Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenali Indonesiamu! Episode 15: Daerah Istimewa Yogyakarta, Kerajaan yang Istimewanya Benar-benar Tiada Tara

29 September 2024   15:51 Diperbarui: 8 Oktober 2024   19:35 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillahirrahmanirrahim.

Saya beruntung dibesarkan oleh seorang papa yang berasal dari Jogja. Bahkan setiap tahun kami sekeluarga pergi ke Jogja untuk sowan ke rumah keluarga di sana. Dan prolog episode serial "Kenali Indonesiamu" kali ini sangatlah appropriate, karena setelah sebelumnya kita meneroka Jawa Tengah, kita akan pergi ke Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebelumnya mengapa Yogyakarta disebut daerah istimewa? Karena sejak 1755, Yogyakarta, atau yang akrab disapa Jogja, sudah memiliki pemerintahan sendiri. Yogyakarta artinya Yogya yang kerta, Yogya yang makmur, sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan paling utama. Jogja dipimpin oleh seorang gubernur yang juga merupakan kepala daerah istimewa. Saat ini, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai Raja Yogyakarta dengan Sri Paku Alam sebagai wakilnya, Raja Pakualaman. Kedua jabatan ini bersifat turun-temurun dan tidak dipilih oleh pemilu. Jadi Jogja ini adalah kerajaan.

Data singkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta:
Ibukota: Yogyakarta
Luas: 3.185,80 km2
Populasi: 3.710.229 (terbanyak penduduknya ke-19 di Indonesia)
Demografi:
- Agama: 92,96% Islam, 6,85% Kristen, 0,09% Hindu, 0,08% Buddha, 0,02% lainnya
- Suku bangsa: Jawa
- Bahasa: Jawa
Slogan pariwisata: Jogja Istimewa
Lagu daerah: "Gambang suling", "Lir-ilir", "Sluku-sluku bathok", "Padhang bulan", dll.
Rumah adat: rumah Bangsal Kencono
Senjata tradisional: keris
Flora identitas: kepel
Fauna identitas: burung perkutut
Puncak tertinggi: Gunung Merapi (2.910 mdpl)
Sungai terpanjang: Sungai Progo (138 km)
Makanan khas: gudeg, ayam kalasan, dll.
Cerita rakyat: Roro Jonggrang
Pahlawan nasional: K.H. Ahmad Dahlan, Ki Hajar Dewantara, Dr. Wahidin Sudirohosodo, dll.

Saluran YouTube Expedia melakukan pekerjaan yang baik dalam memaparkan secara ringkas tentang tempat wisata di Jogja. Nanti akan kita bahas lebih detail.


Seperti biasa, kita akan memulai pembahasan kita dengan membahas Jogja dari segi geografis, alam, dan ekonomi.

Bagian 1: Jogja dari Segi Geografi Fisik
Secara geografis, Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan Pulau Jawa, dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Dengan Jawa Tengah, mereka berbatasan dengan Kabupaten Purworejo di barat, Kabupaten Magelang di utara dan barat laut, Kabupaten Klaten di timur laut, dan Kabupaten Wonogiri di timur.

Begini. Dulu ketika SMA, saya sempat bermain Final Fantasy XV di PS4 milik teman, walaupun baru sekarang saya membuat analogi bahwa Eos, nama region di game tersebut, itu seperti Jogja. Eos terbagi menjadi empat negara:
- Lucis, yang mencakup seluruh massa daratan, yang memiliki sebuah artefak ajaib yang disebut Crystal, yang diberikan kepada dinasti Caelum yang berkuasa oleh dewa-dewa dunia di jaman dahulu dan diakses melalui Cincin Lucii yang diwariskan;
- Accordo, sebuah negara pulau di selatan yang terbentuk oleh persatuan kota yang berdagang bebas;
- Niflheim, sebuah kekaisaran yang sudah maju secara teknologi;
- dan Tenebrae, yang dikuasai oleh Oracle, seorang pendeta wanita yang dapat berkomunikasi dengan para dewa.

Jadi analoginya:
- Lucis = Bantul
- Accordo = Gunungkidul
- Niflheim = Sleman dan Kota Yogyakarta
- Tenebrae = Kulon Progo

Berdasarkan bentang alamnya, wilayah Jogja dapat dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografis, yaitu:
- satuan fisiografis Gunung Merapi;
- satuan fisiografis Pegunungan Sewu;
- satuan fisiografis Pegunungan Kulon Progo;
- dan satuan fisiografis dataran rendah.

Berikut puncak tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

1. Gunung Merapi (2.968 mdpl)
Letak: Kabupaten Sleman

Gunung Merapi memang tidak sepenuhnya terletak di Jogja, namun sebagian lerengnya masuk ke dalam kawasan Kabupaten Sleman. Gunung Merapi masih tercatat sebagai gunung berapi aktif dan terakhir kali meletus pada 11 Maret 2023. Pada tanggal 26 Oktober 2010 lalu, Merapi meletus dan menewaskan sedikitnya 353 orang, termasuk Mbah Maridjan, seorang juru kunci Gunung Merapi yang mendapat amanah tersebut dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Hingga kini, puncak Gunung Merapi menarik perhatian para pendaki gunung, dan menyuguhkan panorama sunrise yang menakjubkan. Namun perlu diingat, untuk mendaki Gunung Merapi, harus mengikuti rekomendasi dari arahan pihak berwenang karena Gunung Merapi masih aktif dan punya potensi untuk meletus.

Gunung Merapi menjulang tinggi di perbatasan antara Kabupaten Sleman dan Kabupaten Magelang. (sumber: WS Rental Jogja)
Gunung Merapi menjulang tinggi di perbatasan antara Kabupaten Sleman dan Kabupaten Magelang. (sumber: WS Rental Jogja)

2. Gunung Api Purba Nglanggeran (911 mdpl)
Letak: Kabupaten Gunungkidul

Gunung Api Purba Nglanggeran mungkin tidak terlalu tinggi jika dibanding Merapi, namun pesonanya saja sudah menjadi primadona bagi para pendaki gunung. Selain jalur pendakian yang menantang, pendaki disuguhi pemandangan spektakuler berupa hamparan perbukitan hijau yang membentang hingga Laut Jawa di selatan.

Gunung Api Purba Nglanggeran. (sumber: SiagaBencana.com)
Gunung Api Purba Nglanggeran. (sumber: SiagaBencana.com)

3. Gunung Ireng (900 mdpl)
Letak: Kabupaten Gunungkidul

Berbeda dengan gunung lainnya di Jogja yang didominasi jalur berpasir, Gunung Ireng menawarkan trek pendakian dengan pepohonan yang berdiri rapat. Hamparan perbukitan kapur putih yang unik ditawarkan oleh lanskap Gunung Ireng menjelang puncak.

Gunung Ireng. (sumber: Alodia Tour)
Gunung Ireng. (sumber: Alodia Tour)

4. Gunung Gentong (520 mdpl)
Letak: Kabupaten Gunungkidul

Gunung Gentong mungkin hanya setinggi 520 mdpl, namun keindahan alam di sekitar gunung ini merupakan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Desa Manggung, Kelurahan Ngalang, Kapanewon Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. Dari puncaknya kita bisa melihat seluruh Jogja dengan segala keindahannya.

Gunung Gentong. (sumber: Medcom.id)
Gunung Gentong. (sumber: Medcom.id)

Salah satu sungai terpanjang di Jogja adalah Kali Progo, yang berhulu di Gunung Sumbing, Kabupaten Temanggung di Jawa Tengah, kemudian melewati Kabupaten Magelang, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo, dan sebelum akhirnya bermuara di Pantai Pandansimo, Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul. Karena aliran sungainya yang cukup deras, Kali Progo kerap dimanfaatkan untuk olahraga arung jeram.

Salah satu sungai terpanjang di Jogja adalah Kali Progo. (sumber: Jogja - Solopos.com)
Salah satu sungai terpanjang di Jogja adalah Kali Progo. (sumber: Jogja - Solopos.com)
Adapun danau terbesar di Jogja adalah Danau Kalibiru di Kabupaten Kulon Progo. Pada ketinggian 450 mdpl, danau ini memiliki tanah bergelombang dan dominan oleh perbukitan dalam area hutan lindung di persekitarannya. Wisatawan yang berkunjung ke sini dapat menikmati segala fasilitas pendukung, seperti flying fox, bersepeda offroad, atau hanya sekedar menikmati keindahan danau yang terletak di Perbukitan Menoreh ini.

Danau Kalibiru. (sumber: Katadata)
Danau Kalibiru. (sumber: Katadata)

Seperti biasa, semua provinsi di Indonesia punya flora dan fauna identitas yang membuat mereka stand out dari satu sama lain. Dan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, kita akan berkenalan dengan kepel dan burung perkutut, flora dan fauna identitas provinsi ini.

Kepel (Stelechocarpus burahol) digemari oleh putri-putri Keraton Jogja karena dipercaya menyebabkan keringat berbau wangi dan membuat air seni tidak berbau tajam. Dagingnya yang berwarna jingga dan mengandung sari buah memberikan aroma seperti bunga mawar bercampur buah sawo pada hasil ekskresi tubuh. Dalam pengobatan, daging kepel berfungsi peluruh kencing, mencegah radang ginjal, dan menyebabkan kemandulan sementara pada wanita. Jadi, bagi kalangan wanita bangsawan Jawa, kepel ini berfungsi sebagai parfum dan alat KB alami. Di Jogja, Anda dapat menemukan pohon kepel di sekitar lingkungan Taman Sari.

Kepel dipercaya oleh wanita Keraton Jogja sebagai pengharum keringat. (sumber: IDN Times)
Kepel dipercaya oleh wanita Keraton Jogja sebagai pengharum keringat. (sumber: IDN Times)

Adapun fauna identitas Daerah Istimewa Yogyakarta adalah burung perkutut (Geopelia striata). Dalam alam, burung ini berperan sebagai pengontrol alami serangga. Walaupun dia hanya makan bebijian, tidak menutup kemungkinan dia juga makan serangga di sekitarnya. Dalam budaya Jawa, khususnya di Jogja, burung perkutut dianggap sebagai simbol status sosial dan spiritualitas, juga melambangkan ketenangan, kesederhanaan, serta kedekatan dengan alam. Selain itu, burung perkutut menjadi kesayangan para pangeran di lingkungan Keraton Jogja.

Burung perkutut merupakan burung kesayangan para pangeran Keraton Jogja. (sumber: TIMES Indonesia)
Burung perkutut merupakan burung kesayangan para pangeran Keraton Jogja. (sumber: TIMES Indonesia)

Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi banyak sektor, di antaranya sektor investasi, perindustrian, perdagangan, koperasi, UKM, pertanian, ketahanan pangan, kehutanan, perkebunan, kelautan, ESDM, dan pariwisata.

Pariwisata merupakan sektor utama bagi Jogja. Setiap tahun, lebih dari 1 juta wisatawan, baik dalam negeri maupun luar negeri mengunjungi Jogja Istimewa untuk mengunjungi tempat wisatanya yang terjangkau dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat signifikan menjadi motor kegiatan perekonomian Jogja yang bertumpu pada sektor jasa dan pertanian. Tak heran mengapa grup-grup K-pop seperti TVXQ, Super Junior, dan Seventeen terpikat pada Jogja. Berikut keseruan S.Coups, Jeonghan, dan Wonwoo dari Seventeen saat bepergian ke Jogja untuk acara "Battle Trip". Mereka menyempatkan diri ke Jalan Malioboro, Candi Borobudur, Goa Jomblang, Gumuk Pasir Parangkusumo, dan Pantai Parangtritis.


Bicara soal tempat wisata, setiap wisatawan yang hendak pergi ke Jogja dapat bepergian dengan tiga metode: mobil, kereta, atau pesawat. Jogja dapat ditempuh dalam waktu 7 jam 25 menit dari Jakarta atau 6 jam 43 menit dari Bandung, jika lewat Jalan Tol Trans-Jawa. Bahkan waktu tempuh dari Jakarta ke Jogja akan semakin cepat dengan dibangunnya Jalan Tol Jogja-Solo ruas Klaten-Kartasura, yang Insya Allah akan diresmikan sebelum tahun ini selesai.

Jika naik pesawat, dari Jakarta ke Jogja dapat ditempuh 1 jam 5 menit. Wisatawan yang pergi ke Jogja dengan pesawat dapat mendarat di Bandara Adisutjipto di Sleman atau Yogyakarta International Airport di Kulon Progo.

Bandara Adisutjipto, opsi pendaratan bagi mereka yang bepergian ke Jogja dengan pesawat. (sumber: Ekonomi - Bisnis.com)
Bandara Adisutjipto, opsi pendaratan bagi mereka yang bepergian ke Jogja dengan pesawat. (sumber: Ekonomi - Bisnis.com)

Adapun jika naik kereta, wisatawan dapat turun di Stasiun Tugu, yang letaknya tidak jauh dari Jalan Malioboro. Dan ini fakta: selama hampir 25 tahun hidup, saya sudah tiga kali ke Jogja dengan kereta, yaitu tahun 2008, 2012, dan 2013. Insya Allah tahun ini saya akan ke Jogja dengan kereta lagi.

Stasiun Tugu. (sumber: GudegNet)
Stasiun Tugu. (sumber: GudegNet)

2. Jogja dari Segi Administratif
Sekarang kita akan berkenalan dengan lima kabupaten dan kota yang membentuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten kemudian dibagi menjadi kapanewon, sedangan Kota Yogyakarta dibagi menjadi kemantren.

Setiap divisi administratif di Jogja memiliki semboyan sendiri:
1. Kulon Progo = Binangun
2. Bantul = Projotamansari
3. Gunungkidul = Handayani
4. Sleman = Sembada
5. Jogja = Berhati Nyaman

1. Kabupaten Bantul (Bantul):
- Kapanewon Bambanglipuro
- Kapanewon Banguntapan
- Kapanewon Bantul
- Kapanewon Dlingo
- Kapanewon Imogiri
- Kapanewon Jetis
- Kapanewon Kasihan
- Kapanewon Kretek
- Kapanewon Pajangan
- Kapanewon Pandak
- Kapanewon Piyungan
- Kapanewon Pleret
- Kapanewon Pundong
- Kapanewon Sanden
- Kapanewon Sedayu
- Kapanewon Sewon
- Kapanewon Srandakan

Jika kita kembali ke analogi Final Fantasy XV, berarti Lucis itu Bantul. Di sinilah sang karakter utama, Noctis Lucis Caelum, tinggal. Noctis adalah pangeran Kerajaan Lucis, anak kepada Regis Lucis Caelum CXIII. Noctis pernah menjadi karakter tamu di Tekken 7, dengan keunikannya sendiri; dia bisa memakai pedang, pisau, tombak, dan juga magic saat bertarung. Ada satu hal yang harus disayangkan dari Noctis jika Anda saat ini masih bermain Tekken 7: dia ini karakter berbayar, jadi jika Anda ingin bermain sebagai si DeNOK dari JeTIS ini, Anda harus membelinya dengan uang asli, dan harganya mahal sekali.

Bantul memiliki semboyan Projotamansari, yang merupakan singkatan dari "Produktif-Profesional, Ijo Royo-royo, Tertib, Aman, Sehat, dan Asri". Jetis adalah salah satu kapanewon di Kabupaten Bantul, yang juga merupakan nama salah satu kemantren di Kota Yogyakarta.

Bantul Projotamansari. (sumber: YogYes.com)
Bantul Projotamansari. (sumber: YogYes.com)

Bantul terkenal dengan salah satu tempat wisatanya, yaitu Makam Raja-raja Imogiri. Terletak di Dusun Pajimatan, Girirejo, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, di sinilah orang berziarah untuk memberikan penghormatan mereka kepada raja-raja yang memerintah dari masa Kesultanan Mataram Islam hingga masa kerajaan terbagi antara Yogyakarta dan Surakarta. Salah satu Raja Mataram yang menjadikan Makam Raja-raja Imogiri sebagai final resting place-nya adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo, yang memerintah dari tahun 1613-1645.

Makam Raja-raja Imogiri, tempat peristirahatan terakhir para Sultan Mataram Islam. (sumber: YogYes.com)
Makam Raja-raja Imogiri, tempat peristirahatan terakhir para Sultan Mataram Islam. (sumber: YogYes.com)

Tempat wisata lainnya di Bantul adalah Pantai Parangtritis. Pantai yang terletak di Kalurahan Parangtritis, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul ini jaraknya kurang lebih 27 km dari Kota Yogyakarta dan telah menjadi salah satu ikon pariwisata di Jogja. Pantai ini terkenal akan pemandangan laut dan mentari terbenam yang indah, serta legenda Nyi Roro Kidul, sang penguasa pantai selatan Jawa. Pssst, katanya, jika kita ke Parangtritis, kita jangan memakai baju hijau, lho. Menurut legenda setempat, Nyi Roro Kidul akan menyeret kita ke sarangnya dan menghanyutkan kita ke laut jika memakai baju hijau.

Pantai Parangtritis. (sumber: RedDoorz)
Pantai Parangtritis. (sumber: RedDoorz)

Bantul juga dikenal dengan tempat wisata Hutan Pinus Mangunan. Saya sering ke sini setiap kali berkunjung ke Jogja. Letaknya di Sukorame, Kalurahan Mangunna, Kapanewon Dlingo. Hutan seluas 500 meter ini ditumbuhi dengan pelbagai macam pohon, seperti pinus, akasia, mahoni, dan kayu putih. Sangat cocok untuk menyegarkan mata setelah sekian lama duduk bekerja di depan komputer.

Hutan Pinus Mangunan. (sumber: Visiting Jogja)
Hutan Pinus Mangunan. (sumber: Visiting Jogja)

Selain tiga tempat wisata di atas, masih banyak tempat wisata yang bisa Anda temukan di Bantul Projotamansari.

Bantul juga merupakan rumah bagi kampus Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Di sinilah lahirnya tokoh-tokoh seni penting Indonesia, seperti Djaduk Ferianto, Butet Kartaredjasa, Soimah Pancawati, Gogon Srimulat, Ahmad Faisal Ismail, Ifa Isfansyah, dan Didik Nini Thowok. Salma Salsabil, sang jawara Indonesian Idol XII, juga merupakan alumna ISI Jogja.

Kampus ISI Jogja terletak di Kapanewon Sewon, Bantul. (sumber: Quipper Campus)
Kampus ISI Jogja terletak di Kapanewon Sewon, Bantul. (sumber: Quipper Campus)

2. Kabupaten Gunungkidul (Wonosari):
- Kapanewon Gedangsari
- Kapanewon Girisubo
- Kapanewon Karangmojo
- Kapanewon Ngawen
- Kapanewon Nglipar
- Kapanewon Paliyan
- Kapanewon Panggang
- Kapanewon Patuk
- Kapanewon Playen
- Kapanewon Ponjong
- Kapanewon Purwosari
- Kapanewon Rongkop
- Kapanewon Saptosari
- Kapanewon Semanu
- Kapanewon Semin
- Kapanewon Tanjungsari
- Kapanewon Tepus
- Kapanewon Wonosari

Gunungkidul memiliki semboyan Handayani, yang bermakna "berhasil guna, berdaya guna, dan tepat guna". Handayani juga merupakan akronim dari "Hijau, Aman, Normatif, Dinamis, Amal, Yakin, Asah Asih Asuh, Nilai Tambah, Indah".

Gunungkidul Handayani. (sumber: Pemkab Gunungkidul)
Gunungkidul Handayani. (sumber: Pemkab Gunungkidul)

Jika kita mengacu lagi ke analogi Final Fantasy XV, maka Gunungkidul bisa kita analogikan sebagai Accordo, yaitu negara di pantai selatan Eos yang terbentuk oleh persatuan kota yang berdagang bebas. Di sinilah konsentrasi hutan terbesar di Jogja. Bak Accordo, Gunungkidul juga memiliki wisata pantai yang indah. Salah satunya adalah Pantai Timang. Di sinilah para nelayan berburu lobster dengan menaiki kereta gantung yang menghubungkan antara Pantai Timang dan Pulau Panjang.

Pantai Timang. (sumber: Jogjapolitan)
Pantai Timang. (sumber: Jogjapolitan)

Saya belum pernah ke Pantai Timang, dan jika ke Jogja lagi tahun ini sebagaimana tradisi tahunan, ini saatnya saya pergi ke Pantai Timang.

Tempat wisata lainnya di Gunungkidul adalah Goa Pindul dan Goa Jomblang. Goa Pindul adalah goa eksotis yang terletak di Desa Bejiharjo, Kapanewon Karangmojo. Jaraknya hanya satu jam dari Kota Yogyakarta. Wisata Goa Pindul sangat ramah keluarga karena bayi usia 1 tahun pun bisa ikut. Penarik wisatawan di Goa Pindul adalah cave tubing, yaitu mengarungi sungai bawah tanah yang beraliran tenang dan tidak berjeram dengan ban renang. Di dalam goa ini terdapat banyak batu kristal, moonmilk, stalaktit, dan stalagmit.

Cave tubing di Goa Pindul. (sumber: YogYes.com)
Cave tubing di Goa Pindul. (sumber: YogYes.com)
Goa lainnya yang bagus di Gunungkidul adalah Goa Jomblang. Ini adalah goa yang dikunjungi oleh Seventeen di acara "Battle Trip" tahun 2019 lalu. Jika kita datang pagi-pagi, kita bisa menikmati penampakan cahaya surga, ketika cahaya sang mentari menemnbus masuk goa. Cocok untuk dijadikan foto.

Goa Jomblang dengan cahaya surganya. (sumber: Yogjocom)
Goa Jomblang dengan cahaya surganya. (sumber: Yogjocom)

3. Kabupaten Kulon Progo (Wates):
- Kapanewon Galur
- Kapanewon Girimulyo
- Kapanewon Kalibawang
- Kapanewon Kokap
- Kapanewon Lendah
- Kapanewon Nanggulan
- Kapanewon Panjatan
- Kapanewon Pengasih
- Kapanewon Samigaluh
- Kapanewon Sentolo
- Kapanewon Temon
- Kapanewon Wates

Analoginya, Kulon Progo adalah Tenebrae di Final Fantasy XV, yaitu wilayah di Eos yang dikuasai oleh Oracle, bangsa pendeta wanita yang diyakini dapat berkomunikasi dengan para dewa.

Kulon Progo memiliki slogan Binangun, yang merupakan akronim dari "Beriman, Indah, Nuhoni, Aman, Nalar, Guyub, Ulet, dan Nyaman". Beribukota di Wates, Kulon Progo merupakan penghubung antara Jawa Tengah dan Jogja dari sisi barat.

Kulon Progo Binangun. (sumber: YogYes.com)
Kulon Progo Binangun. (sumber: YogYes.com)

Seperti yang dijelaskan, wisatawan mancanegara yang bepergian ke Jogja kini dapat mendarat di Yogyakarta International Airport yang terletak di Kulon Progo, tepatnya di Kapanewon Temon. YIA menggantikan Bandara Adisutjipto yang sudah tidak lagi mampu menampung kapasitas penumpang dan pesawat, dan per 29 April 2024 merupakan satu-satunya bandara internasional untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan seluruh Provinsi Jawa Tengah.

Yogyakarta International Airport di Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo. (sumber: yogyakarta-airport.co.id)
Yogyakarta International Airport di Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo. (sumber: yogyakarta-airport.co.id)

Kita tadi sudah membahas Danau Kalibiru, namun salah satu wisata pantai indah di Kabupaten Kulon Progo adalah Pantai Glagah. Pantai ini merupakan salah satu pantai di Jogja dengan hamparan pasir hitam yang mengandung pasir besi. Jaraknya kira-kira 10 km dari Kota Wates.

Pantai Glagah. (sumber: Magneto Holidays)
Pantai Glagah. (sumber: Magneto Holidays)

Ketika pergi ke Jogja pada tahun 2022 lalu, saya berkesempatan untuk pergi bersepeda di Pronosutan View. Sambil bersepeda, kita dapat menikmati hijaunya panorama sawah yang membentang. Lagi-lagi, cocok untuk menyegarkan mata setelah seharian melihat gawai atau komputer.

Pronosutan View, sensasi bersepeda sambil menikmati panorama sawah. (sumber: Radar Jogja)
Pronosutan View, sensasi bersepeda sambil menikmati panorama sawah. (sumber: Radar Jogja)

4. Kabupaten Sleman (Sleman):
- Kapanewon Berbah
- Kapanewon Cangkringan
- Kapanewon Depok
- Kapanewon Gamping
- Kapanewon Godean
- Kapanewon Kalasan
- Kapanewon Minggir
- Kapanewon Mlati
- Kapanewon Moyudan
- Kapanewon Ngaglik
- Kapanewon Ngemplak
- Kapanewon Pakem
- Kapanewon Prambanan
- Kapanewon Seyegan
- Kapanewon Sleman
- Kapanewon Tempel
- Kapanewon Turi

Analoginya, Sleman dan Kota Yogyakarta membentuk satu kesatuan sebagai Niflheim, negara yang sudah maju secara teknologi di Eos di Final Fantasy XV. Sleman adalah satu-satunya kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak memiliki garis pantai, dan dari seluruh kabupaten Anda bisa melihat Gunung Merapi dengan segala keindahannya. Dan ini fakta: keluarga papa saya yang tinggal di Jogja, tinggalnya di Sleman bukan di Kota Yogyakarta.

Sleman memiliki slogan Sembada. Sembada bermakna sikap dan perilaku rela berkorban dan bertanggung jawab untuk menjawab dan mengatasi segala masalah. Sembada juga merupakan akronim dari "Sehat, Elok dan Edi, Makmur dan Merata, Bersih dan Berbudaya, Aman dan Adil, Damai dan Dinamis, dan Agamis".

Tempat wisata yang akan kita bahas pertama kali di Sleman adalah Kaliurang. Kaliurang terletak di daerah dataran tinggi. Banyak resor dan tempat peristirahatan yang dapat ditemukan di sini oleh orang kota sehingga terdapat banyak vila penginapan (kebanyakan orang menyebutnya wisma). Pada 13 Januari 1948, salah satu wisma di Kaliurang dijadikan lokasi perundingan antara Republik Indonesia dengan Komisi Tiga Negara, yang disebut Perundingan Kaliurang.

Wisata Alam Kaliurang. (sumber: detik.com)
Wisata Alam Kaliurang. (sumber: detik.com)

Candi Prambanan yang terkenal itu, juga terletak di Sleman. Kompleks candi Hindu yang juga disebut dengan Candi Roro Jonggrang ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama dalam agama Hindu yaitu Brahma (dewa pencipta), Wisnu (dewa pemelihara), dan Siwa (dewa perusak). Candi Prambanan termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Setiap tahun di Prambanan, diadakan Prambanan Jazz Festival, yaitu festival musik jazz internasional yang diadakan sejak 2015.

Candi Prambanan. (sumber: CNN Indonesia)
Candi Prambanan. (sumber: CNN Indonesia)

Saat pertama kali ke Prambanan pada tahun 2007, saya benar-benar jatuh cinta dengan penampakannya. Ada Candi Nandi, Candio Angsa, Candi Brahma, Candi Siwa, Candi Wisnu, dll. Namun, Candi Prambanan bukan satu-satunya candi di Sleman. Ada pula Candi Ratu Boko, situs purbakala yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang berada kira-kira 3 km di sebelah selatan dari kompleks Candi Prambanan. Letaknya kira-kira 18 km sebelah timur Kota Yogyakarta atau 50 km barat daya Kota Solo.

Nama Ratu Boko berasal dari legenda masyarakat setempat. Diyakini bahwa Ratu Boko adalah ayah dari Roro Jonggrang, yang juga menjadi nama candi utama pada kompleks Candi Prambanan.

Candi Ratu Boko. (sumber: Homestaydijogja.net)
Candi Ratu Boko. (sumber: Homestaydijogja.net)

Pada 26 Oktober 2010, Gunung Merapi meletus dan menewaskan sedikitnya 353 orang, termasuk sang juru kunci, Mbah Maridjan. Hingga kini, Gunung Merapi masih aktif dan masih berpotensi untuk meletus. Di Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, ada museum geologi yang berfokus pada pendidikan kegunungapian dan kebencanaan geologi lainnya dengan pendekatan rekreatif-edukatif untuk masyarakat luas dengan tujuan untuk memberikan wawasan mendalam terkait gunung berapi. Namanya Museum Gunungapi Merapi. Selain informasi terkait kegunungapian, museum ini juga menyimpan memorabilia dari barang-barang yang terkena abu Gunung Merapi saat dia meletus tahun 2010 lalu.

Museum Gunungapi Merapi. (sumber: Visiting Jogja)
Museum Gunungapi Merapi. (sumber: Visiting Jogja)

Ada banyak tempat wisata di Sleman yang sering salah dikira berada di Kota Yogyakarta, salah satunya adalah Museum Affandi. Museum ini didedikasikan untuk karya-karya Affandi, seniman nyentrik Indonesia yang terkenal di dunia internasional berkat gaya ekspresionis dan romantismenya yang khas. Affandi meninggal dunia pada 23 Mei 1990 di Jogja, dan beliau dimakamkan tidak jauh dari museum yang beliau dirikan. Selain 300 lukisan karya Affandi sendiri, Museum Affandi juga menyimpan lukisan dari maestro seni lukis Indonesia lainnya, seperti Basuki Abdullah, Popo Iskandar, Sudjojono, Hendra Gunawan, Barli Sasmitawinata, dan Mochtar Apin.

Museum Affandi, perayaan seni lukis Indonesia. (sumber: YogYes.com)
Museum Affandi, perayaan seni lukis Indonesia. (sumber: YogYes.com)

Ada juga Monumen Jogja Kembali, atau yang juga disingkat Monjali. Museum monumen berbentuk kerucut ini menyimpan banyak koleksi yang menceritakan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti replika pakaian militer, senjata api genggam, diorama Soeharto, dan tandu yang dipakai oleh Jenderal Soedirman ketika bergerilya melawan Belanda dari Jogja, Madiun, hingga Kediri.

Monumen Jogja Kembali. (sumber: YogYes.com)
Monumen Jogja Kembali. (sumber: YogYes.com)

5. Kota Yogyakarta:
- Kemantren Danurejan
- Kemantren Gedongtengen
- Kemantren Gondokusuman
- Kemantren Gondomanan
- Kemantren Jetis
- Kemantren Kotagede
- Kemantren Kraton
- Kemantren Mantrijeron
- Kemantren Mergangsan
- Kemantren Ngampilan
- Kemantren Pakualaman
- Kemantren Tegalrejo
- Kemantren Umbulharjo
- Kemantren Wirobrajan

Dan akhirnya kita sampai di Kota Yogyakarta, yang memiliki slogan Berhati Nyaman. Ini adalah ibukota sekaligus pusat pemerintahan dan perekonomian dari provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sekaligus kota yang senantiasa mempertahankan konsep tradisional dan budaya Jawa. Salah satu kemantren di Jogja, yaitu Kemantren Kotagede, pernah menjadi pusat Kesultanan Mataram Islam antara kurun tahun 1575-1640. Kini, Jogja menjadi dua tempat tinggal penerus Mataram, yaitu Sultan Hamengkubuwono dan Adipati Paku Alam, yang berada di Keraton Ngayogyakarta dan Pura Pakualaman.

Tiba dari Stasiun Tugu, Anda akan disambut hangat oleh Tugu Jogja, yang sering dipakai sebagai simbol atau lambang dari Kota Yogyakarta. Tugu yang terletak di perempatan Jalan Jenderal Soedirman dan Jalan Margo Utomo ini memiliki nilai simbolis sebagai garis magis yang menghubungkan Pantai Parangtritis, Keraton Jogja, dan Gunung Merapi.

Tugu Jogja, ikon Kota Yogyakarta. (sumber: Bakpia Kukus Tugu Jogja)
Tugu Jogja, ikon Kota Yogyakarta. (sumber: Bakpia Kukus Tugu Jogja)

Dari Tugu Jogja, Anda dapat menyusuri Jalan Malioboro. Di sinilah penduduk Jogja datang untuk berkeliling, berbelanja, dan jajan semurah mungkin, namun yang paling sempurna adalah naik becak. Pelbagai toko kerajinan berderet di sepanjang Jalan Malioboro.

Jalan Malioboro, jantungnya Jogja. (sumber: Teras Malioboro)
Jalan Malioboro, jantungnya Jogja. (sumber: Teras Malioboro)
Setelah berbelanja sepuas mungkin di Jalan Malioboro, kita dapat mengunjungi kediaman resmi Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat, yaitu Keraton Jogja. Keraton ini didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755 sebagai istana yang baru berdiri akibat perpecahan Kesultanan Mataram Islam dengan adanya Perjanjian Giyanti. Keraton Jogja merupakan kediaman resmi sang sultan dan keluarganya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Namun saat ini, kompleks keraton terbuka untuk umum.

Keraton Jogja, kediaman resmi sang Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat. (sumber: Teras Malioboro)
Keraton Jogja, kediaman resmi sang Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat. (sumber: Teras Malioboro)
Pada tahun 1946, Jogja pernah menjadi ibukota Republik Indonesia. Itu pun tidak lama, hanya sampai 27 Desember 1949. Selama periode tersebut, pada 1 Maret 1949, Jogja mengalami serangan umum yang dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III dengan mengikutsertakan pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari Kolonel Bambang Sugeng, Panglima Divisi III. Serangan umum 1 Maret 1949 bertujuan untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI dan Polri masih ada dan cukup kuat. Harapannya supaya posisi Indonesia dalam perundingan yang saat itu tengah berlangsung di Dewan Keamanan PBB dapat diperkuat.

Untuk memperingati serangan tersebut, berdirilah Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 di Jalan Margo Mulyo No. 6, Ngupasan, Kemantren Gondomanan, Kota Yogyakarta.

Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949. (sumber: Wikimedia Commons)
Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949. (sumber: Wikimedia Commons)

Salah satu tempat wisata sejarah lainnya di Jogja adalah Benteng Vredeburg, yang dibangun pada tahun 1787. Benteng ini awalnya digunakan sebagai benteng pertahanan VOC milik Belanda. Bangkrutnya VOC pada tahun 1799 menyebabkan benteng ini jatuh ke tangan Bataafsche Republiek, sehingga secara de facto menjadi milik Kerajaan Belanda. Kini, benteng ini beralih fungsi menjadi sebuah museum, yang menyimpan beberapa koleksi sebagai berikut:
- diorama pelantikan Soedirman sebagai Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia;
- minirama Kongres Budi Utomo;
- mesin ketik Surjopranoto;
- tiga buah kendil yang pernah digunakan oleh Soedirman ketika tinggal di rumah Ibu Mertoprawira;
- dokumen Soetomo yang berisi daftar alamat kantor kementerian ketika Jogja menjadi ibukota Republik Indonesia;
- dan bangku yang dulu dipakai oleh para siswa MA (Militer Academie) pada tahun 1945-1950.

Benteng Vredeburg. (sumber: detik.com)
Benteng Vredeburg. (sumber: detik.com)

Ada pula Taman Sari, yang merupakan situs bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dulu sekali, Sultan Jogja dan keluarganya menjadikan Taman Sari sebagai sarana melepas penat ketika beristirahat dari tugas kerajaan. Namun saat ini, Taman Sari dapat dikunjungi oleh umum, dan juga memiliki masjid bawah tanah.

Taman Sari. (sumber: Dispar Kota Yogyakarta)
Taman Sari. (sumber: Dispar Kota Yogyakarta)

Setelah wisata sejarah itu selesai, Anda dapat menyempatkan diri berbelanja batik di Pasar Batik Beringharjo. Jaraknya tidak jauh dari Keraton. Tidak hanya batik, di sini juga dijajakan jajanan pasar dan kerajinan tangan khas Jawa.

Pasar Batik Beringharjo, yang tidak hanya menjual batik. (sumber: Visiting Jogja)
Pasar Batik Beringharjo, yang tidak hanya menjual batik. (sumber: Visiting Jogja)

Dan itulah, lima kabupaten dan kota yang membentuk Daerah Istimewa Yogyakarta.

Semua kabupaten dan kota di Jogja menggunakan pelat AB di kendaraan bermotor mereka.

3. Jogja dari Segi Sosial Budaya
Sekarang kita akan meneroka Jogja dari segi sosial budaya.

Secara umum, suku Jawa adalah penghuni Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka masih melestarikan budaya Jawa yang dipengaruhi tradisi keluarga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dan pengaruh budaya Jawa ini dapat dilihat dari sejumlah tradisi seperti Sekaten untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, Tedhak Siten (turun tanah, ketika seorang anak pertama kali belajar menginjakkan kaki ke tanah), dll.

Suku Jawa adalah kelompok demografis terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. (sumber: Rintik Sedu)
Suku Jawa adalah kelompok demografis terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. (sumber: Rintik Sedu)
Dari 3,4 juta penduduk Jogja, suku Jawa adalah kelompok demografis terbesar, disusul oleh kelompok minoritas seperti Sunda, Melayu, Tionghoa, Batak, Madura, Minangkabau, and so on. Mereka berbahasa Jawa. Bahasa Jawa dialek Jogja-Solo dianggap sebagai dialek standar bahasa Jawa, namun di Jogja, mereka mengenal adanya boso walikan. Ini adalah salah satu bahasa pergaulan atau prokem yang dipakai oleh anak-anak muda Jogja. Seperti contoh, dalam boso walikan Jogja, mas, panggilan untuk lelaki Jawa yang lebih tua, menjadi dab.

Berikut adalah video penjelasan mengenai boso walikan Jogja yang diunggah oleh saluran YouTube "JOKER - Jogja Keren".


Senjata tradisional Jogja adalah keris, yang sebagaimana telah kita jelaskan dalam episode Jawa Tengah, adalah salah satu Warisan Budaya UNESCO. Ada empat keris pusaka di Keraton Jogja yang punya nilai sejarah tinggi, yaitu Keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek, Keris Kanjeng Kyai Joko Piturun, Keris Kanjeng Kyai Pleret, dan Keris Kanjeng Kyai Baru Klinting.

Keris Jogja. (sumber: Perpustakaan Digital Budaya Indonesia)
Keris Jogja. (sumber: Perpustakaan Digital Budaya Indonesia)

Adapun rumah adat Jogja adalah rumah Bangsal Kencono, yang merupakan bangsal utama Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Bangsal ini berbentuk joglo atau pendopo, yang dikelilingi halaman yang ditumbuhi oleh tanaman dan sangkar burung. Bangsal Kencono seluruhnya menjadi bagian dari cagar budaya. Bahkan Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta di Taman Mini Indonesia Indah merupakan replika skala penuh dari rumah Bangsal Kencono, yang menampilkan segala keunikan budaya Jogja.

Rumah Bangsal Kencono, rumah adat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. (sumber: Pariwisata Indonesia)
Rumah Bangsal Kencono, rumah adat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. (sumber: Pariwisata Indonesia)

Musik dan tari telah menjadi bagian dari budaya suku Jawa, dan lestari selama berabad-abad. Di episode sebelumnya kita telah mendengarkan lagu-lagu Jawa seperti "Cublak-cublak suweng", "Gundul-gundul pacul", dan "Suwe ora jamu". Nah, lagu Jawa di daerah Jawa Tengah dan Jogja sebenarnya sama, namun beberapa lagu Jawa di daerah Jogja erat kaitannya dengan Sunan Kalijaga, salah satu dari para Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Lagu-lagu seperti "Lir-ilir" dan "Sluku-sluku bathok" adalah ciptaan Sunan Kalijaga, yang berisi pesan tentang kehidupan.

Nama Sunan Kalijaga diabadikan sebagai nama salah satu perguruan tinggi Islam negeri di Jogja, yaitu Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.



Selain itu ada juga lagu "Gambang suling" karya Ki Narto Sabdo, dan juga lagu "Padang bulan" karya Sunan Giri.



Sengaja tidak saya masukkan lagu-lagu pop Jawa seperti "Full senyum sayang"-nya Evan Loss atau "Cintamu sepahit topi miring"-nya Jogja Hip Hop Foundation, karena serial "Kenali Indonesiamu" hanya khusus membahas lagu daerah saja. Sungguh miris ketika lagu tradisional Indonesia tidak ada lagi yang menyanyikan. Faktanya, anak zaman sekarang lebih hafal lagu bahasa asing daripada lagu daerah. Kalau toh lagu Indonesia, mereka tahunya lagu-lagu pop dari artis seperti D'Masiv dan Nidji. Lagu daerah adalah harta nasional kita yang harus dijaga kelestariannya.

Adapun tari tradisional Jawa yang populer di Jogja adalah tari golek mataram dan tari Sendratari Ramayana.



Di episode sebelumnya saya lupa membahas alat musik apakah yang dipakai dalam musik tradisional Jawa, namun itu akan kita simpan untuk episode selanjutnya, karena kebetulan alat musik yang dipakai di Jawa Tengah, Jogja, dan Jawa Timur sama. Nanti kita akan lihat.

Setelah menikmati Jogja dari budayanya, kita akan mencicipi lezatnya makanan khas Jogja.

First and foremost, apalah arti membicarakan Jogja tanpa membicarakan makanan khasnya yang sudah menjadi ikon tersendiri bagi Kota Pelajar, yaitu gudeg atau nasi gudeg. Gudeg adalah hidangan khas Jogja yang terbuat dari nangka muda dimasak santan. Biasanya, nasi gudeg disajikan bersama areh, baceman, telur pindang, ayam kampung, tahu-tempe, dan sambal krecek. Cocok untuk grown man seperti saya, karena ini masakan paket komplit dengan gizi lengkap. Makanan Jawa cenderung lebih condong ke rasa manis daripada pedas, dan gudeg rasanya sangat manis dan gurih.

Gudeg, the pride and glory of Jogja. (sumber: TIMES Indonesia)
Gudeg, the pride and glory of Jogja. (sumber: TIMES Indonesia)
Makanan khas Jogja tak hanya gudeg. Ada pula ayam kalasan, yang memang berasal dari Kapanewon Kalasan, Sleman. Cara memasaknya adalah yaitu ayam diungkep dengan air kelapa. Karena diungkep dengan air kelapa inilah ayam goreng kalasan mendapatkan rasa khasnya yang manis lagi lezat.

Ayam kalasan. (sumber: Natural Poultry)
Ayam kalasan. (sumber: Natural Poultry)

Mie jawa juga dapat dengan mudah ditemukan di pinggiran jalan Jogja. Mie jawa dapat dimasak rebus, goreng, atau bahkan godhog. Namun Anda tidak perlu jauh-jauh ke Jogja untuk makan mie jawa; sekarang ini hampir semua kota di Indonesia menjajakan mie jawa. Hanya saja... makan mie tidak boleh kebanyakan atau keseringan. Boleh tetapi kalau sekali-sekali saja, walaupun tidak banyak MSG-nya dan dimasak secara semula jadi. Terutama untuk anak kecil. Kita yang sudah punya anak, tidak berhak melarang anak kita makan penganan mie apa pun, bahkan yang bukan mie instan, hanya jangan keseringan. Yang penting tetap makan empat sehat lima sempurna. Mie, jadikanlah pengganti nasi.

Mie jawa goreng yang nikmat. (sumber: detikFood)
Mie jawa goreng yang nikmat. (sumber: detikFood)

Untuk minuman khas Jogja juga banyak pilihan. Salah satunya adalah kopi joss, yang dapat dengan mudah ditemukan di angkringan-angkringan. Yang unik dari cara membuatnya adalah kopi joss ini dimasak dengan cara dicelupkan arang yang tengah membara. Kopi joss berfungsi sebagai anti-inflamasi dan mengobati masalah pencernaan, sehingga tidak membuat gemuk karena manisnya juga pas.

Di acara "Battle Trip", Seventeen menyempatkan diri mencoba kopi joss ini. Waduh, apakah Noctis dari Final Fantasy XV meminum ini juga sehari-hari setelah bertarung melawan musuh di Eos?

Kopi joss, kopi arang khas Jogja. (sumber: IDN Times)
Kopi joss, kopi arang khas Jogja. (sumber: IDN Times)

Ada pula wedang ronde, yang merupakan ramuan air jahe dengan penganan bulat-bulat berisi gula merah di dalamnya. Minuman ini enak diminum hangat-hangat, ketika hujan sedang turun di sekitar Jalan Malioboro dan Anda ingin minum yang hangat-hangat.

Wedang ronde. (sumber: IDN Times)
Wedang ronde. (sumber: IDN Times)

4. #TEKANAN (Teman Makan Anda): Roro Jonggrang
Sambil menyantap penganan khas Jogja, kita akan menyimak salah satu cerita daerah dari Jogja. Kita mungkin tahu adanya Candi Prambanan, yang sebagaimana kita bahas sebelumnya, merupakan sebuah Warisan Budaya UNESCO. Salah satu candi di kompleks Candi Prambanan adalah Candi Roro Jonggrang. Nah, kita akan menyimak kisah Roro Jonggrang, yang diyakini merupakan asal-usul terbentuknya Candi Prambanan yang terkenal itu.

Alkisah, di sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Baka, seorang raksasa pemakan manusia, dia memiliki seorang putri cantik bernama Roro Jonggrang. Di sebelahnya, terdapat Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Prabu Damar Maya yang memiliki seorang putra yang sangat gagah perkasa dan sakti bernama Bandung Bondowoso.

Prabu Baka menyerukan perang kepada Kerajaan Pengging untuk memperluas kekuasaan kerajaannya. Pertempuran ini mengakibatkan kematian, kelaparan, dan kerugian secara materi. Untuk menghentikan pertempuran, Bandung Bondowoso dikirim oleh sang ayah, Prabu Damar Maya, untuk menghadapi Prabu Baka. Dengan kesaktiannya, Prabu Baka berhasil dikalahkan oleh Bandung Bondowoso. Setelah mendengar berita kematian Prabu Baka, Patih Gupala kembali ke Kerajaan Baka dan melaporkan berita tersebut kepada Roro Jonggrang, yang menangisi kematian sang ayah.

Ketika Bandung Bondowoso tengah menyerbu keraton Kerajaan Baka yang telah jatuh, dia bertemu dengan Roro Jonggrang dan jatuh cinta pada kecantikan sang putri. Akhirnya Bandung Bondowoso melamar Roro Jonggrang, namun ditolak karena sang putri tak mau menikahi pembunuh ayahnya. Namun karena terus memaksa, akhirnya Roro Jonggrang luluh dan mengajukan syarat kepada Bandung Bondowoso sebelum resmi menikahinya. Pertama, Bandung Bondowoso harus membuat sumur yang dinamakan Jalatunda, dan kemudian membangun seribu candi dalam semalam. Bandung Bondowoso menyanggupinya.

Sumur Jalatunda mampu dia selesaikan dengan sangat mudah, namun kemudian Bandung Bondowoso diperdaya oleh Roro Jonggrang untuk turun ke dalam sumur. Patih Gupala kemudian menutup sumur Jalatunda dengan sebongkah batu, namun secara ajaib Bandung Bondowoso bisa keluar.

Tibalah saatnya membangun seribu candi dalam semalam. Bandung Bondowoso meminta bantuan makhluk halus untuk mempermudahnya dalam membangun seribu candi. Ketika Roro Jonggrang mendengar kabar bahwa Bandung Bondowoso hampir selesai membangun seribu candi, dia segera membangunkan dayang-dayangnya dan memerintahkan mereka untuk membakar tumpukan jerami di sisi timur. Para makhluk halus ketakutan ketika mendengar bahwa sang mentari akan segera terbit, maka Bandung Bondowoso gagal membangun seribu candi, hanya bisa membangun 999. Karena marah dicurangi oleh Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso mengutuknya menjadi sebuah candi. Candi inilah yang sekarang kita kenal sebagai Candi Sewu... candi keseribu yang dibangun Bandung Bondowoso.

Candi Sewu diyakini sebagai jelmaan Roro Jonggrang. (sumber: Alodia Tour)
Candi Sewu diyakini sebagai jelmaan Roro Jonggrang. (sumber: Alodia Tour)

5. Pahlawan Nasional dari Jogja
Daerah Istimewa Yogyakarta juga merupakan tempat lahirnya pahlawan-pahlawan nasional Indonesia yang berjasa pada negara. Inilah mereka:

1. Ki Hajar Dewantara
2. KH. Ahmad Dahlan
3. Pangeran Diponegoro
4. Dr. Wahidin Sudirohusodo
5. Sultan Agung Hanyokrokusumo
6. KH. Fakhruddin
7. RM. Surjopranoto
8. Marsda (Anm.) Mas Agustinus Adisutjipto

Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Beliau merupakan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan belanda. Setiap tanggal 2 Mei, yang merupakan hari lahir Ki Hajar Dewantara, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Pada hari ini kita merefleksikan pentingnya pendidikan bagi semua orang Indonesia.

Kesimpulan: Daerah Istimewa Yogyakarta benar-benar kerajaan yang istimewanya tiada tara. Provinsi ini hanya memiliki lima kabupaten dan kota, namun dengan dinaungi bayangan Gunung Merapi, kasih sayang provinsi ini tiada habisnya untuk 3,4 juta rakyatnya, dari keturunan kerajaan hingga orang biasa.

Dan yang tak kalah istimewa adalah, anggota asal Jogja yang akan menemani Jiyoon dan Isa sebagai anggota divisi Indonesia skuad perlindungan Bluebell City milik Walikota Joost Klein di "A Musical Revolution 3: Field Trip Fiasco". Dia adalah Larasati Wibisono alias Laras, seorang gadis 19 tahun asal Bantul.

Stay tuned! Episode depan akan membahas Jawa Timur, dan izinkan saya untuk melakukan riset terlebih dahulu sebelum memulai penulisan artikel tersebut, karena tidak mungkin selesai dalam sehari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun