Adopsi model pengobatan lokal dilakukan bersamaan dengan pengembangan pendidikan medik kedokteran warisan Belanda.Â
Keberadaan jamu dan dukun bayi diserap dengan pengawasan dan pemberian pelatihan. Bahkan dibentuk gugus tugas juru patek sebagai asisten mantri kesehatan menjadi pelapis tenaga kesehatan yang masih sangat terbatas.
Derajat kesehatan nasional, tidak hanya dipahami sebagai kasus hidup atau mati, namun juga berkaitan dengan kemampuan mempertahankan kemerdekaan itu sendiri. Prinsip berdikari dan berdaulat dengan jelas dipahami sebagai keharusan untuk melakukan perbaikan kualitas kehidupan sosial, termasuk kesehatan.
Kesehatan dan Aspek Ideologis
Setelah merdeka, Indonesia memang berada dalam perang dominasi kekuatan dunia. Pasca perang dunia kedua, blok Barat yakni Amerika dan sekutunya, dengan basis kapitalisme melakukan upaya untuk menghadang perluasan blok Timur Soviet beserta sekondannya berideologi komunisme.
Berbagai bantuan teknis dan pembiayaan, datang dari berbagai lembaga dunia yang menjadi supporter kepentingan Barat, namun idealisme tentang kemandirian menghadirkan sikap selektif, penuh kecurigaan melihat uluran tangan penuh kepentingan tersebut.
Walhasil, beberapa indikator kesehatan tidak juga membaik. Semisal angka kejangkitan malaria dan tingkat kematian saat persalinan ibu dan bayi. Indonesia kemudian menjadi penggagas Non Blok, sebuah kaukus kepentingan untuk tidak berada diantara dua kepentingan mayor dunia saat itu. Sebuah langkah strategis.
Indonesia sendiri kemudian seolah menjadi arena pertarungan kepentingan kedua ideologi dominan tersebut. Blok Barat menyatakan bahwa, kesehatan akan terkait dengan faktor kemiskinan, dan persoalan kemiskinan adalah ladang subur bagi ideologi komunisme. Hal itu menjadi kenyataan.
Perkembangan ilmu medik di Barat melampaui blok Timur, namun model pengobatan Cina menjadi pola kesehatan alternatif yang diperhitungkan.Â
Maka sistem pendidikan kedokteran yang diharapkan menghasilkan tenaga kesehatan untuk dapat sesuai dengan jumlah kebutuhan nasional dirancang dengan menggunakan skema Belanda serta Amerika.
Beda Dulu dan Sekarang
Kini, setelah 74 tahun sejak kemerdekaan, dunia kesehatan mengalami perkembangan. Keberadaan dokter dan tenaga kesehatan lain sudah bertumbuh, meski persoalan utamanya terbilang sama, soal distribusi dan konsentrasi para dokter serta spesialis yang menumpuk di perkotaan.Â
Kenyamanan tinggal dan bekerja bagi para dokter merupakan sebuah problematika. Meski ada pula dokter dan tenaga kesehatan yang memegang teguh idealismenya, sebagaimana kita turut berduka atas kematian Dr Soeko Marsetiyo dalam kerusuhan baru-baru ini di Wamena yang menjadi tempat pengabdiannya bagi kesehatan publik di Papua.Â