"Anak Papa pasti perutnya lapar, kan?" Perkataan Papa membuyarkan lamunan.
"Tapi Yoyo sudah makan di pesawat tadi."
"Makanan di pesawat mana ada yang enak. Ayo makan sebelum keburu dingin."
Perasaan saya berkecamuk. Heran, takjub, dan berbagai macam perasaan lain campur aduk menjadi satu melihat perubahan sikap Papa. Sampai akhirnya saya berkata, "Okay, Yoyo mau  makan, dengan syarat kita makan sama-sama."
"Okay!" katanya sambil menjulurkan telapak tangan mengajak toss.
Tapi untuk saya, toss saja tidak cukup. Saya peluk Papa dan cium pipinya berkali-kali sambil berkata, "I love you, Papaku." Dan kembali muka Papa memerah karena malu.
Mama dan A Koh sudah asyik kembali dengan film Walking Dead favorit mereka. Cindy sudah tenggelam dalam tumpukan mainan ditemani oleh Mbaknya. Dan untuk pertama kali dalam hidup, saya makan malam berdua saja dengan Papa.
Sambil makan, Papa meminta saya untuk menceritakan perjalanan selama di Eropa. Dan untuk pertama kali pula, saya bercerita semua yang terjadi tanpa ada sedikitpun yang saya sembunyikan. Termasuk peristiwa keributan dengan Ibu Ratna, anggota DPR, yang sudah saya ceritakan di SINI.
Sejenak Papa terdiam. Setelah menghela napas panjang, dia berkata, "Mulai sekarang kamu harus mendoakan Torro supaya dia selalu sehat, sukses dan hidup bahagia."
"I will. He is a good guy. I like him a lot,"kata saya.
"And about Ibu Ratna...."