Entah berapa kali aku mencoba, berapa kali juga aku sengsara. Aku malas untuk mengingat, berapa penderitaan dan kegagalan yang sudah kualami. Bagiku, itu tak ada gunanya. Karena, apa yang kualami ini tak hanya terjadi sekali dua kali, tapi berkali-kali.
Mungkin kalian akan melihatku seperti orang bodoh, bahkan sangat bodoh. Bagaimana mungkin seseorang bisa terperosok ke lubang yang sama berkali-kali? Keledai saja tak sampai begitu!
Tapi, begitulah yang terjadi. Kadang, aku mudah sekali merasa iba, tiap kali melihat ada teman yang butuh bantuan atau teman bicara. Memang, sejak kecil aku sudah terbiasa dengan peran ini. Inilah sisi lembut, yang justru membuatku terlihat begitu naif. Aku sering terjebak dalam rasa iba, dan baru menyadari, saat semua sudah terlambat. Entah kebetulan atau bukan, apa yang sering kualami ini mirip dengan lirik lagu "Entah Ingin Kemana", salah satu lagu favoritku:
Pernah kita terlelap di masa rindang
Berselimutkan perasaan bimbang
Arah tak tentu, ingin suka atau ingin luka, sayang?
Entahlah ingin kemana
Kini kita terlentang nelangsa, pasrah
Lebih entah akan kemana, jengah
Sudahlah sudah, engkau suka aku juga luka telah
Kemana ingin, entahlah