Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenali Indonesiamu! Episode 15: Daerah Istimewa Yogyakarta, Kerajaan yang Istimewanya Benar-benar Tiada Tara

29 September 2024   15:51 Diperbarui: 8 Oktober 2024   19:35 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandara Adisutjipto, opsi pendaratan bagi mereka yang bepergian ke Jogja dengan pesawat. (sumber: Ekonomi - Bisnis.com)

Salah satu tempat wisata sejarah lainnya di Jogja adalah Benteng Vredeburg, yang dibangun pada tahun 1787. Benteng ini awalnya digunakan sebagai benteng pertahanan VOC milik Belanda. Bangkrutnya VOC pada tahun 1799 menyebabkan benteng ini jatuh ke tangan Bataafsche Republiek, sehingga secara de facto menjadi milik Kerajaan Belanda. Kini, benteng ini beralih fungsi menjadi sebuah museum, yang menyimpan beberapa koleksi sebagai berikut:
- diorama pelantikan Soedirman sebagai Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia;
- minirama Kongres Budi Utomo;
- mesin ketik Surjopranoto;
- tiga buah kendil yang pernah digunakan oleh Soedirman ketika tinggal di rumah Ibu Mertoprawira;
- dokumen Soetomo yang berisi daftar alamat kantor kementerian ketika Jogja menjadi ibukota Republik Indonesia;
- dan bangku yang dulu dipakai oleh para siswa MA (Militer Academie) pada tahun 1945-1950.

Benteng Vredeburg. (sumber: detik.com)
Benteng Vredeburg. (sumber: detik.com)

Ada pula Taman Sari, yang merupakan situs bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dulu sekali, Sultan Jogja dan keluarganya menjadikan Taman Sari sebagai sarana melepas penat ketika beristirahat dari tugas kerajaan. Namun saat ini, Taman Sari dapat dikunjungi oleh umum, dan juga memiliki masjid bawah tanah.

Taman Sari. (sumber: Dispar Kota Yogyakarta)
Taman Sari. (sumber: Dispar Kota Yogyakarta)

Setelah wisata sejarah itu selesai, Anda dapat menyempatkan diri berbelanja batik di Pasar Batik Beringharjo. Jaraknya tidak jauh dari Keraton. Tidak hanya batik, di sini juga dijajakan jajanan pasar dan kerajinan tangan khas Jawa.

Pasar Batik Beringharjo, yang tidak hanya menjual batik. (sumber: Visiting Jogja)
Pasar Batik Beringharjo, yang tidak hanya menjual batik. (sumber: Visiting Jogja)

Dan itulah, lima kabupaten dan kota yang membentuk Daerah Istimewa Yogyakarta.

Semua kabupaten dan kota di Jogja menggunakan pelat AB di kendaraan bermotor mereka.

3. Jogja dari Segi Sosial Budaya
Sekarang kita akan meneroka Jogja dari segi sosial budaya.

Secara umum, suku Jawa adalah penghuni Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka masih melestarikan budaya Jawa yang dipengaruhi tradisi keluarga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dan pengaruh budaya Jawa ini dapat dilihat dari sejumlah tradisi seperti Sekaten untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, Tedhak Siten (turun tanah, ketika seorang anak pertama kali belajar menginjakkan kaki ke tanah), dll.

Suku Jawa adalah kelompok demografis terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. (sumber: Rintik Sedu)
Suku Jawa adalah kelompok demografis terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. (sumber: Rintik Sedu)
Dari 3,4 juta penduduk Jogja, suku Jawa adalah kelompok demografis terbesar, disusul oleh kelompok minoritas seperti Sunda, Melayu, Tionghoa, Batak, Madura, Minangkabau, and so on. Mereka berbahasa Jawa. Bahasa Jawa dialek Jogja-Solo dianggap sebagai dialek standar bahasa Jawa, namun di Jogja, mereka mengenal adanya boso walikan. Ini adalah salah satu bahasa pergaulan atau prokem yang dipakai oleh anak-anak muda Jogja. Seperti contoh, dalam boso walikan Jogja, mas, panggilan untuk lelaki Jawa yang lebih tua, menjadi dab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun