Mohon tunggu...
Yuda Y. Putra
Yuda Y. Putra Mohon Tunggu... Sales - Kita semua punya kengan yang indah di masa lalu, buktinya masih bisa kangen pada itu.

Mimpiku semalam, kau datang membawa seorang bayi di tanganmu, uh, tidak aku tidak mau. Bawa kembali!

Selanjutnya

Tutup

Drama

Tari-tarian di Malam itu

29 September 2016   13:54 Diperbarui: 30 September 2016   14:11 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia melihat perempuan itu tergeletak penuh darah, setalah mencari-cari pandang, ia dapati anggota hadirin berdiri menggelilingi sambil masing-masing membawa pisau ditangan kanannya, termasuk orang Alim, wajahnya selayak orang yang puas akan kemenangan, pria sopan itu berbeda, ia menutupi mulutnya dengan setangan, entah seperti menjijiki tubuh penuh darah.

Pria bersemangat hendak roboh, namun tangannya menyangahnya ke tembok, ajudan mudanya menoleh, sadar ada seseorang yang mengawasi, kemudian melempar senyum kepada pria bersemangat. Orang alim itu dan banyak hadirin memandangi pria bersemangat, juga para tentara, pria sopan tertunduk, seperti malu. Pria bersemangat semakin gusar, semakin ketakutan keringatnya bercucuran. Dilihatnya baik-baik tubuh perempuan itu, penuh dengan tusukan dimana-mana, menandakan semua orang menusuknya beramai-ramai, tapi tidak ada tanda tembakan. Pria bersemangat sekarang seperti handuk basah, tubuhnya dipenuhi keringat, rasa mual menjalar, kakinya gemetaran namun ia kuatkan untuk berlari, menjauh dari ruang pertemuan, wajahnya tampak ketakutan, orang-orang yang berpapasan melihatnya keheranan, hendak menyapa tapi tercegah oleh heran.

Sampai dirumah pria tampan mencari anak istrinya, tapi ia tidak menemukannya, ia berlari berkeliling rumah, tapi tidak ditemukannya. Ia masuk kamar-kamar, masuk kedapur dan kamar mandi, kemudian menyerah, ia hendak berlari keluar, namun ada yang aneh dengan jendela-jendela, semuanya berjeruji. Ia hendak membuka pintu, namun pintu terkunci, ia roboh dan pingsan didepan pintu.

Tubuhnya merasa kedinginan, ia pun terbangun, hari sudah malam, penasaran dengan apa yang terjadi sekali lagi ia berkeliling rumah, namun, masih tidak ditemukan anak istrinya. Ia memeriksa jendela, jeruji itu masih disana, dalam benak ia berharap bahwa semua yang terjadi itu adalah mimpi. Pria bersemangat menyibakkan gorden, ia mengentip dari jendela, ia melihat cahaya, itu adalah api, ia mendengar sorak-sorai anak-anak, mereka sedang menari melingkari api, ia melihat anak-anak menari, menari dengan gembira, ia melihat api, ia melihat kaki anak-anak, kaki mereka tampak berdarah, namun bukan darah mereka, tanah yang dipijakinya becek, namun bukan air yang membuatnya becek, namun darah, pria bersemangat terus memperhatikan, anak-anak menari dan tertawa, anak-anak menari dan tertawa sambil menjambak rambut kepala, dipermainkannya kepala manusia dengan tertawa. Pria bersemangat muntah, semangatnya hilang, ia merasai kepetusasaan, ia merasai mual, seluruh tubuhnya dipenuhi muntahannya, matanya melirik kemana-mana mencari bantuan, tapi tak ada ditemukan istri maupun anaknya, ia berdoa kepada Tuhan, memejamkan mata, berdoa agar semuanya ini berakhir. Pria bersemangat berubah menjadi pria ketakutan dan bersedih, ia meronta berteriak, suaranya menggemai seluruh rumah.

Anak-anak menari, anak-anak bernyanyi, anak-anak bergembira. Diatas langit  Perempuan topi jerami menari, menari-nari, bernyanyi, bergembira menari tarian kemerdekan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun