Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketimpangan pada Budaya Komunikasi Digital

8 Oktober 2018   15:22 Diperbarui: 9 Oktober 2018   03:31 3050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: the-sra.org.uk

Meski kondisi yang sedemikian dimungkinkan terjadi pada dunia maya, tetapi kolektifitas komunitas menjadi lebih berisat cair, distimulasi secara kasuistik melalui persetujuan atas sebuah isu.

Ketidakhadiran pemimpin dalam makna fisik, digantikan oleh para opinion leader yang memiliki kemampuan interpretasi sesuka hati. Tafsir yang keliru akibat simpang siur hoaks sangat mungkin terjadi, dan bagi gerombolan yang tanpa struktur maupun bentuk tersebut, tidak memerlukan nilai-nilai rigid dalam membangun komunitas maya, memang selayaknya alam gaib.

Pola ini, menjadi ambigu. Kita nampak ramai, bising dan selalu ribut didunia maya, tetapi justru kerap terlihat adem ayem dalam dunia yang sesungguhnya.

Algoritma teknologi menumpulkan naluri berkelompok secara makna harafiah.kita kerap sibuk dengan dunia sendiri bahkan ketikaberada didunia nyata, menjadi sangat sibuk didunia maya, namun sesungguhnya memiliki banyak waktu luang.

Kemunculan Cybersex

Seksualitas menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari realitas keberadaan manusia,kemudian beralih dalam transformasi digital. Dibeberapa negara yang memberikan kebebasan industri pornografi, tentu hal ini menjadi sebuah hal yang terbilang biasa. Namun bagi beberapa negara yang memiliki standar etika dan moralitas tentu hal tersebut menjadi sebuah masalah baru.

Kemudahan akses informasi, tidak hanya terjadi pada hal-hal positif, melainkan juga pada faktor-faktor negatif. Bahaya terbesarnya justru terletak pada situasi setelah cybersex itu merebak, yakni human trafficking, sebuah bencana sekaligus degradasi nilai kemanusiaan atas nama industri seks dan kemudahan pada abad digital kali ini.

Kemudahan menjadi populer dengan mengumbar potensi syahwat jelas dangat dimungkinkan ketika protokol ketentuan terkait belum kuat melakukan pengaturan dan sensor.

Ada ruang yang sebaiknya dibatasi bagi kepentingan kemanusiaan itu sendiri. Dalam kerangka teori konspirasi peradaban, bukan tidak mungkin hal-hal demikian justru diabaikan, sebagai konstruksi kepentingan kuasa negara maju.

Kecenderungan Adiksi

Lembaga kesehatan dunia, menempatkan gangguan kesehatan yang diakibatkan gawai teknologi, secara kejiwaan ataupun fisik. Mulai dari dampak terhadap paparan sinar dan radiasi,hingga perubahan postur jari jemari, hingga ketegangan otot akibat memelototi gadget yang kita miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun