"Kuat Mas, ayo kita kunjungi makam sahabat-sahabatmu, kita doakan mereka," ucap Septia lirih.
      Satu demi satu, Pak Karnadi menunjukkan makam para sahabat Darmawan. Ia melihat nama-nama sahabatnya tertera di patok makam mereka. Tetiba badannya berguncang hebat, ia mendadak ambruk di salah satu sisi makam.  Tak terasa air matanya mengalir, membasahi pipinya. Ia terisak sesenggukan menahan rasa yang bercampur aduk menghimpit  dadanya. Ia teringat kembali peristiwa tragis itu.Â
      "Maafkan aku ... hu hu huuu ... maafkan aku sahabatkuu ...," Darmawan tak kuasa menahan tangisnya.Â
Septia berusaha menenangkan suaminya dengan mengusap pundaknya perlahan.
      "Istighfar Mas, istighfar ... mereka sudah tenang di sana," ucap Septia lirih.Â
      Sekuat tenaga ia bertahan berada di sisi makam mereka, matanya terpejam, dan terus mendoakan para sahabatnya. Setelah 37 tahun yang lalu, baru kali ini ia mengunjungi mereka di pemakaman. Prio, Sholeh, Dullah, Asnawi, Hamdani, Reno, sahabat masa kecil yang takkan pernah terlupakan!
      Setelah beberapa lamanya di area pemakaman, akhirnya terdengar kumandang adzan asyar dari kejauhan. Mereka pun perlahan meninggalkan area pemakaman. Meskipun sedih mengingat masa lalu, namun ada perasaan lega karena Darmawan telah mampu mengunjungi makam para sahabatnya dan mendoakan mereka.
      "Pak, saya secara pribadi mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua perhatian dan kebaikan Bapak kepada saya dan telah menganggap saya sebagai putra Bapak sendiri, semoga Allah senantiasa merahmati Bapak, kami pulang Pak, Assalamu'alaikum ...," ucap Darmawan sambil mencium tangan Pak Karnadi.
      Ia berjanji akan sering datang mengunjungi Pak Karnadi sekaligus mengunjungi makan para sahabatnya di desa tempat ia dilahirkan.
      Sebuah pelukan hangat menutup pertemuan mereka sore itu. Darmawan melangkah ringan menuju ke mobilnya.  Jiwanya terasa ringan, seolah sebuah beban berat telah terlepas dari pundaknya.  Kini ia merasa siap mengikis trauma yang telah menghantuinya selama hampir 37 tahun lamanya! Tapi itu bukan berarti Ia  melupakan para sahabat masa kecilnya. Seperti apapun mereka tetap sahabat di hati Darmawan. Sahabat yang telah memberinya banyak pelajaran hidup.
~ Yfs ~