Mohon tunggu...
Yossie Fadlila Susanti
Yossie Fadlila Susanti Mohon Tunggu... Guru - Pendidik PAUD

Travelling susur tempat bersejarah seperti candi-candi peninggalan nenek moyang, bangunan kuno, dan mengulik sejarahnya adalah hal yang sangat saya sukai disamping profesi sebagai pendidik anak usia dini.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dari Lemet Turun ke Hati

7 April 2023   15:30 Diperbarui: 7 April 2023   18:58 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi : food.detik.com

             Sudah beberapa hari belakangan ini, Maryam merasa ada keanehan yang ia tak mengerti. Ia merasa ada orang yang sedang mengawasinya. Demikian juga tadi malam, selesai shalat tarawih, Maryam pulang sendirian. Ia merasa ada yang membuntutinya. Jalan dari rumah ke masjid cukup jauh, meski sudah ada beberapa lampu penerangan jalan, tapi kurang memadai.    Yu Partinah masih nderes di masjid bersama teman-temannya yang lain.  Sebenarnya Maryam takut berjalan sendiri,  tapi ia  tetap harus segera pulang. Ia ingat pesan Simbok untuk membantunya membuat lontong pesanan Bu Carik.   

            “Maaf Dik, aku ndak bermaksud mengagetkanmu, tadi aku sudah ketemu Simbok di depan, lalu Simbok bilang kamu lagi sibuk di belakang, terus ... aku langsung ke sini,” jelas Yu Partinah.

            “Mbakyu, ngobrolnya di dalam aja yuk, di sini panas, nanti Mbakyu item lagi,” canda Maryam sambil tertawa. Ia sengaja membiarkan daun pisangnya di luar rumah.

            “Kalau sudah agak layu, daunnya ndak akan mudah pecah saat dipakai untuk membungkus Nduk,” begitu pesan Simbok.

Mereka ngobrol di atas balai bambu yang ada di dapur. Ada beberapa tandan pisang yang masih mentah dan sebuah nangka yang sudah matang. Bau harumnya sangat menggoda.

Kebun belakang rumah yang tak seberapa luas, tapi penuh dengan tanaman yang hasilnya bisa dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari. Pak Sofyan, Bapak Maryamlah yang menanam dan merawatnya dengan telaten hingga subur dan berbuah lebat. Beliau adalah seorang pensiunan Carik di desanya.

            “Mbakyu, tak sambi marut singkong ya,” ucap Maryam sambil mengambil sebuah wadah dan sebuah parut.

            “Sini tak bantu Dik,” kata Yu Partinah. “Ini nanti yang mau dibawa ke masjid untuk buka puasa anak-anak kan?” tanyanya.

            “Iya Mbakyu, mumpung masih punya singkong,” kata Maryam.

            “Gini Dik May,” Yu Partinah membuka percakapan.

            “Tadi sepulang kita dari sekolahan, Bu Mar datang ke rumahku,” imbuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun