Mohon tunggu...
Yudhistira Widad Mahasena
Yudhistira Widad Mahasena Mohon Tunggu... Desainer - Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

He/him FDKV Widyatama '18

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Brilliant Diamond and Shining Pearl (Bagian 3)

1 April 2022   14:59 Diperbarui: 1 April 2022   15:22 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jungwon, anakku," kata ibu Jungwon.
"Ya, Mami?" kata Jungwon kepada ibunya. Jungwon memanggil orang tuanya dengan sebutan Mami dan Papi.
"Mami selalu mendukung karir kamu sebagai anak band. Mama janji, kalo kamu menang di acara Battle of the Bands, Mami akan nonton konser kamu di Turin, lalu dari uang konser itu, kita bisa pergi ke Kalos sama-sama. OK?" kata ibu Jungwon.
"Ya, Mami," kata Jungwon sambil memeluk ibunya. "Jungwon sayang Mami. Jungwon janji nggak akan ngecewain keluarga."
"Mami juga sayang Jungwon," kata ibu Jungwon. "Sekarang tidur. Kamu ke Italia diantar Papi."
"OK," kata Jungwon.

Namun, ketika Jungwon hendak membuka pintu kamarnya untuk tidur, tiba-tiba... dada ibunya terasa sesak. Napasnya tersengal-sengal. Wajahnya memucat hingga menutup mata. Beliau jatuh ke tanah. BRUK!

"Mami! Apa yang terjadi?! Oh, tidak!" kata Jungwon.

Jungwon berlari dan mengguncang-guncang tubuh ibunya.

"Mami! Bangun! Bangun, Mami sayang! Ini Jungwon, anak Mami! Jungwon akan terbang ke Italia besok!" kata Jungwon sambil menangis, lalu memanggil ayahnya. "Papi, Papi!"
"Ada apa, Jungwon?-- Oh my God!" kata ayah Jungwon yang baru saja pulang dari kantor dan mendapati sang istri tercinta tergolek pingsan di lantai ruang TV rumah mereka di Motostoke. "Jungwon, panggilkan ambulans!"

Ibu Jungwon langsung dibawa ke rumah sakit untuk dirawat. Jungwon termenung di rumah sakit karena ayahnya menemani sang istri tercinta sambil menunggu hasil diagnosis.

Dokter muda yang bernama dr. Nadir itu langsung mengatakan kepada Jungwon kata-kata berikut...

"Jungwon, ibumu terserang penyakit jantung dan harus dioperasi, namun ternyata Tuhan berkehendak lain. Sang Pencipta memanggil beliau pulang ke surga. Ikhlaskan beliau pergi," kata dr. Nadir dengan mencoba tegar.

Jungwon menangis sejadi-jadinya. Ditatapnya jasad sang ibu yang telah terbujur kaku dan terbungkus selimut, hingga kepala. Ayah dan kakak perempuannya, Adin, ikut menangis.

Jungwon mengikuti pemakaman ibunya. Inilah, kali terakhir dia melihat tubuh ibunya yang dia sayangi. Hujan turun dengan deras, sederas air mata Jungwon. Putra bungsu kesayangan ibunya belum sempat mewujudkan keinginan beliau menonton konser JRB jika mereka menang di Battle of the Bands. Sunghoon dkk. ada di sana, menghibur Jungwon, kendati ikut menangis. Mereka empatis terhadap Jungwon.

"Ikhlasin, Won..." kata Sunghoon.
"Relain, Won... big boys NEVER cry," kata Intak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun