"Yes. Main! Main!! Main!!! YES!!!" Semua menyahut sambil melakukan gerakan yang sama, mengepalkan tangan dan melakukan gerakan meninju ke atas. Saya kembali tidak tahan menahan tawa melihat keseruan orang-orang tua ini.Â
Mahyong adalah permainan tradisional Cina jaman dulu. Konon permainan ini sudah ditemukan sekitar 3000 tahun sebelum masehi. Dulu permainan ini adalah kegiatan yang bermartabat karena membutuhkan strategi, kecakapan, ketangkasan berpikir dan menjadi sarana pertandingan kecerdasan. Hanya kalangan istana dan bangsawanlah yang biasanya melakukan kegiatan intelektual ini.
Belakangan permainan mahyong menjadi merakyat karena konon Kong Hu chu menggunakan daya tarik permainan ini sebagai strategi untuk menyebarkan agamanya. Sejak saat itu, di mana-mana orang bermain mahyong. Begitu digandrunginya permainan ini, sampai-sampai mahyong mejadi sangat terkenal, bukan saja di daratan Cina tapi juga merambah sampai ke Korea, Jepang dan akhirnya sampai mendunia.
Belakangan, permainan ini tiba-tiba disalahgunakan menjadi ajang permainan judi. Bahkan sekarang ini, di internet kita bisa menemukan mahyong dimainkan sebagai permainan judi on line.
Untungnya, kelompok Papa bukan sedang main judi. Mereka memainkan permainan mahyong yang asli yaitu adu kecerdasan dan ketangkasan berstrategi. Sambil bermain, Papa menerangkan ke saya cara memainkan permainan itu.
Mahyong bentuknya berupa kepingan menyerupai kartu domino tebal yang terbuat dari plastik. Semua kepingan tersebut dibagi dalam 3 bagian, yaitu Bing, Tiaw dan Wan. Di dalam kepingan tersebut ada gambar berbagai macam bunga yang semuanya diberi nomor. Kepingan disusun dan dikumpulkan oleh setiap pemain seperti orang sedang bermain scrabble. Dan setiap pemain harus menyusun 4 set yang sesuai untuk memenangkan permainan ini. Terus terang saya sendiri tidak begitu mengerti secara rinci karena cara memainkannya terlalu rumit dan ada berbagai versi.
Keempat orang tua ini sangat serius bermain. Kening mereka tampak berkerut, nampaknya semua mengerahkan seluruh kecerdasannya untuk memenangkan permainan tersebut. Sementara saya yang mulai bosan tanpa terasa sudah tertidur  menyender di pundak Papa.
Jam 1 malam, kami baru sampai di rumah. Mama, A Koh, Cindy dan mbaknya Cindy semua sedang menginap di rumah Oma. Jadi di rumah hanya ada Papa dan saya.
"Papa mau makan?" tanya saya padanya yang sejak masuk rumah langsung bengong di kursi malas.
"Nggak usah, Yo."
"Mau dibikinin kopi?" tanya saya lagi.