Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cintanaccio

25 September 2018   16:29 Diperbarui: 25 September 2018   16:30 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sana ada yang terpingkal suka hati

Tapi di sini aku telah letih diperdaya sepi, ringkih

Nanti mungkin akan perih

Tak tahu lagi dimana adanya hati nanti yang benar berhati-hati

Menjaga hati yang tidak berhati-hati

Setelah rentetan kegagalan konyol itu, aku akhirnya menyadari betapa naifnya diriku. Wanita memang ingin dimengerti lewat kebaikan dan kelembutan. Tapi, bukan berarti aku boleh bersifat naif, apalagi sampai masuk ke lubang yang sama berkali-kali. Meski terlambat, aku bersyukur, aku akhirnya bisa menyadari, sikap baik ternyata tak selamanya memberi dampak baik, terutama jika kebaikan itu berlebihan. Malah, kebaikan yang naif itu akan berbalik menghukum kita.

Aku ingat, aku enggan berpikir atau ngotot berusaha demi cinta. Aku tak malas, aku hanya perlu waktu untuk melupakan semua cerita kegagalan ini. Aku hanya fokus menyelesaikan studi, dan bergaul secara wajar dengan teman-teman. Saat itu, aku menganggap cinta hanyalah sebuah omong kosong. Nyatanya, tak ada kesempatan, untuk mereka yang berusaha sepenuh hati, tanpa merengek minta-minta. Cinta hanyalah untuk para borjuis.

Ternyata, aku butuh waktu cukup lama, untuk bisa kembali bertemu dengan cinta. Aku ingat, setelah aku lulus kuliah, satu persatu dari para "mantan target"ku menikah, atau menjalani hubungan serius, begitu juga dengan teman-teman seperjuanganku. Aku bahagia untuk mereka.

Tapi, kalau boleh jujur, ada sedikit rasa getir di hatiku, karena aku jadi teringat nasib malangku. Rasa getir itu makin kuat, jika ada keluarga (atau siapapun itu) yang bertanya, "Pacarmu mana?", "Giliranmu kapan?", atau bahkan kompak bernyanyi koor,

Kapan kau punya pacar?
Kapan kau punya pacar?
Kapan kau punya pacar?

Di satu sisi, aku menerima itu sebagai sebuah perhatian. Sayangnya, bagiku perhatian ini salah kaprah, karena ini adalah satu hal yang sangat pribadi. Jujur saja, ada beberapa pertanyaan yang muncul di kepalaku:
Apa menikah muda itu sebuah prestasi?
Apa dengan menikah semua masalah hidup akan beres?
Apa menikah itu perkara mudah?

Tentu saja, aku akan tegas menjawab, "Tidak!!".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun