Pertama, peristiwa 3 Juli 1946, yang merupakan peristiwa penculikan Perdana Menteri Sjahrir oleh kubu Tan Malaka dengan bantuan militer yang telah diintervensi. Kedua, Pemberontakan PKI Madiun 1948, yang juga melibatkan militer beraliran "kiri" di dalamnya. Ketiga, Peristiwa 17 Oktober 1952, suatu perlawanan terbuka dari TNI terhadap parlemen. Keempat, Peristiwa 27 Juni 1955, yang merupakan suatu aksi "boikot" pelantikan KSAD oleh para perwira AD dan menyebabkan jatuhnya Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Terakhir, Peristiwa G30S/PKI, suatu aksi penculikan para perwira tinggi AD oleh beberapa komponen militer.
Di era Orde Baru, TNI semakin menjauh dari apa yang disebut sebagai profesionalisme militer.
Pada era ini, selama 3 (tiga) dekade, TNI menjadi backbone politik rezim Presiden Suharto. Sebelum akhirnya pada era Reformasi, TNI kembali kepada original intent-nya.
Daftar Pustaka
- Kaufman, Michael T. 2003. Robert K. Merton, Versatile Sociologist and Father of the Focus Group, Dies at 92. The New York Times.
- Sundhauseen, Ulf.1986. Politik Militer Indonesia 1945-1967: Menuju Dwifungsi ABRI. Jakarta: LP3ES.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H