Domestifikasi Gender
Problem yang agaknya mengulang posisi sebagaimana yang terjadi didunia nyata, adalah tentang ketertundukan gender. Subordinasi feminis dari dominasi maskulinitas pada persoalan penguasaan teknologi semakin mengukuhkan posisi pria. Bahkan sejak usia dini, domestifikasi terjadi, game komputer dan gadget menjadi realita keseharian anak lelaki dibanding anak perempuan.
Perjuangan emansipasi kelompok perempuan kemudian harus direkonstruksi ulang, meski demikian sesungguhnya pertukaran identitas kelamin didunia digital bukanlah batas bergaris hitam putih melainkan wilayah abu-abu yang dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan sang subjek indovidu itu sendiri. Namun demikian, representasi bahwa ruang digital itu beraroma maskulin tidak dapat ditolak.
Satu hal yang pasti pengelompokan kepentingan gender, dalam hal ini feminis perlu direformulasi kembali, termasuk menyusun agenda perjuangan kesetaraan dalam ruang maya.
Sekali lagi baik buruk kehadiran ruang digital, akan sangat bergantung pada cara pandang dan sudut pandang yang dipergunakan. Sehingga jadilah end user yang terhormat dengan penuh kesadaran mempergunakan media digital, di era online melalui abad internet ini, sebagai upaya mendorong pemahaman mendasar tentang hakikat diri, masyarakat dan terlebih kemerdekaan kemanusiaan itu sendiri.
Siapkah kita? Sebab dalam budaya baru kali ini, mengharuskan terdapatnya metode-metode baru guna memuliakan kehidupan kita bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H