Ya Allah, kenapa semua ini terjadi padaku dan keluargaku. Apa salah anakku, ya Allah? Batinku memberontak. Tapi bibirku kelu. Kepalaku berat. Kulihat pula istriku dengan wajah sayu, tampak bekas tangis di kedua pelupuk matanya, bengkak. Semakin bingung aku harus berbuat apa.
"Bagaimana Rafif sekarang?" kucoba pelah tanya istri, sengaja agar tidak tergoncang jiwanya. Perlahan ia menoleh, bibir keringnya tetap terdiam. Ia bangun dari posisi duduk pasrah di depan wajah Rafif, sayu sekali.
"Rafif terkena serangan demam tinggi, mas. Tadi pukul dua aku terbangun kaget, lihat Rafif menggigil, terus aku panik, bangun. Cepat aku cek dengan termometer, 40 derajat mas. Belum pernah sepanas itu kan mas?"
"Aku keluar rumah, teriak minta tolong sama mas Eko, pas datang ia lihat Rafif sudah kejang, cepat dia gendong ke rumahnya, terus minta persetujuanku untuk bawa Rafif ke sini, mas!" istriku menjelaskan serasa berbisik di dadaku, sangat takut Rafif terbangun. Kulihat matanya berkaca-kaca, sebentar lagi tumpah kesedihannya!
"Tenang ya, sayang. Percayalah Allah pasti melindungi anak kita, ayo berdoa agar Rafif diberi kesembuhan". Aku coba menenangkan istri, walau hatiku sendiri sudah teriris-iris melihat kondisi Rafif saat ini. Kuusap pelan rambut dan punggung istri agar lebih tenang. Perlahan nafas istri yang sesenggukan mereda. Sesaat kemudian, seorang perawat masuk ruangan.
"Keluarga anak Rafif, mohon maaf bisa salah satu ikut saya, dokter memerlukan keterangan Anda" kata perawat muda berkacamata yang masuk ruangan UGD ini.
"Iya mas, saya segera ke sana!" sahutku cepat. Ingin secepatnya agar Rafif ditangani dengan sebaik-baiknya.
"Ayo mas, kamu saja, tanyakan semuanya ke dokter ya, kenapa Rafif bisa seperti ini?" kata istri lirih sembari usap kedua matanya. Lesu. Pasrah.
"Ya, tenang sayang, pasti aku minta dokter menangani secepatnya" kataku meredam kegalauan istri.
Jarak beberapa meter dari ruangan Rafif terbaring ke ruangan dokter jaga serasa jauhnya ratusan meter, berat sekali langkah kakiku untuk segera sampai.
"Silakan duduk pak, keluarga anak Rafif, dengan bapak siapa ? Kenalkan saya dokter Ronal, dokter jaga UGD yang akan mengobservasi sakit anak bapak" kata dokter muda berkacamata tebal, mengulurkan tangan perkenalan kepadaku.