"Mau banget, Prof!" kata Jiyoon sumringah.
Profesor Cedar memanggil putri bungsunya, Isa, yang sedang berkebun di halaman belakang rumah mereka.
"Is, Isa! Cepat ke sini, Is! Kamu punya teman baru!" teriak Profesor Cedar dari kejauhan.
Isa tidak menghiraukannya. Kalau sudah melakukan dua aktivitas favoritnya, yaitu membaca buku di kamarnya atau berkebun, Isa suka keasyikan sampai lupa waktu.
"Isa, cepat! Kalo tidak kemari nanti kamu tidak dapat kue, lho," kata Profesor Cedar.
"Coming, dad," Isa segera meletakkan emratnya dan berlalu.
"Perkenalkan, ini Jiyoon. Dia anak Trey Shin, teman kuliah papa dulu," kata Profesor Cedar sambil memperkenalkan Jiyoon kepada Isa.
"JIYOON?!" Isa kaget ketika mengetahui sahabat masa kecilnya adalah tetangga barunya. Ternyata mereka bersahabat sejak balita. Ayah mereka juga dulu teman sekampus di California. "Ya ampun, lo apa kabar, Yoon? Lo makin cantik dan bening banget!" kemudian mereka bersalaman.
"Gue baik, Is. Kita udah lama gak ketemu. Lo juga makin cantik dan glowing," kata Jiyoon. Dia dan Isa lalu berpelukan erat, melepas rindu.
Jiyoon merasa penampilannya biasa-biasa saja dibanding Isa. Isa selalu tampil cantik dengan rambutnya yang hitam dan panjang sepinggang. Rambutnya sering dibiarkan tergerai, dan kadang memakai asesoris seperti bando dan jepitan. Tidak hanya itu, dia juga selalu tampil modis. Cita-cita Isa adalah ahli sastra.
"Yuk, Yoon, ke halaman belakang. Bokap gue mau jelasin sesuatu ke lo," kata Isa.