Mohon tunggu...
suryo hadi kusumo
suryo hadi kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan pejuang seni.

saya hanyalah seorang pencinta seni dan pengkahayal, yang memiliki pikiran abstrak, serta mengabdikan diri kepada sebuah seni.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Si Loreng

27 September 2023   11:29 Diperbarui: 27 September 2023   14:51 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari lebatnya pepohonan yang menjulang tinggi

Menutup berbagai kemungkinan mahluk luar masuk ke wilayah kerajaan ini

Tinggallah sesosok buas nan liar

Tubuh yang besar dengan mata tajamnya ditopang oleh keempat kakinya yang berdiri kokoh

Matanya menyala-nyala pada malam hari

Mengancam namun tersembunyi

Sebaliknya pada pagi hari mata tajamnya disembunyikan oleh lebatnya hutan

Mengintai dibalik hijau

Memberi kabar dibalik nuansa sepi nan mencekam khas hutan

Berkilo-kilo meter jauhnya tumbuhlah sebuah gedung-gedung angkuh yang menjulang tinggi

Memberi batasan antara dunia buatan dan alami

Suara mesin-mesin nan berisik perlahan mengusik keheningan alam raya nan hijau tersebut

Mesin-mesin pemakan kehidupan itu masuk begitu saja tanpa ampun

Seketika dunianya mengecil

Membuat sang penguasa hijau itu terusik 

Namun apa mau di kata

Nasi sudah menjadi bubur

Mengecilnya hutan yang hijau nan indah itu semakin hari berkurang

Namun hasrat manusia-manusia rakus membesar seiring berjalannya waktu, melihat kesempatan dalam kesempitan

Memanfaatkan

Dan lagi lagi memanfaatkan kesempatan

Membuat jebakan untuk mengancam kehidupan manusia lainnya

Ahh sungguh sialan kalian para manusia

Jangan kira semua itu tak berdampak bung!

Dan jangan dianggap enteng

Satu jebakanmu bisa membunuh seluruh mahluk hidup 

Manusia, hewan, tumbuhan dan alam

Tentu saja semua berkaitan

Dan wajah burukku tentu saja tertampang di seluruh buku-buku pelajaran

Katakanlah kepadaku

Katakan lagi, dan tuliskan namamu besar-besar di samping gambarku kelak

Begini mungkin tulisannya: diatas ini adalah sesosok gambar hewan yang sudah punah, aku yang bernama "........" adalah salah satu dari pemburu yang membuat jebakan dan memburunya, terima kasih

Beranikah kau bung!!?

Camkan itu?!!

Biarkanlah

Biarkan si loreng hidup diwilayahnya

Kau hanya perlu menghijaukan halaman depan dan belakang rumahmu dengan biji-bijian

Biarkan ia atur sendiri cara hidupnya sebagai hewan

Enyahkanlah nafsu mu

Banyak manusia yang masih normal mencari uang dengan cara normal

Bahkan dengan kekurangannya

Bagi yang berpikir

Dan berpikir

Aku pikir kau yang hewan bung!!!

Ribuan iblis menertawaimu tanpa kau tahu

Dan herannya lagi dirimu sangat membanggakan hal itu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun