tidak lama ikut bangun. Sama seperti kami, Sidik, Dimas dan Ady segera menyiapkan sarapan untuk rombongannya. Ketika saya saya tanya kapan mereka naik ke Kalimati, mereka menjawab sekitar jam 8 atau 9 pagi. Okelah, kami pun berencana untuk ke Oro Oro Ombobareng dengan mereka. Ada pemandangan menarik pagi itu yang sayang kalau saya lewatkan. Sekelompok pendaki berusia diatas paruh baya ditantang untuk berfoto tanpa menggunakan baju. Luar biasa. Mereka masih sanggup menahan dingin untuk beberapa menit. Sementara saya sudah 3 lapis pakaian yang dikenakan. Â
Kami bertiga berjalan santai tanpa beban di pundak. Sempat tercetus dari Om Dedy untuk melewati area Aek-aek. Tapi pada akhirnya tetap melalui jalur konvesional yang ternama: Tanjakan Cinta. Tanjakan yang memiliki kemiringan sekitar 30 derajat itu mudah saja kami lalui. Sempat berhenti di atas, kami melihat kembali warna-warni tenda yang tersebar cukup banyak di depan Ranu Kumbolo.Â
Sementara kabut kembali turun menyelimuti danau. Kecantikan danau itu semakin menjadi saja. Subhanallah... Saya selalu bersyukur karena Allah memberikan kesempatan waktu dan tenaga untuk melihat keindahan ciptaanNya ini. Saya selalu bilang, kalau mau melihat bentuk surga yang ada di Indonesia, datang dan lihatlah Ranu Kumbolo. Percaya deh sama saya :-) Â Â
Sesekali kami bertemu dengan pendaki lainnya yang juga sedang berfoto ria. Terus melangkah sampai akhirnya kami tiba di Cemoro Kandang. Shelteryang berada di ketinggian 2500 mdplitu merupakan tempat peristirahatan berikutnya bagi para pendaki. Banyaknya pohon pinus yang tumbuh disana membuat suasana cukup teduh. Belum lagi adanya penjual buah, minuman dan gorengan. Semakin menyeret langkah setiap pendaki untuk berhenti. Demikian juga dengan kami.Â
Sebelum kembali ke tenda, kami sempatkan istirahat sambil menikmati gorengan dan buah. Dari kejauhan tampak banyaknya rombongan yang hendak turun dari Tanjakan Cinta menuju Oro Oro Ombo. Sebagian lagi tampak seperti semut berjalan beriringan diantara padang Verbena yang luas. Pemandangannya betul-betul indah. Tidak lebih dari 30 menit kami putuskan untuk kembali ke Ranu Kumbolo. Tapi tidak seperti jalur awal.Â
Kami memilih melewati sisi bukit agar tidak menghalangi jalan para pendaki lain yang melewati jalur setapak Oro Oro Ombo. Dari atas bukit ini juga pemandangan indah hampir sama disuguhkan. Lautan luas padang Verbena dan iringan sekelompok pendaki yang berjalan kaki menjadi penghias suasana pagi menjelang siang. Saat tiba kembali di ujung Tanjakan Cinta, akhirnya kami kembali bertemu rombongan "tetangga" yang sedang berisitirahat. Itulah pertemuan kami terakhir dengan mereka di Gunung Semeru. Kami salami mereka satu persatu sambil menyemangati serta memberikan doa semoga mereka semua selamat tidak kurang satu apapun. Â