Mohon tunggu...
Yudhistira Widad Mahasena
Yudhistira Widad Mahasena Mohon Tunggu... Desainer - Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

He/him FDKV Widyatama '18

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

A Musical Revolution (Bagian 1)

24 Maret 2023   22:23 Diperbarui: 24 Maret 2023   23:06 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bismillahirrahmanirrahim.

Dia datang jauh-jauh dari Houston ke Asone dengan satu tujuan...
Menjadi pelatih Pokemon terkuat dan menyelesaikan tugas liburan.
Tetapi masih tersisa satu pertanyaan:
"Apakah dia bisa?"

YWM Cinematic Universe Presents

Pernahkah Anda membayangkan sebuah petualangan yang mengubah hidup Anda, ketika sedang mengerjakan tugas sekolah selama liburan yang ada hubungannya dengan minat Anda, namun mimpi tersebut ditentang karena orang tua Anda ingin Anda mengejar pekerjaan di bidang yang sama dengan mereka? Hal itu yang terjadi pada Shin Jiyoon.

(musik: Alessandra Mele - "Queen of kings")

Jiyoon berusia 16 tahun dan baru saja pindah dari kota Houston, Texas ke wilayah fiktif Asone. Dia cantik sekali, namun dia tidak merasa demikian. Bahkan dia bilang rambutnya tampak membosankan: cokelat kemerahan sebahu, selalu digerai, tidak pernah dipakaikan asesoris. Rambutnya selalu disisir rapi. Kulitnya putih dan lembut, namun dia merasa kulitnya biasa-biasa saja.

Lalu apa yang membuat Jiyoon istimewa? Dia memiliki minat di bidang keangkasaan dan astronomi.

You see, kota tempat Jiyoon dulu tinggal, Houston, adalah pusat penelitian dan aktivitas luar angkasanya Amerika Serikat karena cuacanya yang selalu cerah dan hampir sempurna. Jiyoon sekeluarga pindah ke Asone karena mengikuti tugas ayahnya, Trey Shin, seorang politikus terkenal yang sering melakukan perjalanan bisnis. Trey jarang pulang, jadi Jiyoon hanya tinggal dengan ibunya, Jeanette Cho, dan adik perempuannya, Yeojin.

Jiyoon bangga pada Jeanette yang cantik dan putih. Sama seperti Trey, Jeanette dulu seorang politikus, namun berhenti setelah melahirkan Jiyoon dan Yeojin. Sekarang dia bekerja sebagai pelukis untuk menafkahi keluarganya. Bisa dibilang, kulit putih Jiyoon diwarisi dari Jeanette. Bila Jiyoon sedang libur sekolah dan ada waktu luang, dia sering memakai waktu luangnya dengan membantu ibunya di dapur, membuat kue.

Yeojin, adik perempuan Jiyoon, lahir hanya beda tiga hari dengannya. Jadi, Yeojin tidak memanggil Jiyoon "unnie", hanya namanya saja. Uniknya, Yeojin sama sekali tidak suka astronomi. Tapi tak apalah, masing-masing punya cita-cita. Berbeda dengan Jiyoon yang cenderung penyabar, Yeojin agak sedikit pemarah. Rambutnya hitam legam dan panjang sepinggang, selalu digerai seperti kakaknya. Dan berbeda dengan Jiyoon yang tomboy, Yeojin feminin sekali.

Jiyoon sudah memenangkan banyak penghargaan dari sekolahnya karena memenangkan lomba sains dan astronomi. Dia sudah sering pindah-pindah kota, dari Seoul, New York City, Toronto, Saskatoon, Houston, hingga menetap di Asone karena tugas Trey. Cita-citanya adalah menjadi seorang astronom terkenal. Astronom adalah orang yang meneliti bintang.

Singkat cerita...

Jiyoon baru saja menetap di kota kecil Aleyad. Kamarnya terletak di lantai dua. Jiyoon memang anak orang berada, jadi rumahnya besar dan bertingkat. Pagi itu, hal pertama yang dia lakukan adalah menyalakan komputernya dan menonton talkshow yang dibawakan idolanya, Profesor Hasim Cedar.

"Selamat datang, semuanya, di dunia Pokemon yang menakjubkan. Itulah nama rangkaian kuliah online saya. Anda tahu apa itu Pokemon. Tentu saja, mereka telah menjadi pusat masyarakat kita selama beberapa generasi. Tapi tahukah Anda bahwa wilayah asli Asone saya sebenarnya adalah yang pertama membuat pelatihan Pokemon, dan bahkan peraduan Pokemon? Setelah menjadi yang terdepan dalam permainan selama ribuan tahun, Pokemon di Asone telah diamati relatif lebih cerdas, dan lebih kuat daripada di wilayah lain. 

Seperti yang Anda ketahui, saya, Profesor Hasim Cedar, telah terkenal karena mempelajari kecerdasan Pokemon. Mereka jauh lebih mampu daripada yang kami berikan kepada mereka. Beberapa orang bahkan takut akan potensi Pokemon. Tapi saya menyambut evolusi mereka. Saya tidak percaya kita akan berhasil sejauh ini tanpa Pokemon di sisi kita. Dan itulah mengapa hari ini, saya--" kata Profesor Cedar terputus, ketika Jiyoon mengklik video Team Ozone Show di YouTube, acara komedi favoritnya.

"Terima kasih, Kapten Ozone, karena telah menyelamatkan kami!"

"Tidak masalah, anak-anak! Siapa pun Pokemon liar yang mengancam nyawa tak bersalah, Team Ozone akan ada di sana. Selalu ingat untuk menjauh dari Voltelope. Mereka mungkin terlihat kecil, tetapi akan selalu ada Thundoryx yang siap mengisi daya," kata Kapten Ozone.

Jiyoon terbahak-bahak menonton acaranya. Tiba-tiba Yeojin masuk kamar.

"Jiyoon-ah!" kata Yeojin.

Jiyoon langsung mematikan komputer dan menemui Yeojin.

"Lo baru bangun bukannya mandi, kek, malah nonton YouTube. Mandi gih, sana! Habis itu sarapan. Dicariin ibu, noh," kata Yeojin.

Jiyoon segera beranjak dari komputer dan mandi. Air dari pancuran terasa sangat segar. Tidak sampai 15 menit, Jiyoon sudah selesai mandi dan mengenakan pakaian favoritnya: T-shirt berwarna hijau muda, celana jins berwarna hijau, dan sepasang sepatu kets berwarna hijau. Rambutnya seperti biasa, disisir rapi dan dibiarkan tanpa asesoris. Kulitnya berseri karena baru selesai mandi. Jiyoon memang mandinya cepat.

Jiyoon dan Yeojin segera menuruni tangga ke ruang makan, di mana Jeanette sudah menunggu kedua putrinya. Sarapan kali ini seperti biasa, hanya ramen instan. Namun hari ini spesial karena Jeanette menambahkan telur.

"Selamat pagi, Bu!" kata Jiyoon dan Yeojin serempak.

"Eh, anak-anak ibu yang cantik sudah bangun rupanya," kata Jeanette. "Yuk, makan."

Mereka makan dengan gembira dan tenang.

"Jiyoon," kata Jeanette.

"Ya, Bu?" kata Jiyoon.

"Kita kan sekarang pindah ke Asone karena pekerjaan ayah. Tetangga sebelah kita adalah teman kuliah ayah dulu. Katanya sih kamu mengidolakan dia, Yoon," kata Jeanette.

"Jiyoon udah lama ngidolain Profesor Cedar. Terus?" tanya Jiyoon.

"Katanya dia punya anak perempuan yang sebaya sama kamu. Kamu pasti akan senang temenan sama dia," kata Jeanette. "Tapi habisin dulu makanan kamu. Lalu, kamu salam ke Profesor Cedar. Hitung-hitung silaturahmi. Kamu juga akan disekolahkan di Asone."

Jiyoon segera menghabiskan ramennya dan ke rumah Profesor Cedar. Rumahnya hanya beberapa langkah dari rumah keluarga Jiyoon. Sesampainya di sana, Profesor Cedar membukakan gerbang.

"Selamat datang di Aleyad! Kamu pasti Jiyoon, kan? Ayah kamu cerita soal anak yang masuk sekolah yang sama dengan anak saya. Kamu pasti akan senang temenan dengan dia. Mau saya panggilkan dia?" sapa Profesor Cedar ramah.

"Mau banget, Prof!" kata Jiyoon sumringah.

Profesor Cedar memanggil putri bungsunya, Isa, yang sedang berkebun di halaman belakang rumah mereka.

"Is, Isa! Cepat ke sini, Is! Kamu punya teman baru!" teriak Profesor Cedar dari kejauhan.

Isa tidak menghiraukannya. Kalau sudah melakukan dua aktivitas favoritnya, yaitu membaca buku di kamarnya atau berkebun, Isa suka keasyikan sampai lupa waktu.

"Isa, cepat! Kalo tidak kemari nanti kamu tidak dapat kue, lho," kata Profesor Cedar.

"Coming, dad," Isa segera meletakkan emratnya dan berlalu.

"Perkenalkan, ini Jiyoon. Dia anak Trey Shin, teman kuliah papa dulu," kata Profesor Cedar sambil memperkenalkan Jiyoon kepada Isa.

"JIYOON?!" Isa kaget ketika mengetahui sahabat masa kecilnya adalah tetangga barunya. Ternyata mereka bersahabat sejak balita. Ayah mereka juga dulu teman sekampus di California. "Ya ampun, lo apa kabar, Yoon? Lo makin cantik dan bening banget!" kemudian mereka bersalaman.

"Gue baik, Is. Kita udah lama gak ketemu. Lo juga makin cantik dan glowing," kata Jiyoon. Dia dan Isa lalu berpelukan erat, melepas rindu.

Jiyoon merasa penampilannya biasa-biasa saja dibanding Isa. Isa selalu tampil cantik dengan rambutnya yang hitam dan panjang sepinggang. Rambutnya sering dibiarkan tergerai, dan kadang memakai asesoris seperti bando dan jepitan. Tidak hanya itu, dia juga selalu tampil modis. Cita-cita Isa adalah ahli sastra.

"Yuk, Yoon, ke halaman belakang. Bokap gue mau jelasin sesuatu ke lo," kata Isa.

Di halaman belakang, Jiyoon melihat tiga Pokemon kecil: Eleafant, Smokalf, dan Dolflow. Mereka sedang mengikuti halang rintang yang dipasang Profesor Cedar. Eleafant berguling, Smokalf berlari, dan Dolflow melompat tinggi. Jiyoon jatuh cinta pada mereka.

"Jiyoon, Profesor di sini meneliti kecerdasan Pokemon, seberapa cerdas mereka jika dibanding manusia. Kamu pasti menikmati pertunjukan tadi. Profesor hobi meneliti di rumah, walaupun peneliti yang sebenarnya Profesor lakukan di alam liar. Kita bisa melihat bagaimana Pokemon ini bereaksi terhadap situasi tertentu, bagaimana mereka memecahkan teka-teki di tanah Asone, dan bagaimana mereka bertarung," kata Profesor Cedar.

Jiyoon menyimak dengan saksama.

"Tapi sekarang mereka sudah sepenuhnya terbiasa dengan manusia, Profesor sangat ingin memantau perilaku mereka selama pertarungan. Jadi? Gimana kalo kamu pilih favorit kamu dan melakukan pertempuran persahabatan dengan Isa?" tanya Profesor Cedar.

"Prof, saya rasa saya belum cukup hebat buat nunjukin Profesor pertempuran yang seru," kata Jiyoon. "Saya masih banyak latihan."

"Omong kosong! Ikatan kamu dengan Pokemon sudah di atas rata-rata, Yoon. Ini adalah kesempatan yang sempurna untuk melihat bagaimana ikatan tersebut bekerja, Is. Go on, pick your favorite," kata Profesor Cedar.

Jiyoon kemudian mengamati ketiga Pokemon tersebut.

Eleafant
Species: Moss Elephant Pokemon
Type: Grass
Ability: Overgrow (boosts Grass-type moves when HP is low)

Smokalf
Species: Calf Pokemon
Type: Fire
Ability: Blaze (boosts Fire-type moves when HP is low)

Dolflow
Species: Wave Pokemon
Type: Water
Ability: Torrent (boosts Water-type moves when HP is low)

Eleafant berbentuk anak gajah, Smokalf berbentuk anak sapi, sedangkan Dolflow berbentuk anak lumba-lumba. Jiyoon memilih Eleafant karena dia suka gajah dan warna favoritnya hijau. Sedangkan Isa memilih Dolflow.

"Haha, Jiyoon! Sekarang kita punya Pokemon. Sekarang gimana kalo kita battle? Tolong ajarin gue semua yang lo kuasain dalam dunia per-Pokemon-an," kata Isa.

BATTLE 1: Jiyoon vs. Isa

(musik: The Busker - "Dance (Our own party)")

You are challenged by Pokemon Trainer Isa!

Pokemon Trainer Isa sent out Dolflow!

Dolflow (lv. 5)
- Pound
- Growl
- Bubble

Go! Eleafant!

Eleafant (lv. 5)
- Tackle
- Harden
- Leafage

Hanya dengan dua kali Leafage, Eleafant berhasil mengalahkan Dolflow.

You defeated Pokemon Trainer Isa!

"Sebenarnya cukup menyenangkan, sih. Gue hampir nangis lihat Dolflow memberikan segalanya. Gue bangga banget ama lo, Yoon," kata Isa.

"Gue juga bangga kita sahabat, Is," kata Jiyoon.

"Wow! Kalian tahu apa yang kalian lakukan. Kalian bertarung dengan cerdas. Kalian dan Pokemon kalian cukup menyukai satu sama lain. Profesor kira itu akan jadi ide yang bagus jika kalian simpan Pokemon itu dan jadikan peliharaan. Jaga dengan baik. Beri mereka makanan Pokemon setiap hari," kata Profesor Cedar. "Sekarang kalian cepat. Kalian sekolah siang, kan? Jangan terlambat. Jiyoon naik bus. Isa diantar Profesor. Sampai jumpa, Jiyoon!"

"Sampai jumpa, Profesor!" kata Jiyoon dengan mata berbinar.

Sebelum pergi ke sekolah, Jiyoon kembali masuk rumah dan memperlihatkan Eleafant kepada Jeanette.

"Apa ini? Pokemon? Alamak, cantiknya!" pekik Jeanette karena kagum. Kemudian dia menoleh kepada putri sulungnya dan berkata, "Jiyoon, sekarang kamu kan sudah besar. Sudah menjadi pelatih Pokemon. Jaga Eleafant baik-baik. Kalau lapar beri dia makan. Kalau sakit kasih dia minum obat. Belajar bertanggung jawab itu hal yang utama. Jagain Pokemon itu gak gampang."

Tiba-tiba, Profesor Cedar dan Isa datang berkunjung.

"Gue yakinin lo, Net, ini adalah salah satu dari tiga Pokemon yang paling ramah dan cerdas. Dan itu juga Pokemon yang sempurna buat ngelindungin anak lo dalam perjalanannya ke sekolah," kata Profesor Cedar kepada Jeanette. Profesor Cedar ternyata kenal orang tua Jiyoon sejak sebelum mereka menikah. Mereka dulu satu sekolah di SMA. Mereka jika mengobrol menggunakan lo-gue.

"Ah, gak usah ngerepotin, Dar. Jiyoon juga naik bus ke sekolah, kok," kata Jeanette.

"Bye, Bu. Jiyoon pergi sekolah dulu," kata Jiyoon. Diciumnya pipi Jeanette dengan lembut sebelum berlalu.

(musik: April - "Dream candy")

Sepanjang perjalanan Jiyoon naik bus dari Aleyad ke sekolahnya di kota Gimelhab, Jiyoon melihat pemandangan yang indah. Wingull beterbangan di atas laut Beit Raq. Lubbird turun ke sungai untuk mencari makan. Kawanan Blitzle dan Voltelope berlarian di padang rumput yang subur. Tanpa terasa, Jiyoon sampai di sekolahnya, Asone Academy. Di sinilah Jiyoon dan teman-temannya menimba ilmu. Jiyoon segera memasuki kelasnya, kelas A. Betapa beruntungnya Jiyoon, Isa menjadi teman sekelasnya.

"Nyampe juga lo, Yoon. Macet gak? Kalo gak sih syukur. Kalo lo telat, wali kelas kita marah. Lo tahu kan Profesor Cattelan suka ngamuk kalo anak-anaknya telat atau tidur di kelas," kata Isa. Profesor Alessandro Cattelan adalah wali kelas A, guru fisika yang doyan mengomel. Biasanya beliau mengomel jika ada anak yang ketahuan tidur di kelas.

Ternyata Jiyoon kembali dipertemukan dengan teman-teman lamanya di kelas A: Soojin, Monday, Soeun, Jaehee, Jihan, dan Zoa. Mereka teman geng-gengan Jiyoon semasa SD dulu.

"Jiyoon? Ya ampun, apa kabar, Yoon?" kata Soojin.

"Kita udah lama gak ketemu. Udah 3 tahun lebih. Lo makin cantik," kata Monday.

"Skincare-nya apa?" tanya Soeun.

Semua mata nampaknya tertuju pada Jiyoon dan kulitnya yang putih lembut, walaupun Jiyoon sering bilang bahwa kulitnya sendiri kusam dan nampak tidak terawat. Padahal kulitnya putih karena faktor gen ibunya dan karena dirawat dengan baik. Kulitnya juga lembut dan halus. Namun, begitulah Jiyoon: dia tidak mau dilihat karena fisiknya, tetapi karena dia cerdas. Dia selalu mendapat A+ di pelajaran favoritnya, fisika.

"Sini, Yoon. Duduk sama gue aja," kata Isa sambil mempersilahkan Jiyoon duduk di sampingnya.

Hari itu, jam pertama adalah kelas fisika. Masuklah Profesor Alessandro Cattelan, wali kelas A yang pemarah dan doyan mengomel. Tampangnya garang seperti Arcanine kelaparan.

"Selamat pagi, anak-anak," kata Profesor Cattelan dengan serius.

"Selamat pagi, Profesor!" kata anak-anak serempak.

"Saya sering mendapat keluhan bahwa nilai fisika kalian sering jelek akhir-akhir ini. Kalian sering tidur di kelas saat saya menerangkan. Hanya ada satu teman kalian yang suka fisika dan tidak pernah tidur saat kelas, dan itu adalah teman baru kalian, Jiyoon. Sekarang buka buku paket kalian, dan catat dari halaman 10-21," kata Profesor Cattelan tegas.

(musik: Luke Black - "Samo mi se spava")

Selama satu setengah jam, ketika teman-teman lainnya tidur, Jiyoon terus memperhatikan penjelasan Profesor Cattelan. Tetiba bel pulang berbunyi.

"Kenapa kalian tidur terus di kelas? Saya tidak suka melihat anak yang tidur di kelas fisika!" geram Profesor Cattelan. "Contohlah si Jiyoon itu. Dia rajin belajar karena cita-citanya menjadi astronom. Dia paling anti tidur di kelas," lanjutnya. Kemudian dia menoleh pada murid nomor satunya dan bertanya, "Kamu mau jadi astronom, kan?"

"Iya, Prof, tapi ibu saya mau saya jadi politikus," kata Jiyoon.

"Saya mengerti apa yang kamu katakan," kata Profesor Cattelan. Kemudian beliau menoleh kepada murid-muridnya dan berkata, "Anak-anak, Jiyoon harus dijadikan panutan. Karena suka fisika dia selalu dapat A+ di mata pelajaran fisika. Kalian tidak boleh tidur saat kelas fisika. Banyaklah makan Basculin agar cerdas, sehat, dan tidak pelupa."

Kemudian Profesor Cattelan menyampaikan pesan penting.

"Oh ya, anak-anak, sebelum kalian pulang, saya ada pengumuman penting," kata Profesor Cattelan.

Anak-anak menunggu dengan sabar. Pengumuman apakah yang hendak disampaikan wali kelas kebanggaan mereka?

"Besok, kalian akan libur tiga minggu karena sekolah ada persiapan festival sains dan astronomi," kata Profesor Cattelan sambil tersenyum.

"HOREEE!!!" sorak anak-anak serempak.

"TAPI! Kalian ada tugas," Profesor Cattelan berubah dingin.

"Alaaah..." keluh anak-anak.

"Kalian akan membuat esai yang nantinya akan dipresentasikan," kata Profesor Cattelan. "Tema bebas, asalkan tidak jauh-jauh dari astronomi. Saat presentasi nanti, kalian akan dinilai oleh dua guru tamu dari Galar."

Banyak yang mengeluh tugasnya susah. Sontak, Profesor Cattelan naik darah dan membentaki anak-anaknya.

"DIAM!!! Ini perintah dari sekolah, berani-beraninya kalian melawan!" begitu teriak Profesor Cattelan.

Akhirnya Jiyoon dkk. memutuskan untuk mendiskusikan tema esai mereka. Mereka berencana berkemah malam ini sambil mendiskusikan topik esai.

"Waduh, tema esainya susah, sih," kata Soeun.

"Coba gue punya otak kayak lo, pasti gue bisa bikin esainya dengan cepat," kata Zoa.

"Sabar, gue juga lagi mikirin tema esainya, kali," kata Jiyoon.

"Gimana kalo kita kemping malam ini? Kita bisa obrolin topik esai kita di sana," kata Soojin.

"Setuju, setuju. Eh, tapi mana si Jaehee?" tanya Jiyoon.

"Dia lagi mandi di kamar mandi sekolah. Lo tahu lah dia gimana, gak akan ninggalin sekolah sebelum mandi air dingin. Biar bersih dan santai katanya," kata Monday. Jaehee memang hobi mandi dan tidak akan meninggalkan sekolah sebelum mandi di kamar mandi sekolah. Biasanya dia mandi air dingin.

Sementara itu, di Galar...

Seorang pengantar pizza bernama Eunwoo terlihat sedang mengantarkan pizza ke rumah pelanggan.

"Permisi Mas, pizza pesanan Mas sudah tiba," kata Eunwoo.

"Waduh, terima kasih lho, Mas, saya sudah lama pengen coba pizza -- eh, mana minum gue?" kata si pelanggan.

"Minuman apa?" tanya Eunwoo.

"Minuman gue! Teh Botol! Jangan bilang lo lupa minum gue!" si pelanggan tiba-tiba marah.

"Tapi... Mas gak pesan minum..." kata Eunwoo. Tiba-tiba ponselnya berdering. Dari sahabatnya, Letnan Rowoon Osterdahl.

Untuk: Eunwoo
Dari: Rowoon

KE MANA AJA?
CEPAT KE AKADEMI
PENTING

"Sorry, Mas, saya buru-buru. Ada urusan penting," kata Eunwoo sambil berlalu. Dia segera mengambil uang bayaran dari pelanggannya dan pergi ke akademi penyelamat luar angkasa di kota Wyndon.

"WOY, MANA MINUMAN GUE?!" teriak si pelanggan.

(musik: Sudden Lights - "Aija")

Eunwoo bergegas berganti pakaian dan menaiki sepeda motornya ke akademi. Ternyata Akademi Penyelamat Luar Angkasa Letnan Rowoon Osterdahl baru saja menambahkan divisi pria. Karena divisi pria masih baru, posisi Eunwoo pun masih kadet. Eunwoo segera duduk sebangku dengan Younghoon dan Hyunjae (ingat mereka? Dari "BDSP").

Kapten Martin Osterdahl masuk kelas. Beliau adalah ayah Letnan Rowoon.

"Selamat pagi," kata Kapten Martin.

"Pagi, Kapten," kata anak-anak serempak.

"Sebelum kita mulai materi hari ini, saya ingin memberitahu kalian sesuatu," kata Kapten Martin.

Pengumuman apakah gerangan yang dimaksud?

"Akan ada satu anggota tim penyelamat kita yang dikirim untuk menginvestigasi wilayah Asone. Wilayah tersebut jauh sekali, sulit dijangkau oleh manusia awam. Saya dengar Pokemon di sana lebih pintar dari pelatihnya," kata Kapten Martin. "Dan setelah berdiskusi dengan staf akademi, anggota tim tersebut adalah... Eunwoo."

"Saya, Kapten?" tanya Eunwoo.

"Iya, kamu," kata Kapten Martin. "Untuk roketnya masih dibetulkan. Coba ajak temanmu itu, si Naeun. Dia pembetul roket yang handal. Dia pasti mau kamu ajak."

"Siap, Kapten," kata Eunwoo.

Eunwoo bergegas menuruni tangga dan menemui Naeun yang sedang membetulkan roket milik akademi. Naeun membetulkan roket tersebut bersama kedua temannya, Yeoreum dan Dayoung. Mereka juga masih kadet.

"Naeun-ah!" kata Eunwoo.

"Ada apa, Eunwoo oppa? Kenapa datang pas kami sedang membetulkan roket?" tanya Naeun.

"Aku dapat pesan dari ayah Rowoon. Katanya kita mau pergi ke Asone untuk menginvestigasi region tersebut. Katanya sih Pokemon di sana sangat cerdas. Lebih cerdas dari pelatihnya. Kamu mau ikut aku?" tanya Eunwoo kepada Naeun.

Naeun hanya terdiam. Kemudian, Eunwoo mulai menyanyi...

(musik: Mimicat - "Ai coracao")

Dia menyanyi dan mengajak Naeun menari. Ketika lagu berakhir, Naeun akhirnya menyetujui ajakan dari Eunwoo.

"Aku ikut kamu. Dengan syarat: kamu harus jemput aku jam 9 malam, pas aku baru selesai mandi. Berangkat paling lambat 30 menit dari rumah karena aku mandi berendam paling lama 30 menit," kata Naeun. "OK?"

"OK," kata Eunwoo. Kemudian dia kembali ke kelasnya dan berlalu.

Kembali ke Asone...
Para anggota Weeekly sedang berkemah di taman dekat Asone Academy.

"Jadi, gimana esai kita?" tanya Soojin.

"Sabar, gue juga masih mikirin temanya," jawab Jiyoon.

"Hmmm... gue ada ide, Yoon! Lo bisa cerita tentang bintang-bintang dan planet-planet. Itu kan topik favorit lo!" kata Jihan.

Jiyoon berpikir sejenak. Tetapi kemudian dia berpikir, bukannya topik bintang-bintang dan planet-planet itu sudah biasa dalam astronomi? Dia merasa bintang dan planet bukan lagi topik yang menarik.

"Atau gini. Lo bisa cerita soal ISS - Stasiun Luar Angkasa Internasional. Di sana astronom bikin kajian tentang sains, kesehatan, dll. Gimana?" usul Jaehee.

"Aduuuh... itu topik susah! Itu topik orang dewasa. Gue lagi cari topik yang bisa ditulis remaja kayak kita," kata Jiyoon. "Kalo lo, So? Lo mau bikin esai tentang musik di luar angkasa? Lo kan anaknya musik banget, cocok tuh topik sama lo," lanjutnya sambil menoleh kepada Soeun.

"Wah, boleh juga tuh, Yoon!" kata Soeun. Soeun masih bermain musik sampai sekarang.

Kemudian mereka bersenang-senang saat berkemah. Mereka makan bekal, menyanyi, dan menari. Sesekali, mereka membakar marshmallow dan minum minuman ringan yang dibawakan mama Zoa. Ternyata Jiyoon bertetangga juga dengan Jaehee dan Zoa di Aleyad.

(musik: Wild Youth - "We are one")

Bintang-bintang di langit bersinar dengan terang. Cocok untuk stargazing. Kebetulan Jiyoon membawa teleskop dari rumahnya. Jeanette juga sudah mengizinkan putri sulungnya untuk berkemah, asal tidak pulang kemalaman. Jeanette juga tidak mau mendengar kabar Jiyoon mendapat tugas esai astronomi karena ingin dia menjadi politikus seperti Trey.

"Eh, langitnya cerah nih, guys. Gue mau ngamat dulu, ya. Gak lama, kok," kata Jiyoon sembari mengeluarkan barang kesayangannya dari tas. Kemudian, dia mengamati bintang di langit.

Soojin dll. hanya bisa geleng-geleng melihat leader mereka. Memang, di antara anak-anak Weeekly, tidak ada yang suka astronomi, hanya Jiyoon. Tiba-tiba ada benda asing jatuh dari langit. Nyalanya biru.

"Eh, apaan tuh?" tanya Jiyoon.

"Bintang jatuh! Cepat, bikin permohonan, Yoon! Katanya kalo ada bintang jatuh bisa bikin keinginan terkabul!" kata Monday.

"Kayaknya itu bukan bintang jatuh, deh. Itu... asteroid..." kata Jiyoon dengan gemetar.

"Asteroid?! Benda luar angkasa yang bisa menghancurkan bumi?" Soojin kaget. "KABUR!!!"

Jiyoon dan yang lain sudah terlambat. Mereka terkena hantaman asteroid yang besar. Jiyoon terdampar di dekat sekolah. Tiba-tiba ada seorang anak lelaki yang menemukan Jiyoon tergeletak pingsan di depan Asone Academy. Dia langsung dibawa ke UKS.

Ketika Jiyoon siuman, anak lelaki itu berbicara padanya.

"Lo gakpapa?" tanya anak lelaki itu.

"Gak, gue gakpapa," kata Jiyoon. "Makasih lho ya, udah nyelametin gue."

"It was nothing," kata anak lelaki itu. "Jake," dia memperkenalkan diri.

"Jiyoon," kata Jiyoon. Dia dan Jake lalu bersahabat.

"Gue anterin sampe rumah, ya. Kasihan nyokap lo nyari," kata Jake.

Aneh, pikir Jiyoon. Kok dia bisa tahu nyokap gue? Kok dia tahu keberadaan gue?

Jake menggendong Jiyoon dari Gimelhab ke halte bus di Beit Raq. Kemudian mereka naik bus ke Aleyad.

"Gue akan jelasin semuanya besok..." kata Jake sambil membelai rambut Jiyoon, yang tertidur di pangkuannya.

Lain halnya lagi di Galar.
Eunwoo berhasil menepati janjinya, datang ke rumah Naeun jam 9 malam, tetapi Naeun belum selesai mandi. Naeun masih berendam di bak mandi. Dia benamkan kepalanya ke dalam bak. Busa sabun menempel di pipinya. Tiba-tiba Eunwoo muncul di depannya.

"Naeun-ah!" pekik Eunwoo.

"Astaga!" Naeun kaget.

"Aku datang sesuai janji. Kita berangkat ke Galar setelah kamu selesai mandi," kata Eunwoo.

"Iya... tapi jangan ngagetin kayak tadi. Aku masih pengen rileks karena besok libur, jadi aku bisa santai," kata Naeun.

"OK, aku minta maaf. Roketnya apa kabar?" tanya Eunwoo.

"Roketnya udah bener, jadi bisa kita pakai ke Asone setelah aku selesai mandi," kata Naeun.

"Baiklah," kata Eunwoo.

Jam 9.30 malam...
Eunwoo dan Naeun naik roket ke Asone. Sebelum berangkat, Kapten Martin memberi pesan kepada mereka lewat video call bahwa mereka harus mengganti pakaian sesampainya di Asone agar orang tidak mengetahui identitas asli mereka sebagai astronot. Naeun-lah yang menyetir roket.

(musik: Let 3 - "Mama sc!")

"Jadi, bagaimana rencana kita?" tanya Eunwoo.

"Kita akan mendarat di kota Gimelhab. Lalu kita akan ke Asone Academy," jawab Naeun. "Sesampainya di Gimelhab kita akan berganti pakaian menjadi pakaian orang biasa."

"Oh," kata Eunwoo.

"Ada anak perempuan asal Asone yang katanya baru saja tertabrak asteroid. Asteroid itu bukan sembarang asteroid. Utusan kita akan menjelaskan kepada anak itu soal dampak asteroid yang menabraknya," kata Naeun.

"OK," Eunwoo menyetujui.

Roket pun lepas landas. Eunwoo dan Naeun segera mengenakan helm mereka. Roket melintasi bintang-bintang.

Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Bagaimana reaksi Jeanette setelah tahu putri sulungnya berkemah semalaman untuk membahas tugas sekolahnya?
Bagaimana peran Jake selanjutnya?
Nantikan di "A Musical Revolution" bagian 2 yang akan tayang besok.

Tabik,
Yudhistira Mahasena

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun