Mohon tunggu...
Yudi Hardeos
Yudi Hardeos Mohon Tunggu... -

If you put your whole trust in Allah, as you ought, He most certainly will satisfy your needs, as He satisfies those of the birds. They come out hungry in the morning, but return full to their nests. (Hadits of Prophet saw by Tirmidzi). Everyone is in the world as a guest, and his money is but a loan. The guest must go sooner or later and the loan must be returned.(Ibn Mas`ud).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menara di Hyderabad (Sebuah Epik)

19 Maret 2010   06:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:19 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seberapa besarkah azam yang mungkin bisa dimiliki oleh seorang manusia sehingga kita bisa memegang kata-kata yang dilontarkan oleh seorang bocah yang bahkan belum menginjak usia baligh?

Bocah itu lahir pada tanggal 25 September 1903 (3 rajab 1321H) di Aurangabad, sebuah kota di Hyderabad (Deccan) yang dulu termasuk wilayah India sebelum Pakistan memisahkan diri pada 1947. Ayahnya yang bernama Ahmad Hasan adalah seorang muslim ta`at yang awalnya berprofesi sebagai pengacara. Ahmad Hasan memiliki tiga orang anak laki-laki. Dan bocah tadi, yang kemudian dikenal sebagai Sayyid Abul A`la al-Maududi, adalah anak paling bungsu dari ketiga bersaudara itu.

Semenjak usia yang masih kecil, al-Maududi sudah memperoleh prestasi intelektual yang mengagumkan. Melalui sistem pendidikan klasik bimbingan Ayahnya, ia mempelajari al-Qur`an, Hadits dan agama Islam secara umum serta bahasa Arab, Persia dan Urdu.

Dengan penguasaan bahasa Arabnya yang baik, pada usia empat belas tahun al-Maududi sudah bisa menerjemahkan al-Mir`ah al-Jadidah karya Qasim Amin, dari bahasa Arab ke Urdu.

Setelah menjalani pendidikan awal di rumah, al-Maududi pun meneruskan pendidikannya ke Madrasah Furqaniyah, sebuah sekolah lanjutan yang berusaha mengkombinasikan pendidikan barat modern dengan pendidikan Islam tradisional. Setelah dengan sukses menamatkan pendidikan lanjutannya, ia berada di tengah-tengah studinya di Darul Ulum, Hyderabad, ketika pendidikan formalnya terputus oleh keadaan Ayahnya yang sakit parah dan berujung pada kematiannya.

Terputusnya al-Maududi dari pendidikan formal tidak menghalanginya untuk melanjutkan belajar meski di luar institusi formal. Di awal tahun 1920, ia sudah menguasai bahasa Inggris, Arab dan Persia di samping bahasa Ibunya-Urdu; yang dengan itu ia dapat mempelajari berbagai subjek yang ia minati secara otodidak meski sesekali ia menerima instruksi dan bimbingan sistematis dari beberapa sarjana yang kompeten. Dengan proses ini, pertumbuhan intelektual al-Maududi merupakan hasil dari usahanya sendiri di samping stimulasi yang ia terima dari guru-gurunya.

Tepat di tahun itu, saat usianya menginjak 17 tahun, al-Maududi ditunjuk sebagai editor pada mingguan Taj yang diterbitkan di Jabalpore (sekarang Madhya Pradesh), India. Kepercayaan ini diberikan karena sejak tahun 1918, beberapa tulisannya telah dimuat di sebuah koran terkemuka yang berbahasa Urdu. Di Delhi, ia bertemu tokoh pergerakan khalifah, Muhammad Ali, dan bekerjasama menerbitkan koran nasionalis, Hamdard. Kemudian ia juga bergabung dengan Tahrik-e Hijrah, yang mendorong umat Islam India untuk meninggalkan India (Dar al-Harb) ke Afghanistan sebagai Dar al-Islam.

Di tahun 1921, ia berkenalan dengan pemimpin Jami`at-i `Ulama Hind (Masyarakat Ulama India) yang kemudian mengundang al-Maududi untuk menjadi editor koran resmi mereka, Muslim; yang di tahun 1925 berganti nama menjadi al-Jami`at. Disini ia jadi lebih mengetahui kesadaran politik umat islam. Ia mulai menulis berbagai realitas politik muslim seperti persoalan-persoalan umat Islam India dan keadaan Turki yang berhadapan dengan imperialisme Eropa. Hubungannya dengan al-Jami`at mendorongnya untuk menerima pendidikan agama formal. Pada mulanya ia menjadi murid Abdussalam Niyazi dan kemudian menjadi murid Ulama Deobandi di sekolah agama Masjid Fatihpuri di Delhi, dan pada tahun 1926, ia pun menerima sertifikat pendidikan agama.

Setelah al-Maududi melihat realitas politik umat Islam yang mencapai puncaknya pada keruntuhan khilafah di Turki pada tahun 1924, kehidupan al-Maududi mengalami perubahan besar. Ia menjadi penentang nasionalisme yang kini menurutnya menyesatkan orang Turki dan Mesir yang mengakibatkan penolakan kekhilafahan dan kesatuan umat Islam. Ia tak percaya pada nasionalisme India. Al-Maududi menilai Partai Kongres pimpinan Mahatma Ghandi hanya mengutamakan kepentingan Hindu dengan kedok nasionalisme. Pada saat inilah ia merasa pandangannya bertentangan dengan para Ulama al-Jami`at yang mendukung upaya Partai Kongres mengakhiri pemerintahan Inggris, sehingga ia meninggalkan al-Jami`at dan mulai menyerukan aksi Islami yang lebih melindungi kepentingan Muslim dalam menentang Imperialisme Inggris.

Pada tahun 1925, Swami Shradanand, pemuka gerakan revivalisme agama Hindu, dibunuh oleh seorang ekstrimis Muslim yang menyatakan bahwa kewajiban keagamaan untuk membunuh orang-orang yang bukan Islam. Dari peristiwa tersebut bangkit tuduhan-tuduhan bahwa Islam adalah agama pedang yang haus darah. Tekanan dan tuduhan itu mendorong al-Maududi untuk menulis sebuah buku yang berjudul al-Jihad fi al-Islam yang diterbitkan pada tahun 1927. Meski ia tulis dalam usianya yang relatif masih belia, karya ini tercatat sebagai salah satu karya terbesarnya. Di dalamnya dipaparkan dengan jelas makna dan praktek jihad yang sebenarnya dalam Islam; dan meluruskannya dari pemahaman-pemahaman ekstrim yang menyimpang.

Pada tahun 1928, di Hyderabad, ia menyelesaikan sejumlah terjemahan buku tafsir dan filsafat dari bahasa Arab, menulis sejarah Hyderabad dan beberapa teks studi Islam yang diantaranya adalah Risalah-i Diniyat (yang kemudian diterjemahkan sebagai Towards Understanding Islam).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun