"Kamu harus mengusahakan ke Bicester!" kata perempuan itu lagi dengan suara meninggi.
"Saya bisa mengusahakan tujuan yang tak ada dalam list asal tidak jauh dari rute yang kita lalui. Inggris terlalu jauh dari sini."
"Saya tidak peduli. Pokoknya kita harus ke Bicester!" kata Ibu itu ngotot.
"Sekali lagi, maaf, Ibu. Inggris yang tidak termasuk dalam keanggotaan Schengen. Jadi kalau mau ke Inggris kita semua harus punya visa Inggris dan visa itu hanya bisa diurus di Jakarta," saya berusaha membuat ibu itu mengerti dan  menerangkan panjang lebar dengan suara sabar.
"Saya mau ke Bicester!!!" pekik perempuan itu. "Kamu harus bisa mengusahakannya, saya ini anggota DPR, Tauk!!!!"
Kali ini seluruh penumpang ribut. Hampir semuanya membela saya. Tapi Ibu DPR tetap tak mau mengalah. Dia langsung memaki-maki semua orang sambil menyebut pejabat anu lalu pejabat anu lagi. Tampaknya banyak sekali pejabat yang dia kenal.
Ciiiiit! Bus berhenti. Cara berhentinya mendadak sehingga hampir semua penumpang terjerunuk ke depan.
"Waaaa...!!!" Seluruh penumpang berteriak karena mengira bus akan tabrakan.
Torro menengok ke belakang ke arah rombongan lalu nyengir dan berkata, "Sorry. And welcome to Volendam."
Kami sudah sampai di Volendam. Tentu saja saya mengerti maksud Torro. Dia sengaja menginjak rem secara mendadak sebagai strategi untuk menyudahi kegaduhan tadi. Â Dan saya pun tidak mau menyia-nyiakan momentum ini untuk meredakan suasana, "Bapak-bapak dan ibu-ibu, kita sudah sampai di Volendam. Silakan turun. Mari kita menikmati Kampung Nelayan yang tekenal ini."
Dan pertengkaran pun berhenti. Semua penumpang turun dan berpencar menuju tempat-tempat yang menarik buat mereka.