Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kembali ke Jakarta

21 Januari 2018   17:48 Diperbarui: 29 Januari 2018   00:37 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesawat Garuda airbus akhirnya mendarat di Bandara Soekarno Hatta tepat jam 9 malam. Perjalanan dari Amsterdam -- Jakarta kali ini ditempuh lebih lama yaitu sekitar 18 jam karena ada keterlambatan. Waktu totalnya mungkin lebih dari itu karena belum termasuk setengah jam transit di Abu Dhabi.

Selama 3 minggu penuh saya mengantar turis Indonesia keliling Eropa ditambah dengan perjalanan 'me time' selama seminggu. Perjalanan cukup melelahkan dan kurang menyenangkan tapi endingnya sangat menyejukkan. Rute perjalanan saya, hampir selalu sama, yaitu menyusuri rute-rute standar seperti Belanda, Jerman, Perancis, Belgia, Italia, Spanyol  dan Swiss. Kadang-kadang jikalau ada permintaan khusus, tour bisa sampai London bahkan negara-negara Skandinavia dan Eropa Timur.

Sehabis mengambil bagasi, saya ke luar bandara dan mencari taxi Silver Bird untuk menuju pulang. Memang agak mahal tapi saya merasa lebih safe naik taxi itu.

"Yoyo!" Terdengar suara familiar memanggil.

Saya menengok ke arah suara itu dan melihat Papa saya di sana berdiri dengan wajah tersenyum.

"Hei! Papa ngapain di sini?" tanya saya terkejut lalu berlari menghambur dan memeluk Papa sepenuh rindu. Saya bertanya begitu karena Papa memang tidak pernah sekalipun menjemput saya. Buat Papa, anak-anaknya sudah besar dan mampu mengurus dirinya sendiri.

"Lho, kok ngapain? Ya, jemput anak Papa dong?" sahut Papa sambil menepuk-nepuk punggung saya.

"I can't believe you're here, Papa." Sejak kecil keluarga kami sering bicara campur aduk antara bahasa Indonesia dan Inggris. Memang begitulah cara Mama dan Papa melatih agar sejak kecil kami terbiasa berbahasa inggris. And believe me, cara itu sangat efektif.

Papa bukanlah orang yang ekspresif. Dia cenderung pendiam dan terkesan tidak perdulian. Dia lebih akrab dengan A Koh daripada dengan saya. Sejak kecil, saya suka cemburu melihat kedekatan mereka. Dulu Papa dan A Koh sering hiking, memancing, menyelam atau camping berdua. Setiap kali saya minta ikut, Papa selalu menjawab, "Temenin aja Mama kamu. Ini kegiatan laki-laki."

"Kamu kok kayaknya heran banget sih, ngeliat Papa jemput kamu?" Suara Papa membuyarkan lamunan.

"Ya, heran dong. Habis tumben-tumbenan banget? Udah gitu nggak pake bilang-bilang pula kalau mau jemput," kilah saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun