"Tenang, Pak Anton. Dari semua alat transportasi penumpang, pesawat terbanglah yang paling aman," kata saya.
"Saya takut terbang. Saya takut pesawat ini jatuh. Saya belum siap mati," kata Pak Anton lagi dengan suara panik.
Melihat kondisi Pak Anton, saya duduk di sebelahnya yang kebetulan kosong. Sambil mengenggam tangannya, saya berkata dengan lembut, "Pak Anton. Bapak punya 2 pilihan; mau cemas atau tetap tenang?"
Pak Anton tidak menjawab, rupanya dia belum menangkap ke mana arah pembicaraan saya.
"Tapi Bapak harus mengerti, apapun pilihan Bapak, Â pesawat ini tetap akan terbang juga. Jadi saya anjurkan Bapak untuk memilih tenang." Saya melanjutkan.
"Iya, saya memilih tenang. Kamu bisa bantu saya, Yo?"
"Pak Anton mau saya ajarkan pernapasan segitiga? Biasanya cara ini selalu ampuh untuk memberi ketenangan."
"Mau. Ajarkan saya sekarang juga," jawab Pak Anton tidak sabar.
"Okay. Coba Bapak tarik napas dengan hidung selama 10 detik, kemudian tahan 10 detik, selanjutnya hembuskan dengan mulut juga selama 10 detik. Lakukan dengan ritme yang sama. Yuk, kita coba bareng-bareng, ya?"
Lalu kami berdua melakukan pernapasan segitiga untuk menenteramkan hati. Ternyata cara ini cukup efektif. Pak Anton mulai merasa dirinya lebih tenang. Saking senang dengan hasilnya, dengan semangat menggebu-gebu dia melakukannya berulang kali tanpa putus.
"Metode kamu ternyata ampuh juga, Yo," katanya dengan suara mantap.