Mohon tunggu...
Yoyo Setiawan
Yoyo Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Melengkapi hidup dengan membaca dan menulis; membaca untuk menghayati betapa ruginya hidup tanpa ilmu, menulis untuk meninggalkan jejak bahwa kehidupan ini begitu berwarna.

Tenaga pendidik dunia difabel yang sunyi di pedalaman kabupaten Malang. Tempat bersahaja masih di tengah kemewahan wilayah lain. Tengok penulis kala sibuk dengan anak istimewa, selanjutnya kamu bisa menikmati pantai Ngliyep nan memesona! Temani penulis di IG: @yoyo_setiawan_79

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Saat Anak Sakit"

14 November 2021   22:00 Diperbarui: 14 November 2021   22:10 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya Allah, kenapa semua ini terjadi padaku dan keluargaku. Apa salah anakku, ya Allah? Batinku memberontak. Tapi bibirku kelu. Kepalaku berat. Kulihat pula istriku dengan wajah sayu, tampak bekas tangis di kedua pelupuk matanya, bengkak. Semakin bingung aku harus berbuat apa.

"Bagaimana Rafif sekarang?" kucoba pelah tanya istri, sengaja agar tidak tergoncang jiwanya. Perlahan ia menoleh, bibir keringnya tetap terdiam. Ia bangun dari posisi duduk pasrah di depan wajah Rafif, sayu sekali.

"Rafif terkena serangan demam tinggi, mas. Tadi pukul dua aku terbangun kaget, lihat Rafif menggigil, terus aku panik, bangun. Cepat aku cek dengan termometer, 40 derajat mas. Belum pernah sepanas itu kan mas?"

"Aku keluar rumah, teriak minta tolong sama mas Eko, pas datang ia lihat Rafif sudah kejang, cepat dia gendong ke rumahnya, terus minta persetujuanku untuk bawa Rafif ke sini, mas!" istriku menjelaskan serasa berbisik di dadaku, sangat takut Rafif terbangun. Kulihat matanya berkaca-kaca, sebentar lagi tumpah kesedihannya!

"Tenang ya, sayang. Percayalah Allah pasti melindungi anak kita, ayo berdoa agar Rafif diberi kesembuhan". Aku coba menenangkan istri, walau hatiku sendiri sudah teriris-iris melihat kondisi Rafif saat ini. Kuusap pelan rambut dan punggung istri agar lebih tenang. Perlahan nafas istri yang sesenggukan mereda. Sesaat kemudian, seorang perawat masuk ruangan.

"Keluarga anak Rafif, mohon maaf bisa salah satu ikut saya, dokter memerlukan keterangan Anda" kata perawat muda berkacamata yang masuk ruangan UGD ini.

"Iya mas, saya segera ke sana!" sahutku cepat. Ingin secepatnya agar Rafif ditangani dengan sebaik-baiknya.

"Ayo mas, kamu saja, tanyakan semuanya ke dokter ya, kenapa Rafif bisa seperti ini?" kata istri lirih sembari usap kedua matanya. Lesu. Pasrah.

"Ya, tenang sayang, pasti aku minta dokter menangani secepatnya" kataku meredam kegalauan istri.

Jarak beberapa meter dari ruangan Rafif terbaring ke ruangan dokter jaga serasa jauhnya ratusan meter, berat sekali langkah kakiku untuk segera sampai.

"Silakan duduk pak, keluarga anak Rafif, dengan bapak siapa ? Kenalkan saya dokter Ronal, dokter jaga UGD yang akan mengobservasi sakit anak bapak" kata dokter muda berkacamata tebal, mengulurkan tangan perkenalan kepadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun