Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Paradigma Kesehatan Sosial sebagai Modal Bangsa

2 Oktober 2019   04:53 Diperbarui: 2 Oktober 2019   09:04 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemeriksaan kesehatan gratis untuk para pekerja pasar di Pasar Beringharjo pada Rabu (24/7/2019). | Sumber: Kompas/Ferganata Indra Riatmoko

Adopsi model pengobatan lokal dilakukan bersamaan dengan pengembangan pendidikan medik kedokteran warisan Belanda. 

Keberadaan jamu dan dukun bayi diserap dengan pengawasan dan pemberian pelatihan. Bahkan dibentuk gugus tugas juru patek sebagai asisten mantri kesehatan menjadi pelapis tenaga kesehatan yang masih sangat terbatas.

Derajat kesehatan nasional, tidak hanya dipahami sebagai kasus hidup atau mati, namun juga berkaitan dengan kemampuan mempertahankan kemerdekaan itu sendiri. Prinsip berdikari dan berdaulat dengan jelas dipahami sebagai keharusan untuk melakukan perbaikan kualitas kehidupan sosial, termasuk kesehatan.

Kesehatan dan Aspek Ideologis
Setelah merdeka, Indonesia memang berada dalam perang dominasi kekuatan dunia. Pasca perang dunia kedua, blok Barat yakni Amerika dan sekutunya, dengan basis kapitalisme melakukan upaya untuk menghadang perluasan blok Timur Soviet beserta sekondannya berideologi komunisme.

Berbagai bantuan teknis dan pembiayaan, datang dari berbagai lembaga dunia yang menjadi supporter kepentingan Barat, namun idealisme tentang kemandirian menghadirkan sikap selektif, penuh kecurigaan melihat uluran tangan penuh kepentingan tersebut.

Walhasil, beberapa indikator kesehatan tidak juga membaik. Semisal angka kejangkitan malaria dan tingkat kematian saat persalinan ibu dan bayi. Indonesia kemudian menjadi penggagas Non Blok, sebuah kaukus kepentingan untuk tidak berada diantara dua kepentingan mayor dunia saat itu. Sebuah langkah strategis.

Indonesia sendiri kemudian seolah menjadi arena pertarungan kepentingan kedua ideologi dominan tersebut. Blok Barat menyatakan bahwa, kesehatan akan terkait dengan faktor kemiskinan, dan persoalan kemiskinan adalah ladang subur bagi ideologi komunisme. Hal itu menjadi kenyataan.

Perkembangan ilmu medik di Barat melampaui blok Timur, namun model pengobatan Cina menjadi pola kesehatan alternatif yang diperhitungkan. 

Maka sistem pendidikan kedokteran yang diharapkan menghasilkan tenaga kesehatan untuk dapat sesuai dengan jumlah kebutuhan nasional dirancang dengan menggunakan skema Belanda serta Amerika.

Beda Dulu dan Sekarang
Kini, setelah 74 tahun sejak kemerdekaan, dunia kesehatan mengalami perkembangan. Keberadaan dokter dan tenaga kesehatan lain sudah bertumbuh, meski persoalan utamanya terbilang sama, soal distribusi dan konsentrasi para dokter serta spesialis yang menumpuk di perkotaan. 

Kenyamanan tinggal dan bekerja bagi para dokter merupakan sebuah problematika. Meski ada pula dokter dan tenaga kesehatan yang memegang teguh idealismenya, sebagaimana kita turut berduka atas kematian Dr Soeko Marsetiyo dalam kerusuhan baru-baru ini di Wamena yang menjadi tempat pengabdiannya bagi kesehatan publik di Papua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun