Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenali Indonesiamu! Episode 20: Bukan Hanya Toleran, Kalimantan Barat Juga Sayang Alam

11 November 2024   15:20 Diperbarui: 11 November 2024   15:23 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada pula penganan cumi kering, yaitu sotong pangkong. Sotong pangkong adalah cumi-cumi yang digeprek hingga gepeng, lalu dipanggang dan dipukul dengan palu agar empuk.

Sotong pangkong, kudapan cumi kering khas Kalbar. (sumber: Cookpad)
Sotong pangkong, kudapan cumi kering khas Kalbar. (sumber: Cookpad)

Salah satu kue tradisional khas Kalbar yang terpengaruh budaya Tionghoa adalah chai kwe. Chai kwe adalah camilan yang terbuat dari tepung terigu yang dikukus atau digoreng, lalu diisi dengan ayam cincang, telur, dan rempah-rempah. Kudapan ini umum disuguhkan jika kita bermain ke Pontianak atau Singkawang.

Chai kwe, sejenis pangsit khas Pontianak. (sumber: Cookpad)
Chai kwe, sejenis pangsit khas Pontianak. (sumber: Cookpad)

Pontianak juga terkenal akan pisang goreng srikayanya. Pisang goreng srikaya terbuat dari pisang nipah yang hanya bisa ditemukan di Pontianak, dan disajikan dengan selai srikaya.

Pisang goreng pontianak biasanya disantap dengan selai srikaya. (sumber: Cookpad)
Pisang goreng pontianak biasanya disantap dengan selai srikaya. (sumber: Cookpad)

4. #TEKANAN (Teman Makan Anda): Semangka Emas
Menyantap kesemua makanan khas Kalbar tersebut, rasanya kurang afdol jika kita tidak mendengarkan salah satu cerita rakyat Kalbar. Ada banyak cerita yang berpesan agar anak tidak durhaka terhadap orangtua, dan dari Kalbar, cerita tersebut merupakan cerita Batu Menangis, kisah seorang gadis manja durhaka yang dikutuk menjadi batu yang hanya bisa menangis. Namun, bukan itu yang akan kita ceritakan. Cerita kali ini adalah cerita rakyat Sambas, Semangka Emas.

Alkisah, ada seorang saudagar kaya yang memiliki dua orang anak lelaki yang memiliki tabiat yang bertolak belakang. Sang kakak bersifat dermawan, sedangkan adiknya kikir. Suatu hari, si saudagar sakit dan sekarat. Sebelum meninggal, dia telah membagi harta kekayaannya kepada kedua anaknya dengan adil.

Si Kikir tentu saja sangat memuja kekayaannya hingga tak sedikit saja punya keinginan untuk membagi hartanya dengan orang lain. Berbagai cara dia lakukan agar harta bendanya terus bertambah, termasuk memungut rente yang mencekik leher dari uang yang dihutangkan kepada orang lain. Ketika menerima warisan dari sang ayah, yang pertama kali dibeli si Kikir adalah peti besi untuk menyimpan harta bendanya, berupa uang dan emas permata.

Berbeda sekali dengan si Dermawan, yang mana setelah menerima warisan dari sang ayah, dia menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Baginya, harta bukan sesuatu yang harus dipuja-puja. Tentunya hal ini membuat si Kikir mengejek setengah mati. Namun, si Dermawan tak peduli. Dia bangga miskin, asal saudaranya banyak. Dan dari menolong orang inilah, si Dermawan dikelilingi orang-orang yang sayang padanya.

Hingga suatu hari, ada seekor burung kecil yang terjatuh di pangkuan si Dermawan. Sayapnya patah dan dia tidak bisa terbang. Dengan sabar, si Dermawan merawat si burung kecil hingga sembuh, memberinya makanan, dan menaruhnya dalam sangkar yang bagus. Setelah burung itu selesai, si Dermawan melepas burung itu ke alam bebas, dan si burung memberikan sebijih benih pohon semangka kepadanya. Buahnya hanya sebuah, namun ketika dipotong, isinya bijih emas! Si Dermawan langsung membeli rumah bagus dengan kebun yang luas dengan bijih emas tersebut, dan dia hidup bahagia selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun