Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Papa Takut Diendoskopi (Lanjutan)

29 Januari 2018   00:26 Diperbarui: 29 Januari 2018   00:31 1383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber https://www.medkes.com/2017/10/pengertian-manfaat-jenis-risiko-endoskopi.html

"Kamu mau kan membujuk Papa, Yo? Please...!" kata Mama dengan suara memelas.

"OK, deh. Yoyo mau membujuk Papa tapi Yoyo nggak janji akan berhasil, lho," sahut saya menyerah.

"Just do your best. Namanya juga usaha. Kalo Papa menolak juga tidak apa-apa. Yang penting kan kita sudah mengusahakan sebisanya," kata Mama lagi.

Malam itu giliran saya jaga di rumah sakit. Saya duduk di samping ranjang, sementara Papa yang sedang tertidur kelihatan sangat pucat. Wajahnya kuyu dan badannya terlihat lemas. Saya memandang parasnya dengan rasa cinta dan iba tiada tara.

Sambil menemani Papa, saya membaca buku naskah drama berbahasa Perancis yang berjudul 'Huis Clos'. Nama penulisnya adalah Jean Paul Sartre, seorang penulis dan tokoh eksistensialisme asal Perancis yang hidup di tahun 1905 -- 1980. Buku ini sangat terkenal dan sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Di Indonesia buku ini diterjemahkan oleh Asrul Sani dengan judul 'Pintu Tertutup'.

"Kamu nggak pulang, Yo?" Sekonyong-konyong Papa bertanya tanpa membuka kelopak matanya.

"Yoyo malam ini nginep di sini nemenin Papa," sahut saya sambil menggenggam tangannya.

"Papa nggak usah ditemenin, Yo. Kamu pulang aja sana," kata Papa lagi.

"Nggak mau! Yoyo akan menginap di sini. Kalau perlu, Yoyo nggak akan pernah pulang sampai Papa sembuh."

"Anak gendeng!" gumam Papa seraya tersenyum sekilas.

Sejenak kami berdua terdiam. Kemudian saya mencoba membuka percakapan kembali, "Papa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun