"Saya mau pergi ke Roermond, Bi...bicester dan La valle Village...," kata Ibu itu dengan pelafalan yang aneh. Tentu saja hal itu bisa dimengerti karena memang tak mudah melafalkan kata dari bahasa yang tidak kita kuasai.
"Ketiga tempat itu tidak ada dalam daftar tujuan perjalanan kita. Tapi nanti bisa kita pikirkan jalan ke luarnya," jawab saya.
"Harus bisa! Pokoknya saya tidak mau tau, kita harus pergi ke tempat yang saya sebutkan tadi." Tiba-tiba Si Ibu membentak saya dengan suara murka.
"Ibu tidak usah marah-marah. Saya sudah bilang kita akan cari pemecahannya."
"Heh! Kamu ngomong yang sopan, ya? Kamu tidak tau siapa saya?" bentak ibu itu lagi,
"Maaf, Ibu Ratna. Bukan bermaksud tidak sopan, tapi tiga tempat yang Ibu maksud memang tidak terdaftar dalam list perjalanan kita."
"Saya tidak peduli! Saya ini anggota DPR! Kalau saya bilang mau ke sana, kita harus ke sana!"
Saya kehabisan kata-kata mendengar omongan Ibu ini. Semua penumpang juga langsung ikut tegang. Ada yang berkasak-kusuk tapi ada juga yang sibuk dengan tidurnya.
"Yoyo!" Tiba-tiba Torro memanggil saya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.
"Yes, Torro?" Torro sudah sangat sering menemani saya mengantar turis Indonesia sehingga dia bisa membaca apa yang terjadi.
"Je peux t'aider les prendre La Valle Village et Roermond. Mais Bicester? Oublie!"Â kata Torro berbahasa Perancis karena dia tidak ingin orang lain mengerti ucapannya.