Badanku semakin lemas, wajahku sudah pasti terlihat pucat pasi, tidak kebayang rasanya jadi yang aku bawa di jok depan itu ternyata..Ah sudahlah, semakin gak karuan saja rasanya pikiranku.
"Kang Mus, kalau begitu saya pamit, terima kasih atas jamuan teh hangatnya!"
Aku berdiri menyalami Kang Mus.
"Apakah tidak sebaiknya besok saja Mas, ini sudah hampir jam setengah satu dini hari!"
Kang Mus mencoba menawarkan agar aku beristirahat di Posnya yang memang terlihat seperti rumah tinggal, lengkap dengan kamar tidur dan ruang tivi.
"Nuhun Kang Mus, kasihan nanti istri saya dirumah nunggu-nunggu"
Aku memundurkan mobilku, kulihat dari kaca spion Kang Mus membuka kembali gerbang Villa.
"Hati-hati dijalan Mas Ilham baca doa saja!"
Kang Mus melambaikan tangan, diiringi oleh lambaian tanganku.
Jalan kedepan dari Villa itu lumayan cukup jauh, meski masih merinding akan cerita Kang Mus, tapi aku mencoba terus memberanikan diri, tidak lupa aku terus mengaji dalam hati. Telepon genggamku berdering, ku lihat layar HPku menunjukkan pukul 01.25 WIB, terdapat panggilan masuk dari istri tercinta, kuberhentikan mobilku ke pinggir
"Hallo Mas, lagi dimana?"